Konten dari Pengguna

Mengungkap Fenomena Tindak Pidana Pornografi: Antara Etika, Hukum, dan Teknologi

Joshua Steven Samaeri Larosa
Mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara
11 Oktober 2024 16:51 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
19
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Joshua Steven Samaeri Larosa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Canva.com
zoom-in-whitePerbesar
Canva.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pendahuluan
Pornografi? Pornografi sendiri ada di kalangan masyarakat secara global, dimana Pornografi merupakan salah satu bagian dari tindak pidana Khusus yang dimana menjadi permasalahan yang serius dimana menyangkut masa depan generasi penerus bangsa. Pornografi bisa menjadi ancaman bagi remaja karena ada banyak dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Dampak yang ditimbulkan dari kecanduan pornografi bisa menyebabkan kerusakan otak hingga psikis dari pengidapnya.
ADVERTISEMENT
Maka itu, penting bagi orang tua, guru, dan elemen masyarakat lainnya untuk membantu mencegah anak kecanduan pornografi. Perkembangan pornografi semakin maju seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Tingkat penyebaran makin mudah dan meluas serta bebas masuk dalam ruang-ruang privat yang seharusnya steril dari pornografi. Daya rusak pornografi makin masif dan bisnis pornografi makin menjamur dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Pada pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, Tentang Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Hal yang sama juga dicatat oleh Barda Nawawi Arief yang mnyatakan bahwa dunia maya (cyber/ virtual world) atau internet dan World Wide Web (www) saat ini sudah penuh dengan bahan-bahan pornografi atau yang berkaitan dengan masalah seksual.
ADVERTISEMENT
Namun, meskipun sudah ada regulasi yang mengatur, tantangan dalam penegakan hukum terus meningkat, terutama di era digital ini. Lantas, bagaimana kita seharusnya memandang fenomena pornografi ini? Apakah masalah ini hanya sebatas pelanggaran hukum, atau ada sisi lain yang perlu kita pahami, seperti aspek etika dan perkembangan teknologi?
Fenomena Pornografi di Era Digital
Dengan kemajuan teknologi, akses terhadap konten pornografi menjadi sangat mudah. Hanya dengan beberapa klik, siapa saja dapat menemukan dan mengunduh gambar atau video yang mengandung unsur pornografi. Ini menjadi masalah besar, terutama bagi generasi muda yang sangat akrab dengan internet. Konten pornografi yang dulunya hanya tersedia secara terbatas, kini dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.
ADVERTISEMENT
Di satu sisi, kemajuan teknologi membuka ruang kreativitas dan inovasi yang lebih luas. Namun di sisi lain, teknologi juga mempercepat penyebaran konten-konten yang merusak, termasuk pornografi. Ini menimbulkan dilema: bagaimana kita bisa tetap memanfaatkan teknologi untuk kebaikan, sementara di sisi lain kita juga harus melindungi masyarakat, terutama anak-anak dan remaja, dari pengaruh buruk pornografi?
Tinjauan Etika dan Moral
Selain melanggar hukum, pornografi juga menjadi masalah etika. Dari sudut pandang moral, banyak yang berpendapat bahwa pornografi merusak nilai-nilai kemanusiaan dan kesopanan. Pornografi sering kali dianggap sebagai bentuk eksploitasi terhadap tubuh manusia, terutama perempuan, dan merendahkan nilai dari hubungan intim yang seharusnya bersifat pribadi dan penuh makna.
Dalam masyarakat yang menjunjung tinggi norma-norma moral dan agama seperti Indonesia, konsumsi dan produksi pornografi bertentangan dengan nilai-nilai sosial. Banyak pihak yang khawatir bahwa dengan semakin mudahnya akses terhadap pornografi, nilai-nilai tersebut semakin terkikis. Pornografi dianggap merusak ikatan sosial, mengganggu hubungan antar manusia, dan bahkan bisa memicu tindakan kekerasan seksual.
ADVERTISEMENT
Aspek Hukum: Perlindungan atau Pembatasan?
Dalam konteks hukum di Indonesia, tindak pidana pornografi diatur dalam Undang-Undang No. 44 Tahun 2008. Undang-undang ini mencakup segala bentuk penyebaran, produksi, dan konsumsi konten pornografi, baik dalam bentuk cetak maupun digital. Seseorang yang memproduksi, mendistribusikan, atau bahkan hanya memiliki konten pornografi dapat dikenai sanksi pidana.
Namun, meskipun ada aturan yang jelas, penegakan hukum terkait tindak pidana pornografi tidak selalu mudah. Internet adalah ruang tanpa batas yang sulit dikendalikan. Banyak pelaku yang memanfaatkan platform-platform internasional untuk menyebarkan konten pornografi, yang membuat penegak hukum di Indonesia sering kali kesulitan dalam menjangkau mereka. Di sinilah muncul perdebatan: apakah undang-undang yang ada sudah cukup efektif menghadapi tantangan di era digital ini?
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada pertanyaan besar mengenai batasan antara kebebasan berekspresi dan pembatasan konten pornografi. Beberapa pihak berpendapat bahwa hukum yang terlalu ketat bisa melanggar hak kebebasan berbicara dan berekspresi. Namun, di sisi lain, kebebasan tersebut tidak bisa mengorbankan kepentingan umum, terutama perlindungan terhadap anak-anak.
Dampak Sosial dan Psikologis
Pengaruh pornografi bukan hanya merambah ranah hukum dan etika, tetapi juga menyentuh aspek psikologis dan sosial. Studi menunjukkan bahwa paparan konten pornografi, terutama pada usia dini, dapat mempengaruhi perkembangan psikologis seseorang. Hal ini bisa mengakibatkan distorsi pandangan tentang seksualitas dan hubungan interpersonal.
Di lingkungan sosial, pornografi bisa merusak hubungan antar manusia, terutama dalam hubungan keluarga. Banyak kasus perceraian yang dipicu oleh ketergantungan salah satu pasangan terhadap konten pornografi, yang pada akhirnya merusak kepercayaan dan keharmonisan dalam keluarga.
ADVERTISEMENT
Tantangan dalam Penegakan Hukum
Penegakan hukum terkait tindak pidana pornografi menghadapi beberapa tantangan. Pertama, keterbukaan akses internet memudahkan penyebaran konten ilegal. Meskipun pemerintah Indonesia telah menerapkan pemblokiran terhadap situs-situs berbau pornografi, hal tersebut tidak sepenuhnya efektif karena selalu ada cara untuk melewati blokir tersebut, seperti menggunakan VPN.
Kedua, hukum harus selalu mengikuti perkembangan teknologi. Platform baru seperti media sosial, aplikasi chatting, dan layanan streaming membuka peluang baru bagi penyebaran konten pornografi. Regulasi yang ada saat ini mungkin perlu diperbarui untuk menghadapi realitas digital yang terus berubah.
Kesimpulan
Fenomena tindak pidana pornografi di era digital memang kompleks. Di satu sisi, ada aspek hukum yang harus ditegakkan untuk melindungi masyarakat, terutama anak-anak dan remaja, dari dampak negatif pornografi. Di sisi lain, ada isu etika dan moral yang juga penting untuk dipertimbangkan dalam menghadapi masalah ini.
ADVERTISEMENT
Teknologi memang memberi banyak manfaat, tetapi juga membawa tantangan tersendiri dalam hal penegakan hukum. Perlu upaya bersama antara pemerintah, masyarakat, dan individu untuk mengatasi masalah ini. Hukum yang ada harus terus diperbarui agar dapat mengikuti perkembangan teknologi, dan pada saat yang sama, pendidikan etika dan moral harus diperkuat untuk membangun kesadaran yang lebih baik terhadap dampak negatif pornografi.
Pada akhirnya, solusi atas masalah pornografi tidak hanya dapat diselesaikan melalui penegakan hukum semata, tetapi juga melalui pendekatan edukatif, teknologi yang bertanggung jawab, serta kesadaran moral dari setiap individu.