news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bukan Sekedar Janji (untuk) Joni

Konten dari Pengguna
20 Agustus 2018 1:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari JURY tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tepi pantai Motaain, Atambua, bersama barisan TNI, polisi, ASN dan siswa SD, SMP, dan SMA, hari itu, Jumat (17/8), kami 32 orang peserta Sesdilu 61 siap mengikuti upacara peringatan HUT RI ke-73. Semua tampak biasa saja. Tidak ada seorangpun menduga sesuatu yang luar biasa akan terjadi beberapa menit kemudian.
Siswa SD bersiap berbaris untuk mengikuti upacara. Foto: Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Ketika bendera merah putih hendak dikibarkan, tiba-tiba tali tiang putus dan terlempar ke angkasa. Suasana menegang, peserta upacara terpaku. Namun, pasukan pengibar dengan sigap tetap membentangkan bendera dengan kedua tangan mereka, dan lagu Indonesia Raya pun berkumandang.
Foto: Dokumentasi Pribadi
Sejurus kemudian, Wakil Bupati Belu, JT. Ose Luan, yang menjadi Inspektur Upacara memberi perintah, "upayakan, bendera tetap dikibarkan". Di tengah kebingungan mencari cara menarik kembali tali tiang bendera, seorang anak lelaki kecil berseragam putih biru berlari ke tengah lapangan. Tanpa sepatu, dengan berani ia memanjat tiang bendera. Sempat terhenti di tengah, ia akhirnya sampai di ujung tiang dan menarik tali ke bawah.
Foto: Dokumentasi Pribadi
Riuh tepuk tangan dan helaan nafas lega pun membahana. Sebagian dari kami bahkan menangis terharu.Merah Putih telah terselamatkan dan berkibar dengan gagah di angkasa.
ADVERTISEMENT
Anak itu kemudian diketahui bernama Yohanis Gama Marschal Lau atau biasa dipanggil Joni. Ketika diminta maju ke podium dan ditanya bagaimana dia bisa begitu cekatan memanjat, "saya biasa naik pohon asam", jawabnya. Malu-malu, ia tersenyum ketika kamera membidiknya dari jauh. Joni, pun mendapat apresiasi yang tak pernah ia duga. Ia memang patut dipuji atas keberaniannya.
Joni bersama Wakil Bupati Belu di podium. Foto: Dokumentasi Pribadi
Melalui sosial media, video peristiwa heroik Joni, yang diunggah rekan kami, Ika Silalahi, pun viral. Dalam hitungan menit, Joni dikenal seluruh Indonesia. Apresiasi dan pujian pun datang silih berganti. Presiden RI dan Menpora bahkan memberikan perintah agar Joni datang ke Jakarta untuk menghadiri Pembukaan Asian Games 2018. Saat ini, Joni pun berada di Jakarta. Tak hanya itu, janji memberikan beasiswa dan hadiah pun datang dari berbagai pihak.
ADVERTISEMENT
Ah, Joni. Selamat, dik. Kau pantas mendapatkan semua perhatian itu. Semoga janji itu tak menjadi "janji" yang semu. Bukan karena utopia sesaat atau ajang pencitraan mereka semata.
Joni, tunjukkan pada Indonesia siapa dirimu dan sebutlah berulang kali nama Belu, kampung halamanmu. Indonesia harus tahu bahwa ada puluhan ribu saudara-saudarimu di seluruh pelosok Belu yang pemberani dan gigih seperti kamu. Di batas negeri ini, ada rasa cinta yang tulus terhadap bangsa dan negara Indonesia yang nyata. Nasionalisme yang begitu kuat, meskipun hanya dengan kemampuan terbatas karena fasilitas yang serba kurang.
Rumah penduduk di Belu yang minim fasilitas. Foto: Inke Hilarie Dinesia
Untuk itu, janji untukmu, Joni, sebenarnya adalah tumpuan beribu asa dan mimpi seluruh rakyat Belu. Harapan perbaikan dan penambahan infrastruktur dan perbaikan fasilitas pendidikan yang menunggu untuk diwujudkan para petinggi negeri ini.
ADVERTISEMENT
Bagi kami, Sesdilu 61, melalui Joni, kami kembali mendapat pelajaran teramat berharga. Bahwa pahlawan tidak harus di medan perang atau bersayap seperti Superman. Pahlawan lahir dimana saja.
Bagi kami pula, ada pekerjaan rumah untuk mendukung kemajuan 70.000 siswa siswi dan Bapak Ibu pengajar di Belu yang harus dikerjakan.
Bagi Belu, Sesdilu 61 akan kembali. Kami bisa pastikan, janji kami untuk Joni dan Belu, bukan sekedar janji.
Sesdilu 61 bersama Joni. Foto: UPT. Sesdilu, Kementerian Luar Negeri