Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bisakah Wanita Berpatisipasi dalam Dunia Matematika?
15 Desember 2024 12:35 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Julia Diah Susilawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Matematika telah menjadi dasar dari berbagai inovasi yang membantu peradaban manusia. Meski demikian partisipasi wanita dalam dunia matematika masih diabaikan dan tidak disorot dalam Sejarah. Wanita sering kali dipinggirkan dalam bidang ini karena streotip gender, hambatan sosial, dan kurangnya akses Pendidikan. Namun, perkebangan zaman sudah membuka peluang bagi wanita untuk terlibat aktif dalam matematika. Kira-kira apa saja hambatan yang dihadapi dan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mengubah situasi tersebut?
Hambatan Wanita dalam Dunia Matematika
1. Stereotip Gender yang Mengakar
ADVERTISEMENT
Stereotip adalah pandangan atau penilaian yang subjektif dan tidak tepat terhadap suatu kelompok atau golongan. Stereotip gender pada matematika sering menganggap pria lebih unggul dalam bidang logika dan analisis, sementara wanita hanya cocok di bidang yang melibatkan emosi atau komunikasi. Karena itu banyak wanita yang meragukan potensinya dalam bidang matematika dan ragu untuk melanjutkan Pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
2. Kurangnya Role Model Wanita di Matematika
Dalam konteks matematika, keberadaan role model sangatlah penting, untuk membantu melawan stereotip gender dan memberikan kepercayaan diri bahwa wanita juga bisa sukses di bidang matematika. Dalam sejarah matematika, banyak wanita yang telah memberikan kontribusi besar tetapi tidak mendapatkan pengakuan yang layak. Contoh wanita yang berjasa tetapi diabaikan dalam buku pelajaran yaitu, Ada Lovelace seorang matematikawan yang menciptakan alogaritma untuk mesin analitik Charles Babbage, sehingga ia disebut programmer pertama di dunia, namun jarang disebut dalam konteks pendidikan matematika. Selain itu ada juga Hypatia seorang matematikawan yang berkontribusi dalam bidang geometri dan astronomi, tetapi lebih sering dikenal dengan kisah kematiannya yang tragis daripada karyanya.
ADVERTISEMENT
3. Keterbatasan Akses Pendidikan
Menurut UNESCO, jutaan anak perempuan di seluruh dunia tidak bersekolah, terutama di daerah pedesaan, daerah konflik, atau komunitas dengan norma patriarki yang kuat. Jika pendidikannya tidak terpenuhi, bagaimana mereka melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi.
Kemiskinan juga menjadi salah satu faktor yang membatasi wanita untuk melanjutkan pendidikan, karena biasanya anak perempuan lebih sering diminta membantu pekerjaan rumah tangga dibandingkan anak laki-laki. Orang tua lebih mementingkan menyekolahkan anak laki-laki, karena dianggap bisa membantu perekonomian keluarga. Sedangkan Pendidikan matematika yang berkualitas hanya sering tersedia di sekolah tertentu, dan memerlukan biaya yang mahal.
4. Diskriminasi di Dunia Kerja
Diskriminasi terhadap wanita di dunia kerja terutama di bidang matematika dan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) masih menjadi tantangan signifikatkan. Sebuah studi global menunjukkan bahwa Wanita di STEM, termasuk matematika sering dibayar 15-20% lebih rendah daripada laki-laki dengan pekerjaan yang sama. Hal itu mengakibatkan banyak wanita yang meninggalkan kariernya di bidang matematika.
ADVERTISEMENT
Peluang untuk Meningkatkan Partisipasi Wanita
1. Penguatan Role Model dan Mentor
Kehadiran tokoh-tokoh wanita yang sukses di bidang matematika dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mengejar minat dan karier di bidang ini. Selain itu mentor yang mendukung dapat memberikan panduan praktis dan emosional untuk membantu wanita mengatasi tantangan yang mereka hadapi. Strategi ini juga membantu memberdayakan wanita dan membawa keragaman prespektif dan inovasi di bidang matematika.
2. Pemanfaatan Teknologi untuk Akses Pendidikan
Teknologi adalah alat yang sangat kuat untuk meningkatkan partisipasi wanita dalam matematika. Dengan memberikan akses pendidikan yang lebih luas, mendukung pembelajaran mandiri, dan menciptakan komunitas belajar yang inklusif, teknologi tidak hanya mengatasi hambatan yang ada tetapi juga menciptakan peluang baru bagi wanita untuk berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan di dunia matematika.
ADVERTISEMENT
3. Kampanye Kesadaran Publik
Kampanye kesadaran publik adalah peluang besar untuk meningkatkan partisipasi wanita dalam matematika. Dengan strategi yang efektif, kampanye ini dapat mengubah persepsi masyarakat, memotivasi generasi muda, dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi wanita untuk belajar dan berkontribusi di bidang matematika. Namun, untuk memastikan keberhasilannya, kampanye ini perlu didukung oleh kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, institusi pendidikan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat umum.
Meningkatkan partisipasi wanita dalam dunia matematika merupakan tantangan yang kompleks, namun jika terlaksanakan dapat membuka peluang perubahan yang besar. Dengan mengatasi stereotip gender, memperluas akses pendidikan dan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, wanita dapat ikut berperan besar dalam matematika. Seluruh perubahan ini tidak hanya akan memberdayakan wanita, tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara keseluruhan. Dunia yang inklusif adalah dunia yang adil dan mampu berdaya saing.
ADVERTISEMENT