Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kaderisasi Himpunan Mahasiswa Islam: Proses Pembentukan Insan Kamil
7 Agustus 2024 7:09 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Mujiburrahem tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai “insan cita”, tentunya tidak asing dengan istilah kata kader yang dibagi menjadi tiga kata: dikader, berkader, dan mengkader, yang membentuk karakter personal maupun kelompok. Berangkat dari sejarah lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam, dipicu oleh pemikiran Lafran Pane yang melihat pada realitas keadaan masyarakat terkukung oleh pikiran-pikiran konservatif agama yang enggan untuk mengejar duniawi, juga dengan keadaan tidak terkendalinya kaum muda yang westernisasi. Kegelisahan inilah yang mendorong Lafran Pane membentuk Himpunan Mahasiswa Islam. Himpunan Mahasiswa Islam merupakan himpunan perkaderan yang disiapkan untuk terjun ke masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Dalam proses perkaderan di Himpunan, kita selalu dituntut membangun kesadaran dengan mengkorelasikan pemahaman akal dan pemahaman panca indra. Menuju pemahaman akal, seorang kader tidak diperintahkan untuk tergesa-gesa dalam melakukan segala tindakan, sebab seorang kader terlebih dahulu akan diarahkan bagaimana memahami atau melengkapi akal tersebut menjadi seorang yang intelektual sesuai yang diharapkan oleh pendiri HMI terdahulu. Panca indra yang digunakan sebagai jembatan awal akal merupakan kewajiban kader untuk selalu menganalisis keadaan sekitar melalui media, buku, kondisi masyarakat, dan lingkungan.
Hal ini menjadikan kader peka pada keadaan sosial. Dengan keadaan realita yang saat ini sedang kita hadapi, di mana sumber penyakit kapitalisme yang menjadi kebutuhan hidup kita telah merubah pola pikir dan perilaku kita dari sifat yang suci “fitrah” ke materialis, di mana segala kehidupan diukur dengan materi. Kapitalis tidak hanya mampu membawa perubahan ekonomi yang meningkat, tapi secara tidak disadari kapitalis membawa gaya hidup bebas. Kondisi ini juga telah menciptakan hidup seseorang yang menggantungkan pada pergaulan bebas, seperti hiburan malam dengan sebotol minuman yang dilarang ajaran Islam. Kondisi ini semata-mata awalnya hanya untuk menghibur diri dari lamanya bekerja yang diatur oleh kapitalis.
ADVERTISEMENT
Padahal, kalau kita sadari, anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam bagian mukadimah telah tertulis di bagian paragraf tiga yang isinya: Berkat rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari kaum penjajah, maka umat Islam berkewajiban mengisi kemerdekaan itu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mukaddimah ini sebagai cerminan dasar karakter kader untuk menjadi pribadi yang baik sesuai dengan fitrahnya. Maka, upaya yang harus dilakukan ialah menata spiritualitas baik dengan cara personal maupun kelompok.
Selama kita berada dalam wadah Himpunan Mahasiswa Islam secara konsisten dan konsekuen, kita memiliki kewajiban untuk merawat keimanan kita dengan ilmu dan disertai dengan amal. Sehingga kualitas “insan kamil” atau manusia sempurna dapat diraih oleh kader. Selain itu, kesempurnaan kader akan tercapai ketika cerminan dari senioritas bernilai positif dan tidak memberikan contoh perilaku gaya kapitalis. Hal yang paling penting yang harus dipahami oleh personalia kader ialah harus teguh dalam menjalankan ijtihad, artinya seorang kader harus terus berproses dalam penataan diri menuju jalan yang baik dan benar sesuai dengan Al-Quran dan Hadist. Sebagaimana dalam pemahaman pribadi untuk membentuk kesadaran kader, yaitu memahami istilah dikader, berkader, dan mengkader.
ADVERTISEMENT
Dikader, dalam pemahaman penulis, merupakan kesadaran inti paling dasar personalia Himpunan Mahasiswa Islam yang ingin membentuk niat belajar dengan proses segala hal yang telah pengurus HMI berikan. Dengan dasar pedoman Nilai Dasar Perjuangan tentunya harus menjadi acuan pada setiap kader, baik junior maupun senior. Dengan segala proses yang diberikan oleh senior, tentunya kader yang junior harus menerima segala bentuk proses tersebut dengan catatan tidak bertabrakan dengan konstitusi yang berlaku di HMI sehingga tidak ada penindasan pada setiap berjalannya kaderisasi. Biasanya dalam proses dikader ini, organisasi Himpunan Mahasiswa Islam memiliki skema yang baik dalam mengasah proses pengetahuan kader. Salah satunya adalah melalui Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI), di mana lembaga ini akan membentuk kerja tim yang profesional mengenai pengetahuan jurnalistik.
ADVERTISEMENT
Kemudian, dalam proses berkader merupakan seleksi alam yang pasti dirasakan oleh seluruh kader melalui sifat represifitas pikirannya yang timpul dari lingkungan perkawanan, dan kepengurusan, yang dalam kondisi tersebut membuat mereka tidak bisa bertahan dalam upaya menjalankan amanah serta tanggung jawab berkaderan. Berkader juga dapat diartikan sebagai rasa kebebasan melalui kesadaran akan luasnya ilmu yang mungkin di dalam komisariat tidak menyediakan ilmu tersebut. Pada kondisi itulah setiap kader dituntut untuk membelajarinya, tetapi dengan penuh pendampingan dari pengurus agar hal-hal yang sifatnya sensitif, seperti ajaran kapitalis, tidak dijadikan doktrin pribadi dan doktrin kelompok.
Selanjutnya, proses mengkader merupakan puncak dari kematangan kaderisasi yang selama berkader selalu menikmati proses cobaan dari tingkat tahun pertama hingga tingkat tahun keempat atau tahun terakhir. Mengkader merupakan bentuk pengawalan pengurus kepada kader yang masih berada di tingkat bawah dengan membagikan pengalaman ilmu serta setiap individu dengan kesadaran diwajibkan menjaga citra yang baik, dengan contoh yang diberikan seperti menjaga tutur bahasa, perjuangan belajar dengan membentuk kelompok, membaca buku di depan anggota. Cara ini sebagai bentuk visualisasi yang nantinya bakal diresapi secara alami oleh para kaderisasi yang berada pada tingkat tahun pertama.
ADVERTISEMENT
Tahapan tiga elemen tersebut merupakan kunci pengabdian kita kepada generasi bangsa sebagai penerus tokoh-tokoh pahlawan. Dengan perjuangannya, mereka telah melewati masa penindasan yang dilakukan oleh bangsa penjajah. Sehingga, bentuk perjuangannya tersebut berhasil mendirikan bangsa Indonesia yang bersatu. Melewati masa perjuangan tersebut, bangsa Indonesia memiliki tanggung jawab dalam membawa bangsa Indonesia yang berdikari sendiri. Hal ini dimulai dengan membangun kompetensi dasar pemuda dengan membentuk bermacam-macam karakter ilmu pengetahuan sehingga dengan skema demikian dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.