3 Bulan Rasa 3 Tahun di Kolaborasi kumparan

Judith Aura Tiara
Diari virtual plus lapak penulisan kreatif Judith, alumnus Sastra Inggris Universitas Padjadjaran dan reporter di kumparanWOMAN.
Konten dari Pengguna
11 Maret 2021 14:48 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Judith Aura Tiara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kakak-kakak Kolaborasi dan Eks Kolaborasi (minus Mba Dhini, Kak Ela, dan Kak Anggita) Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Kakak-kakak Kolaborasi dan Eks Kolaborasi (minus Mba Dhini, Kak Ela, dan Kak Anggita) Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Hari ini aku lagi enggak banyak kegiatan. Maklum, namanya juga rookie reporter, masih planga-plongo mantau situasi kerja di tempat baru, supaya cepat paham sama situasi. Supaya cepat paham bagaimana kerja jadi seorang reporter itu.
ADVERTISEMENT
Kemudian, aku iseng membuka pesan-pesan masuk di WhatsApp selain grup kerja dan chat dari editor. Iya, yang aku bukain itu grup kerja lamaku sewaktu masih jadi anak magang di Kolaborasi kumparan.
Duh, baruuuu saja 4 hari pisah dari Kolaborasi kumparan, tapi kok kangen banget, ya? Padahal aku enggak pernah ketemu langsung sama Kakak-kakak di Kolaborasi (thanks to pandemic and WFH), tapi rasanya nyaman saja gitu, kerja dengan semuanya. Padahal aku anaknya diam-diam saja. Masih malu-malu, masih takut buat ngobrol, kadang mau tanya soal kerjaan saja harus mikir dulu, “Ngomongnya yang enak gimana, ya?”

Awal

Aku magang di Kolaborasi kumparan selama tiga bulan lamanya, dari Desember 2020 sampai Maret 2021. Waktu pertama dihubungi HR untuk lamar magang di Kolaborasi kumparan, awalnya rada takut, “Aduh, aku enggak ada pengalaman kerja di media, gimana dong??”
ADVERTISEMENT
Tapi, karena aku sudah capek 9 bulan menganggur, jadi, ya sudah deh. Aku terima tawarannya. Cus kirim CV dan portofolio, terus wawancara beberapa hari kemudian. Diwawancara langsung sama redaktur Kolaborasi, Mas Rizki Gaga atau Mas Gaga, panggilan dari kakak-kakak Kolaborasi.
Grogi? Iya lah. Gimana enggak grogi, wong aku enggak berpengalaman kerja di media sama sekali.Saat itu juga enggak terlalu kepikiran untuk kerja di media.
Dulu memang sempat kepengin banget kerja di media, tapi perlahan-lahan harapannya pupus karena sadar aku orangnya terlalu pemalu dan takut buat ketemu orang baru. Eh, tapi, nasib berkata lain--disuruh sama semesta buat coba kerja di sini.
Ilustrasi kerja WFH. Foto: Pixabay
Usai wawancara dengan jawaban-jawabanku yang super ‘kentang’ alias ‘kena tanggung’, aku hanya bisa menunggu. Sembari menunggu, aku mencoba lamar ke perusahaan lain. Dan tiba-tiba, aku diterima magang di perusahaan lain itu. Masih tanpa kabar dari Kolaborasi. Ya sudah, karena sudah optimistis ditolak (bukan pesimistis diterima), aku terima saja yang di tempat lain ini.
ADVERTISEMENT
Eh, tapi, sehari setelah aku survei kantor tempat magangku itu, tiba-tiba, HR kumparan kasih kabar: “Ya Judith selamat kamu diterima magang!” (enggak gini juga ngomongnya, pokoknya intinya begitu, deh!)
Aku bengong. Aku ingat banget, langsung panic attack dan pening, karena enggak paham harus ngapain. Maklum, pertama kalinya banget dapat dua tawaran kerja dan harus menolak salah satunya.
Akhirnya, setelah melewati diskusi dengan Ibuku dan puluhan pertimbangan, aku putuskan untuk ambil kesempatan di kumparan. And boy, did I make a very great choice.

Pertengahan

Sehari sebelum kerja, ada miskom. Pagi-pagi, sedang di hotel sambil makan lontong kari, tiba-tiba ada chat masuk dari Mas Gaga. Katanya aku masuk kerjanya hari ini. Padahal setahuku tanggal 4 Desember itu masih besok harinya.
ADVERTISEMENT
Panik lagi. Judith memang selalu panik, jadi, bear with me. Tapi untung, miskomnya bisa diatasi dan besok harinya, aku mulai kerja. Diajarkan langsung soal banyak hal dan cara kerja di Kolaborasi oleh Mas Gaga, Kak Denia, Kak Ela, dan Kak Anggita. Disambut dengan ramah juga sama Mbak Dhini, Kepala Kolaborasi.
Only a day and it already felt like home.
Tapi, enggak mungkin lah ya, kerja tanpa melakukan kesalahan. Enggak mungkin juga enggak ditegur. Aku langganan banget bikin salah, jadi memang wajar ditegur, supaya enggak diulangi ke depannya.
Pernah saking takutnya, aku sampai enggak mau cek HP karena takut kena teguran lagi. Masih cemen, memang, tapi masa mau begitu terus?
ADVERTISEMENT
Teguran dan kritikan dari semuanya justru membantu aku memanuver arah aku ke depannya. Aku jadi tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang harus dilakukan dan mana yang enggak. Up to this day, I am so thankful for all the constructive criticisms from my seniors.
Kak Denia, Kak Ela, Kak Anggita, Mas Gaga, dan Mbak Dhini enggak pernah menjatuhkan, tapi selalu mengarahkan. Selalu membantu, mengkritik, dan membangun aku supaya jadi lebih baik lagi di pekerjaanku. Mereka selalu menunjukkan kinerja yang baik dan semuanya kucontoh. Aku diam-diam saja, tapi diam-diam memantau apa yang harus dilakukan, supaya kinerjaku bisa sebagus Kakak-kakak Kolaborasi.
Tak luput disebutkan, tapi enggak bisa satu per satu, Kakak-kakak di 1001 Media yang ramah-ramah dan enggak pernah bete (secara langsung mungkin ya) kalau aku bantu koreksi tulisan; entah itu tipo atau koreksi tanda baca. Senang bisa berkenalan dengan banyak jurnalis keren dari Aceh hingga Papua. Semuanya punya pola pikir dan humornya masing-masing; but it somehow works well with one another. Yang namanya Bhinneka Tunggal Ika, menurutku bisa kelihatan dari Kakak-kakak ini semua.
ADVERTISEMENT
Shift pagi, siang, malam, semuanya sudah kulewati. Dari bangun pukul 4 subuh sampai selesai kerja pukul 10.30 malam; dari edit tulisan user sampai bantu menulis judul; dari ketawa-tiwi di Google Meet sampai nangis karena malu dengan kinerja buruk; semua aku lewati bareng di Kolaborasi kumparan.
Inget banget, ditanya satu pertanyaan ini dari Mas Gaga: “Menurut kamu, pekerjaan seorang wartawan itu gimana, sih?” (kasarnya seperti itu ya, aku enggak ingat kata per katanya bagaimana).
Yang langsung terlintas di pikiranku saat itu adalah drama Korea “Pinocchio”, drama yang diawaki Lee Jong Suk dan Park Shin Hye soal pekerjaan mereka sebagai reporter stasiun TV. Aku ingat betapa susahnya pekerjaan seorang wartawan di drama itu: ke sana ke sini cari informasi yang kredibel, research yang lebih mendalam soal kasus tersebut, dan lain-lain. Berat, pokoknya. Jadi wartawan itu pekerjaan yang enggak boleh sama sekali diremehkan.
ADVERTISEMENT
Jadi, jawaban yang keluar dari mulutku waktu itu adalah: “Jadi wartawan itu pekerjaan yang sulit.”
Kentang, ya?

Akhir

Nothing lasts forever. Atau kalau kata Ariel Noah mah, tak ada yang abadi. Kontrak aku mulai mendekati ujungnya, dan aku mulai panik-panik ajaib (lagi).
“Nanti habis dari Kolaborasi mau kerja ke mana?? Aduh?? Ya ampun??” itulah yang setiap hari terlintas di otak, mulai dari bangun tidur sampai akhirnya tidur lagi. Teman-teman dan Ibuku sepertinya sudah capek melihat aku yang panik 24/7.
Kesulitan cari kerja itu benar-benar hal yang traumatis, bagiku. Takut enggak dapat kerja karena banyak kompetitor, merasa enggak kompeten sebagai seorang pekerja, ah, you name it.
Tapi, semua itu aku kesampingkan dulu saat aku sedang kerja. Biarlah aku menikmati dulu kerja di Kolaborasi, interaksi dengan Kak Ela dan Kak Denia setiap harinya (Kak Anggita lagi jauh dulu, hiks), ditegur dan diajarin banyak hal lagi sama Mas Gaga. Panik urusan belakangan kalau lagi kerja.
ADVERTISEMENT
Sampai akhirnya aku dapat tawaran untuk lamar di News. Di sini, aku bengong (lagi). Di satu sisi senang banget dapat kesempatan untuk benar-benar kerja di kumparan, tapi di satu sisi sedih juga enggak kerja satu tim lagi sama Kakak-kakak ini, yang baru dikenal tiga bulan tapi rasanya sudah tiga tahun. Sudah nyaman, tapi mau bagaimana lagi, kan?
Aku kutip dari Mas Gaga: “Berpisah ketika sudah nyaman adalah bumbu kehidupan, kamu harus mulai terbiasa.”
Hari kerja terakhirku diawali dengan makan siang bareng Kakak-kakak Kolaborasi dan eks Kolaborasi: Mba Dhini, Mas Gaga, Kak Denia, Mas Katon, Mas Ajo, dan Mas Allbi. Akhirku di Kolaborasi yang juga awalku di kumparan; they were all offering me the warmest goodbyes and sincerest welcomes at the same time.
ADVERTISEMENT
Semua pengalaman dan pelajaran yang aku dapatkan di Kolaborasi ini benar-benar berharga buat aku. Dan jadi bekal juga untuk aku mulai kerja di bagian News. Meski masih cupu banget, tapi tenang Kakak-kakak Kolaborasi, aku enggak akan malu-maluin kalian. Semoga.
Terima kasih banyak, Kakak-kakak Kolaborasi dan 1001 Media. Sukses selalu! It was truly once-in-a-lifetime experience.
Let me be dramatic for once, the weather’s nice enough for this. :(