Konten dari Pengguna

Hakikat Kesetiaan pada Seorang Antagonis

JONI RUDIANTO
Mahasiswa Program S-1 Ekonomi Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29 Oktober 2022 11:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari JONI RUDIANTO tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Rahwana sang antagonis. Photo by Joni Rudianto
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Rahwana sang antagonis. Photo by Joni Rudianto
ADVERTISEMENT
Dalam epos Ramayana terdapat seorang antagonis benama Rahwana, ia merupakan Raja Alengka, orang yang membaca epos Ramayana ketika mendengar nama tersebut pasti akan terlintas dalam benaknya tentang sebuah kejahatan, kekejaman, bengis dan seram. Memang demikianlah sifatnya sebagai antagonis dalam epos Ramayana. Sedangkan Rama seorang tokoh protagonis digambarkan sebagai sosok yang memiliki wajah tampan, berwibawa, bijaksana dan kesatria yang gagah berani, nampak sempurna sebagai sosok pahlawan. Namun pernahkah kita berpikir, apakah Rahwana seburuk itu? Dan sebenarnya apa yang membuatnya dianggap sebagai antagonis?
ADVERTISEMENT
Pertama kita ulas kisah dari seorang Rahwana yang mencintai Dewi Widowati, meski kemudian ia meninggal, namun Rahwana tak pernah memutuskan untuk menikah lagi meski mampu melakukan itu sebagai seorang penguasa. Begitu tulus kesetiaan yang ia berikan untuk sang istri, sebuah sifat yang berlawanan dengan dirinya sebagai raksasa yang tinggi besar dan seram.
Bertahun-tahun lamanya Rahwana menjalani hidup tanpa seorang istri demi memegang teguh prinsip kesetiannya, dan selama itu pula ia terus mengenang istrinya dalam setiap kesendirian. Hingga pada suatu waktu ia bertemu dengan seorang wanita yang membuatnya terpaku saat pertama kali menatap mata indahnya, pesona wanita itu membangunkan kembali cinta Rahwana yang telah lama mati. Wanita tersebut bernama Dewi Sinta, seorang wanita yang telah memiliki suami bernama Rama.
ADVERTISEMENT
Meski Sinta adalah istri dari Rama, nyatanya hal ini tak membuat gentar cinta Rahwana, Perasaan Rahwana kepada Dewi Sinta ini bukanlah bentuk pengkhianatan pada prinsip kesetiaan yang ia miliki, karena nyatanya Dewi Sinta merupakan titisan Dewi Widowati, sehingga yang mata Rahwana lihat adalah sosok Dewi Widowati yang menjelma pada Dewi Sinta. Artinya Rahwana masih tetap mencintai orang yang sama.
Demi memperjungkan cinta, Rahwana nekat menculik Sinta dari suaminya, yang kala itu Rama adalah Raja dari kerajaan Ayodhya. Tentu Rama takkan tinggal diam atas penculikan istrinya , ia pun mengumpulkan berbagai pasukan untuk menyelamatkan Dewi Sinta di kerajaan Alengka milik Rahwana.
Nah ada kisah menarik dari penculikan ini, meskipun Dewi Sinta telah berada dalam genggaman Rahwana, namun tak sekalipun Rahwana menyentuh Sinta sebelum mendapat persetujuannya. Hari-hari dilalui oleh Rahwana dengan selalu datang membacakan puisi demi meluluhkan hati Sinta. Terlihat betapa Rahwana sangat menghargai Sinta sebagai seorang wanita yang ia cintai.
ADVERTISEMENT
Kemudian sampailah pada hari ketika Rama telah datang membawa pasukan untuk menyerang Alengka demi menyelamatkan Sinta, kala itu semua pasukan Rahwana telah dikalahkan, dan hanya Rahwana seorang diri yang tersisa menjaga kerajaannya. Ia pun bersiap untuk menghadapi Rama, sebelum pergi berperang Rahwana berpamitan pada Sinta, dan di detik inilah perasaan Sinta mulai luluh pada sosok lelaki yang dengan tulus memperjuangkannya bahkan merelakan kerajaannya runtuh. Sinta yang tau bahwa Rahwana takkan menang melawan Rama sebagai jelmaan Dewa, ia meminta agar Rahwana memohon ampun pada Rama agar tak terbunuh karena ia tak ingin Rahwana mati. Namun dengan tegas dan wajah penuh amarah Rahwana menjawab “Tidak Sinta, kau pikir aku ini raja macam apa, saat seluruh pasukanku telah gugur kau ingin aku melarikan diri dari perang?, tidak Sinta!, lebih baik aku mati dalam perjuangan dari pada lari sebagai pecundang”
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya Rahwana mati dalam menggenggam prinsipnya sebagai seorang lelaki sejati. Lalu Sinta yang telah kembali pada Rama bukan sambutan kebahagiaan yang ia dapatkan, namun ia malah direndahkan karena Rama menganggap Sinta sudah tidak suci lagi sebab telah ternodai oleh Rahwana, yang padahal tak sedikitpun Rahwana menyentuh Sinta.
Dari kisah ini kita tau bahwa cinta adalah sebuah perjuangan. Dan bahwa kesetiaan tidak selalu memihak pada mereka yang terlihat baik dan tampan. Nyatanya Rahwana sebagai antagonis pada epos Ramayana namun sekaligus sebagai lambang dari sebuah kesetiaan. Sedangkan Rama sebagai protagonis justru masih mengukur cintanya dengan sesuatu. Secara moral Rahwana salah telah menculik istri Rama, namun secara cinta, ia adalah lambang dari cinta itu sendiri, cinta yang ia junjung dengan kesetiaan untuk tetap terpaku pada satu wanita dalam hidupnya sampai akhir hayat.
ADVERTISEMENT