Konten dari Pengguna

Identitas Budaya yang Menghilang: Mengapa Semua Hal Dikaitkan dengan Korea?

Jovanka Ellena Kosasih
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
25 Juni 2024 12:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jovanka Ellena Kosasih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Budaya Korea (sumber: Sava Bobov, unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
Budaya Korea (sumber: Sava Bobov, unsplash.com)
ADVERTISEMENT
Di abad ke-21 ini, globalisasi semakin berpengaruh dalam kehidupan berbagai bangsa, termasuk Indonesia. Dengan adanya globalisasi, budaya asing menjadi berpengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Budaya populer terutama budaya asing merupakan salah satu produk utama globalisasi. Melalui media massa dan internet, elemen-elemen budaya dari satu negara dapat dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Adanya dominasi budaya asing yang populer, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan identitas budayanya.
ADVERTISEMENT
Salah satu budaya yang mendominasi kehidupan masyarakat Indonesia adalah Hallyu atau Korean Wave, di mana budaya Korea mulai populer pada awal tahun 2000-an dan melejit hingga sekarang. Meskipun budaya Korea sudah mulai memasuki Indonesia di awal tahun 2000-an, namun dengan perkembangan teknologi dan industri hiburannya yang sangat maju, telah berhasil mengekspor musik, drama, makanan, fashion, dan tren kecantikan ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Jika dikaji dari Buku “Cultural Theory and Popular Culture” oleh John Storey, budaya populer merupakan budaya yang disukai atau disukai banyak orang. Definisi budaya populer ini seringkali didukung oleh klaim-klaim yang populer kebudayaan adalah kebudayaan komersial yang diproduksi secara massal, di mana produk-produk tersebut secara implisit atau eksplisit mendukung kepentingan kelompok-kelompok dominan yang secara sosial, politik, ekonomi dan budaya, mendapatkan keuntungan dari hal tersebut. Dengan budayanya yang mulai mendominasi dunia, terutama Indonesia, Korea memiliki banyak keuntungan baik melalui popularitas lagu, film, drama, fashion, dan lain sebagainya, terutama dengan adanya Idol-idol Korea.
ADVERTISEMENT
Idol dan artis Korea berperan besar dalam menyebarkan Hallyu melalui berbagai budaya yang dibawakannya, baik dalam K-Pop, K-Drama, bahkan menjadi brand ambassador bagi berbagai brand di Indonesia. Hal ini berpengaruh besar bagi masyarakat Indonesia yang menerima hal tersebut. Menurut Arnold dalam buku Storey, budaya populer merupakan budaya massa, di mana budaya populer adalah budaya komersial yang diproduksi secara massal untuk konsumsi massal. Audiensnya adalah konsumen yang tidak membeda-bedakan. Masyarakat Indonesia secara terbuka menerima budaya Korea yang sedang populer, lalu mulai ditiru, dikonstruksi, dan diaplikasikan pada kehidupan mereka sehari-hari.
Identitas masyarakat Indonesia yang awalnya kental akan budayanya, menjadi mulai luntur akibat penyerapan budaya Korea di dalamnya. Apalagi percampuran budaya yang semakin cepat akibat globalisasi telah menambah kompleksitas identitas suatu bangsa dengan mengadopsi beberapa atau seluruh aspek identitas bangsa lain. Menurut Samovar dkk dalam bukunya yang berjudul “Communication Between Cultures”, munculnya globalisasi telah membawa tantangan terhadap keutamaan nilai-nilai budaya dominan bangsa Indonesia. Keterbukaan terhadap arus informasi lintas batas dan perjalanan internasional menjadi ancaman, di mana konten asing dapat mengikis nilai-nilai tradisional dan identitas budaya asli milik Indonesia itu dalam kehidupan sehari-hari, contohnya sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Lagu Tradisional Indonesia vs K-pop
K-Pop (sumber: Joel Muniz, unsplash.com)
Dengan adanya Hallyu, lagu-lagu K-pop dengan cepat mendapatkan tempat di hati masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Dengan lirik yang enak didengar, koreografi yang menarik, dan visual para idol yang memukau segera menggeser perhatian masyarakat dari lagu-lagu nasional dan daerah Indonesia ke lagu-lagu K-Pop. Lagu-lagu daerah, yang dulu sering dinyanyikan dalam berbagai acara adat dan upacara, menjadi semakin jarang terdengar. Kesenian tradisional yang seharusnya menjadi kebanggaan dan identitas budaya bangsa mulai memudar, tergantikan oleh gelombang musik asing yang lebih populer.
Film Indonesia vs K-Drama
K-Drama dan series luar lainnya (sumber: Ravi Sharma, unsplash.com)
K-Drama dengan produksinya yang berkualitas tinggi, alur cerita yang menarik, dan visual yang memikat, berhasil menggaet perhatian penonton dari berbagai kalangan usia daripada film-film Indonesia karya anak bangsa. Drama Korea, yang mudah diakses melalui berbagai platform streaming internasional dan berbagai cara promosi lainnya yang sudah mengglobal, mengalahkan film-film Indonesia yang masih berjuang untuk mencapai standar global dan menarik minat audiens yang lebih luas. Akibatnya, banyak penonton Indonesia yang lebih mengenal dan antusias terhadap drama Korea daripada mendukung industri film lokal.
ADVERTISEMENT
Munculnya Kebaya Modern Korean Style
Kebaya, salah satu pakaian tradisional yang seharusnya mempertahankan keasliannya kini dipengaruhi oleh modernisasi dan tren global. Pakaian tradisional dari Jawa ini yang merupakan warisan budaya Indonesia malah mengalami transformasi dengan adanya gabungan elemen-elemen dari gaya fashion Korea, seperti gaya yang lebih simpel, potongan yang lebih ramping, dan tambahan aksesoris yang modern. Perubahan ini tidak hanya menunjukkan adaptasi kebaya untuk memenuhi selera generasi muda yang terpapar oleh budaya Korea, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran mengenai erosi identitas budaya asli dari kebaya itu sendiri.
Korean Wave dalam Industri Kuliner
Masyarakat Indonesia akhir-akhir ini lebih memilih makanan berbau Korea, seperti kimchi, kimbab, ramyeon daripada makanan tradisional milik Indonesia sendiri, seperti lemper, rendang, gudeg. Bahkan berbagai restoran yang menawarkan hidangan Korea atau menggabungkan elemen-elemen Korea dalam menu mereka juga semakin menjamur demi meningkatkan penjualan dan popularitas produk sesuai tren dan popularitas yang ada. Bahkan berbagai brand makanan di Indonesia mengkaitkan produknya dengan segala yang berbau Korea, seperti mie rasa pedas Korea, atau bahkan menggunakan idol atau selebriti Korea untuk mempromosikan produknya. Akan tetapi, hal ini juga menimbulkan kekhawatiran mengenai identitas produk lokal yang dapat mengaburkan nilai dan keunikan asli dari produk dan makanan lokal tersebut.
ADVERTISEMENT