Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Dampak Modernisasi Terhadap Budaya, Manfaat Atau Mudarat?
31 Maret 2023 23:01 WIB
Tulisan dari Jordan BP Tambunan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dunia yang semakin terbuka, teknologi yang semakin canggih, segala kemudahan ditawarkan saat ini mendorong manusia untuk hidup sesuai perkembangan zaman. Berbagai inovasi hadir ditengah masyarakat yang semakin meng-global. Masyarakat senantiasa berubah, dan perubahan itu merupakan suatu hal yang tidak dapat terhindarkan dari dalam diri masyarakat, walaupun terdapat perbedaan antara perubahan yang dialami masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.
Salah satu bentuk nyata dariperubahan sosial adalah modernisasi yaitu perubahan sosial budaya yang terarah yangdidasarkan pada suatu perencanaan. Modernisasi merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat, karena proses tersebut mencakup bidang-bidang yang sangat luas yang menyangkut proses disorganisasi, masalah-masalah sosial, konflik antar kelompok, hambatanhambatan terhadap perubahan, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Wilbert E. More mendefenisikan modernisasi sebagai transformasi total kehidupan bersama yang tradisional dalam arti teknologi, organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomi dan politik. Sehingga menandai negara-negara Barat yang stabil. Dari defenisi ini kita dapat memahami bahwa modernisasi membawa kemajuan-kemajuan yang dialami oleh masyarakat negara-negara berkembang, seperti penggunaan teknologi internet yang kian menyebar ke berbagai bidang, kemudian praktik demokrasi dalam system politik kita, serta kemajuan indutrialisasi yang membuka banyak lapangan pekerjaan, kehadiran modernisasi tidak terlepas dari modernisasi yang mengacu pada dunia barat saat ini.
Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas. Kadang-kadang batas-batasnya tak dapat ditetapkan secara mutlak. Mungkin di suatu daerah tertentu, modernisasi mencakup pemberantasan buta huruf, namun di wilayah yang lain bisa saja dalam hal pengembangan pertanian misalnya upaya pemaksimalan panen padi. Khususnya Indonesia sebagai negara agraris yang menitikberatkan perekonomian pada sektor pertanian. Kehadiran modernisasi tentu membawa dampak bagi kehidupan masyarakat, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Sekarang yang mejadi pertanyaan pada pembahasan penulis kali ini adalah apakah modernisasi memberi manfaat atau mudarat?
ADVERTISEMENT
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa modernisasi sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari dengan segala teknologi yang canggih dan maju. Adanya modernisasi ini dapat memudahkan pekerjaan manusia agar lebih efisien dengan segala dampak positifnya. Namun apakah modernisasi akan selalu memberi dampak positif dalam seluruh sektor kehidupan masyarakat? Untuk itu penulis akan mencoba menggali dari dampak kehadiran modernisasi dalam bidang kebudayaan.
Koentjaraningrat (1923-1999), Antropolog asal Indonesia mendefinisikan kebudayaan sebagai seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar. Sehingga unsur yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Melalui kebudayaan, suatu peradaban manusia dapat dikenali dan diamati dalam jangka waktu yang tak terbatas. Dalam seperangkat kebudayaan, terdapat beberapa hal yang menjadi dasarnya. Beberapa hal tersebut antara lain meliputi nilai, akal, budi, moral, tujuan, hingga adat istiadat.
ADVERTISEMENT
Pada tulisan ini penulis akan melihat fenomena yang terjadi pada salah satu suku di Indonesia, yaitu suku Batak. Namun sebelum lebih jauh penulis bukan bermaksud untuk mendaratkan suatu label yang tidak baik ini nantinya pada suku batak, tetapi tulisan ini mencoba menyampaikan apa yang telah dilihat penulis.
Suku Batak merupakan suku bangsa ke-3 terbesar di Indonesia yang mendiami sebagian besar mendiami wilayah Sumatera Utara. Suku Batak dikenal dengan segala keunikan kebudayaan masyarakatnya.
Mengacu pada apa yang telah dialami dan dilihat oleh penulis sendiri bahwa memang nyata hadirnya modernisasi membawa kemerosotan dalam budaya suku Batak. Salah seorang penggiat budaya Batak bernama R.A Lumongga Pardede (2010) mengungkapkan bahwa saat ini kondisi Adat Batak sudah sangat mengkhawatirkan dan sudah quovadis. Tahun demi tahun posisinya semakin terpojok, semakin dilecehkan , semakin tidak dihargai oleh warga Bataksendiri dan bahkan sudah mengarah pada kebencian dan phobia terhadap adat dan kebudayaan batak.
ADVERTISEMENT
Salah satu pengaruh buruk modernisasi terhadap kebudayaan ialah munculnya keraguan terhadap norma dan nilai masyarakat yang telah ada. Hal ini dapat menyebabkan pertentangan antara anggota masyarakat tersebut. Sebagai contoh, sekarang ini semakin banyak terlahir kaum intelektual batak yang menggeluti berbagai disiplin ilmu pengetahuan, namun kehadiran itu lambat laun merubah watak dan kepribadian warga batak. Banyak yang menganggap budaya batak itu menyembah berhala (okultisme), didalam perangkat benda budaya batak itusudah terdapat roh-roh nenek moyang, bertentangan dengan keimanan, dan sebagainya. Hal-hal seperti itu dilontarkan oleh kalangan penganut agama kristen beraliran Kharismatik.
Sebagian pula menganggap budaya batak itu kuno, bertele-tele, kekolotan atau keterbelakangan. Pandangan ini berasal dari warga batak yang bersikap kebarat-baratan.
Modernisasi juga dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan budaya. Seperti perkembangan teknologi komunikasi melalui penggunaan internet. Apabila masyarakat tidak memanfaatkannya dengan benar, dapat menimbulkan potensi masalah. Komunikasi yang bebas melalui internet, misalnya. Hal ini juga terlihat dalam kehidupan masyarakat Batak saat ini. Saling mencemooh, saling ejek, saling mempermalukan dapat menjadi konsumsi di media sosial. Tentu ini sangat berbanding terbalik dengan adat budaya batak ‘marsirarian” yang saling menghargai dan mengormati. Kemudian modernitas telah membawa sifat individualistis bagi sebagian masyarakat batak.
ADVERTISEMENT
Masyarakat batak dikenal dengan kentalnya unsur kekerabatan “dalihan Natolu” sudah mulai pudar. Dalihan natolu menekankan prinsip kekerabatan atau hubungan maupun pergaulan bagi masyarakat batak. Namun prinsip ini mulai luntur yang diakibatkan oleh kurang diberinya pemahaman oleh generasi yang lebih tua kepada generasi muda, sehingga banyak generasi muda yang tidak memahami hal ini. Tentu hal ini berdampak terhadap sikap saling menghormati serta pemakaian tutur kata yang baik bagi suku Batak.
Namun ditengah-tengah tergerusnya kebudayaan Batak akibat kehadiran modernisasi di tengah masyarakat seperti penjelasan di atas. Sebagian besar masyarakat Batak masih tetap menghargai, menghormati dan menerapkan prinsip-prinsip hidup yang dianut suku batak itu sendiri. Untuk itu kepada generasi muda agar lebih belajar mencintai kebudayaan Indonesia. Zaman boleh berubah namun kecintaan terhadap budaya tidak boleh berubah. Karena dengan kebudayaan lah tercipta, rasa, karsa dan karya.
ADVERTISEMENT
Referensi:
R.A. Lumongga Pardede, 2016. Masisisean di Ulaon Adat, cetakan ke VI