Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
YouTuber Kebanggaan Indonesia: Jerome Polin Sijabat, Sang Lentera Kaum Milenial
14 September 2021 11:31 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Josefina Aurelia Kurnia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
“Mantappu Jiwa!” demikian kata yang sering dipakai oleh YouTuber jenius yang gemar matematika, untuk mengungkapkan ekspresi dalam kontennya, bahkan dalam kehidupannya. Ya, beliau adalah Jerome Polin Sijabat.
ADVERTISEMENT
Profil Jerome Polin
Jerome Polin Sijabat dikenal sebagai salah satu sosok inspiratif di kalangan anak-anak milenial. Beliau merupakan content creator berkebangsaan Indonesia yang terkenal di bidang pendidikan, baik dari aspek akademis maupun non-akademis. Beliau memiliki kecerdasan dominan pada mata pelajaran matematika. Jerome dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 2 Mei 1998.
Beliau merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Marojahan Sijabat dan Chrissie Rahmeinsa. Ayahnya merupakan seorang pendeta dan ibunya merupakan ibu rumah tangga. Keluarganya pernah mengalami masa perekonomian yang sangat terbatas, yaitu pada saat krisis moneter dan kerusuhan melanda. Tahun itu merupakan tahun di mana Jerome Polin dilahirkan. Saat bayi, beliau tidak mampu untuk mendapatkan nutrisi yang baik.
Pada tahun 2004, Jerome dan keluarga pindah ke Surabaya. Kala itu, beliau berusia 6 tahun dan baru akan masuk jenjang pendidikan SD. Kedua orang tua Jerome sempat kesulitan untuk menemukan sekolah dengan biaya terjangkau. Pada akhirnya, beliau dan kakaknya mendapat bantuan dari IPH School, Surabaya. IPH School merupakan sekolah national plus yang di mana, murid-muridnya mayoritas anak-anak dengan ekonomi berada. Dari kondisi inilah, cita-cita Jerome dimulai. Biasanya, setelah liburan usai, teman-teman Jerome bercerita mengenai liburannya ke luar negeri, salah satunya adalah bermain ke Disneyland. Sementara, Jerome dan keluarganya hanya berlibur di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Kisah Perjuangan
Dari cerita teman-temannya itu, Jerome terinspirasi dan bertekad untuk pergi ke luar negeri bersama keluarga. Dari sebatas keinginannya untuk pergi ke Disneyland dan juga karena keterbatasan ekonomi, beliau berpikir bahwa pendidikan merupakan satu-satunya cara untuk menggapai impiannya. Karena keterbatasan ekonomi. Dari sanalah, muncul harapan Jerome untuk bisa berkuliah di NTU/NUS. Tapi, harapan tersebut sempat tak disetujui oleh orang tuanya karena kendala ekonomi. Namun, Jerome optimistis bahwa beliau akan mendapatkan beasiswa full.
Pada saat itu, beliau dikenal sebagai anak yang multitalenta. Tapi, di balik itu semua, Jerome sangat bekerja keras. Dalam aturan keluarganya, beliau hanya diperbolehkan main game mulai hari Jumat sampai Minggu. Sejak SD, beliau aktif dalam paduan suara sekolahnya. Ketika SMP, beliau lebih sering menggunakan waktunya untuk berolahraga dan mengasah kemampuan musiknya. Pada masa SMA-nya, beliau masih aktif dalam paduan suara sekolahnya, sampai mendapatkan perunggu dalam lomba internasional paduan suara di Busan.
ADVERTISEMENT
Karena kesadaran untuk mulai serius dalam memperjuangkan cita-citanya, di bangku kelas 10 beliau sangat tekun dan giat, gurunya memberi masukan agar Jerome terjun dalam dunia olimpiade. Akhirnya, beliau fokus untuk mengikuti olimpiade. Banyak hal yang harus dikorbankan, salah satunya adalah jarang nongkrong bersama dengan teman-temannya. Beliau lebih banyak menghabiskan waktu dengan latihan soal matematika. Pada awalnya, Jerome sering gagal untuk sampai lolos ke final.
Akhirnya, beliau bertekad untuk menghabiskan seluruh materi matematika SMA dan dasar perkuliahan. Jerome menerapkan prinsip bahwa kita benar-benar gagal kalau kita menyerah, selama kita belum menyerah, kita belum gagal. Sampai pada bangku kelas 11, akhirnya Jerome mendapat juara 3 Olimpiade Matematika Universitas Brawijaya tahun 2014. Tidak hanya sampai disitu, beliau akhirnya memenangkan banyak olimpiade, baik tingkat nasional maupun internasional.
ADVERTISEMENT
Pada bulan Januari tahun 2016, dengan optimistis Jerome mulai mengikuti tes perguruan tinggi impiannya, yaitu NTU dan NUS. Tapi sayangnya, pada bulan Februari Jerome harus menerima kenyataan bahwa beliau ditolak oleh NUS. Disusul dengan kabar di bulan Maret bahwa beliau diterima di NTU tapi tidak mendapatkan beasiswa penuh. Jerome masih ingin mengejar cita-citanya untuk mendapat beasiswa penuh karena baginya kuliah di luar negeri tanpa beasiswa akan sangat berat. Tujuannya adalah membahagiakan kedua orang tuanya, bukan untuk menambah beban orang tuanya.
Usaha Tak Mengkhianati Hasil
Tak beberapa lama kemudian, pada Februari tahun 2016, beliau mendapatkan informasi mengenai beasiswa Mitsui Bussan. Beasiswa ini merupakan beasiswa dengan lama studi lima setengah tahun di Jepang. Mulai dari seleksi berkas, tes tulis, kesehatan, hingga wawancara beliau Jerome jalani. Tapi, semua tes yang beliau lakukan penuh dengan rasa pesimistis karena hanya 2 orang yang diterima oleh pihak beasiswa tersebut. Hasil tidak akan mengkhianati usaha, akhirnya Jerome diterima dan mendapatkan beasiswa penuh.
ADVERTISEMENT
Tapi, perjuangan Jerome belum berakhir. Beliau masih harus menghadapi tes Examination for Japan University (EJU), yang berisi tes bahasa, matematika, fisika dan kimia dalam bahasa Jepang. Tes tersebut digunakan untuk mendaftar universitas di Jepang. Di masa ini, beliau merasa sangat stres.
Karena kerja kerasnya, akhirnya beliau diterima di Waseda University jurusan matematika terapan, salah satu dari dua kampus swasta terbaik di Jepang.
Selama masa kuliah, beliau merupakan siswa yang berprestasi dan juga memiliki banyak relasi. Selain itu, pada tahun 2017, Jerome bertekad untuk mengikuti lomba pidato berbahasa Jepang padahal beliau baru belajar bahasa Jepang selama 5 bulan. Tetapi, karena kemampuannya yang baik, beliau berhasil meraih penghargaan Yuushuu. Penghargaan tersebut merupakan salah satu dari dua peserta terbaik.
ADVERTISEMENT
Memulai Karier
Sejak masa remaja, Jerome tertarik untuk membuat video. Oleh karena itu, pada tanggal 23 Desember 2017, beliau dan temannya memulai kanal Youtube “Nihonggo Mantappu”. Kevin merupakan teman yang beliau kenal dari acara natal orang Manado di Jepang. Nihonggo Mantappu berasal dari dua kata yaitu “Nihonggo” yang berarti bahasa Jepang dan “Mantappu” yang berarti mantap.
Pada masa awal merintis karier, mereka pernah kecewa karena penonton videonya sangat sedikit. Akhirnya, beliau dan temannya bertekad untuk mengunggah video dua minggu sekali. Pada tanggal 8 Agustus 2018, kanal YouTubenya sudah mencapai 25.000 subscriber. Namun sayangnya, Kevin memutuskan untuk mundur dari Nihonggo Mantappu karena memilih untuk fokus dalam perkuliahannya. Jerome sempat bingung mengenai kelanjutan kanalnya.
ADVERTISEMENT
Namun pada akhirnya, beliau tetap melanjutkan kanal YouTubenya dengan konten yang lebih beragam. Pada bulan September tahun 2021, subscriber-nya sudah mencapai 7 juta lebih. Beliau juga beberapa kali dipanggil menjadi pembicara di sekolah dan universitas dan tampil di acara TV.
Dalam kontennya, Jerome juga pernah berbincang bersama dua menteri Indonesia. Menteri yang pertama adalah Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Dan menteri yang kedua adalah Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan Indonesia. Kedua menteri tersebut merupakan menteri dalam masa Kabinet Indonesia Maju. Sekadar informasi, Jerome memiliki cita-cita untuk menjadi menteri Indonesia.
Berkat jerih payahnya yang tidak hanya berfokus pada dunia akademik, Jerome bersama kakaknya, Jehian Panangian, berhasil masuk daftar Forbes 30 Under 30 Asia pada tanggal 20 April 2021. Daftar tersebut merupakan daftar orang-orang sukses dan berprestasi di bawah umur 30 tahun dalam bidang tertentu. Mereka berdua mendirikan agensi Q & A Group sebagai wadah untuk berdiskusi tentang mata pelajaran sekolah seperti Matematika, Fisika, Ekonomi, dan lain-lain. Selain itu, Jerome pun menjadi sukarelawan dalam Paralimpiade Tokyo 2020.
ADVERTISEMENT
Jerome Polin merupakan sosok yang inspiratif. Menurut saya, di umurnya yang masih sangat muda, beliau sudah mengoptimalkan usahanya baik bagi dirinya maupun untuk bangsa Indonesia. Tidak banyak orang yang mampu kuat untuk berjuang dengan berbagai kondisi yang keras, khususnya kaum muda. Saya banyak belajar dari beliau bahwa tidak ada jalan hidup yang selalu lurus. Jatuh-bangun untuk meraih kesuksesan tentunya harus dilewati. Tidak ada kata terlambat untuk bisa meraih mimpi. Dan yang terpenting adalah usaha tersebut harus dibarengi dengan niat yang baik.
Josefina Aurelia Kurnia, kelahiran Bandung 2005. Siswi di SMA Trinitas Bandung