Konten dari Pengguna

Pajak: Dari Kita untuk Kita

Jonathan Siadari
Mahasiswa Akuntansi perpajakan UNPAM
30 April 2025 18:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jonathan Siadari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap kali mendengar kata “pajak”, banyak dari kita langsung merasa tegang. Terbayang formulir, angka-angka rumit, dan beban yang harus dibayar. Padahal, kalau kita pahami lebih dalam, pajak sebenarnya bukan soal angka semata—tapi soal kepedulian.
ADVERTISEMENT
Pajak bukan hanya kewajiban warga negara. Pajak adalah bentuk gotong royong modern. Lewat pajak, kita urunan membiayai sekolah, rumah sakit, jalan raya, beasiswa, subsidi, hingga bantuan sosial. Saat negara memberikan layanan publik, itu semua bersumber dari uang rakyat—termasuk dari pajak yang kita bayarkan.
AI Editing
zoom-in-whitePerbesar
AI Editing
Sayangnya, masih ada anggapan bahwa pajak hanya urusan “orang kaya” atau “pemilik usaha besar”. Padahal, kita semua terlibat. Bahkan saat beli pulsa, pesan ojek online, atau makan di restoran, kita sudah ikut menyumbang pajak. Artinya, tanpa kita sadari, kita sudah ikut membangun negeri.
Tentu kita juga ingin agar pajak yang dibayar digunakan dengan baik dan transparan. Wajar bila masyarakat menuntut akuntabilitas. Tapi hal itu justru semakin memperkuat pentingnya partisipasi kita. Semakin banyak yang taat pajak, semakin besar kekuatan kita untuk mengawasi dan memastikan anggaran negara digunakan tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
Mari ubah cara pandang. Pajak bukan uang yang hilang begitu saja. Pajak itu dari kita, oleh kita, dan untuk kita. Kalau ingin Indonesia lebih baik, mari mulai dari kesadaran sederhana: bayar pajak adalah bagian dari mencintai negeri.