news-card-video
11 Ramadhan 1446 HSelasa, 11 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Transportation Long Haul : Antara Emisi dan Inovasi Berkelanjutan

julia nur ardha
Mahasiswa Telkom University
6 Maret 2025 20:07 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari julia nur ardha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Tangkapan layar dari AnyLogic oleh Julia Nur Ardha. Tangkapan layar oleh Julia Nur Ardha, 12/11/2024.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Tangkapan layar dari AnyLogic oleh Julia Nur Ardha. Tangkapan layar oleh Julia Nur Ardha, 12/11/2024.

Latar Belakang Permasalahan

ADVERTISEMENT
Transportation long haul merupakan bagian integral dari distribusi barang dalam skala besar, baik secara domestik maupun internasional. Sistem transportasi ini berperan dalam menghubungkan pusat-pusat produksi dengan pusat distribusi atau pelanggan akhir yang tersebar di berbagai wilayah. Namun, dibalik efisiensinya, transportation long haul memiliki dampak lingkungan yang signifikan, terutama dalam hal emisi karbon. Emisi karbon yang dihasilkan dari kendaraan berbahan bakar fosil menjadi salah satu faktor utama dalam meningkatnya jejak karbon industri logistik, yang berkontribusi pada perubahan iklim dan pencemaran udara (Intergovernmental Panel on Climate Change [IPCC], 2021).
ADVERTISEMENT
Dampak Emisi Karbon dari Transportation Long Haul umumnya menggunakan kendaraan besar seperti truk trailer, kapal kargo, dan pesawat untuk mengangkut barang dalam jumlah besar. Setiap moda transportasi ini memiliki kontribusi terhadap emisi karbon, dengan truk diesel sebagai salah satu penyumbang terbesar. Menurut Badan Energi Internasional (International Energy Agency [IEA], 2022), sektor transportasi bertanggung jawab atas sekitar 25% dari total emisi gas rumah kaca global, dengan sebagian besar berasal dari bahan bakar fosil yang digunakan dalam kendaraan berbasis Internal Combustion Engine (ICE).
Beberapa permasalahan utama yang dihadapi terkait emisi karbon dalam transportation long haul meliputi:
1. Konsumsi Bahan Bakar yang Tinggi
Kendaraan jarak jauh memerlukan konsumsi bahan bakar yang besar, terutama pada rute yang memiliki kondisi jalan menantang seperti tanjakan curam atau kemacetan lalu lintas (Schwanen et al., 2020).
ADVERTISEMENT
2. Efisiensi Logistik yang Belum Optimal
Banyak perusahaan masih mengalami inefisiensi dalam perencanaan rute dan pemanfaatan kapasitas kendaraan, yang menyebabkan perjalanan kosong (empty backhaul) dan konsumsi bahan bakar berlebih (McKinnon, 2018).
3. Kurangnya Adopsi Teknologi Ramah Lingkungan
Kendaraan listrik dan biofuel masih belum banyak digunakan dalam skala besar akibat keterbatasan infrastruktur pengisian daya dan biaya investasi awal yang tinggi (Sperling & Gordon, 2019).
4. Regulasi dan Kebijakan yang Berbeda-beda
Perbedaan regulasi emisi karbon antar negara atau antar wilayah seringkali menjadi hambatan dalam mengoptimalkan solusi transportasi yang lebih berkelanjutan (Geels et al., 2021).

Kondisi Saat Ini

Kasus di Indonesia, sektor transportasi menyumbang sekitar 23% dari total emisi nasional, dengan transportasi sebagai penyumbang terbesar (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan [KLHK], 2023). Salah satu permasalahan utama yang dihadapi adalah tingginya ketergantungan pada kendaraan berbahan bakar fosil, khususnya truk diesel yang digunakan untuk logistik jarak jauh. Hal ini diperparah oleh infrastruktur jalan yang masih belum optimal, menyebabkan kemacetan dan konsumsi bahan bakar yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, di Pulau Jawa yang menjadi pusat ekonomi Indonesia, sistem transportasi logistik masih sangat bergantung pada moda darat. Tol Trans-Jawa telah membantu meningkatkan efisiensi transportasi barang, tetapi penggunaan kendaraan berbasis bahan bakar fosil tetap menjadi kendala utama dalam mengurangi emisi karbon. Selain itu, di beberapa pelabuhan utama seperti Tanjung Priok dan Tanjung Perak, masih banyak kendaraan berat yang menggunakan bahan bakar konvensional, yang berkontribusi terhadap tingginya polusi udara di daerah perkotaan (Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek [BPTJ], 2023).
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, dengan strategi mengadopsi kendaraan listrik dan biofuel dalam sektor transportasi. Namun, hingga saat ini, adopsi truk listrik dan bahan bakar hijau masih terbatas karena biaya investasi yang tinggi dan kurangnya infrastruktur pengisian daya (Kementerian Perhubungan RI, 2023). Selain itu, regulasi terkait transportasi hijau masih dalam tahap pengembangan, sehingga implementasi kebijakan belum berjalan secara optimal.
ADVERTISEMENT
Selain dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh transportation long haul, ada aspek lain yang juga perlu diperhatikan, yaitu kondisi kerja dan kesejahteraan sopir truk yang berperan penting dalam operasional logistik jarak jauh. Permasalahan yang dihadapi oleh sopir truk ini tidak hanya mempengaruhi efisiensi distribusi barang tetapi juga berdampak pada keselamatan dan keberlanjutan industri transportasi darat.
Permasalahan yang dihadapi oleh sopir truk transportation long haul selain permasalahan lingkungan, sopir truk transportation long haul di Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan yang mempengaruhi kesejahteraan mereka serta efisiensi operasional transportasi logistik. Beberapa permasalahan utama yang dihadapi sopir truk antara lain:
1. Jam Kerja Panjang dan Kelelahan
Sopir truk long haul sering bekerja lebih dari 12 jam per hari, yang meningkatkan risiko kecelakaan akibat kelelahan (Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia [Aptrindo], 2023).
ADVERTISEMENT
2. Kurangnya Fasilitas Istirahat
Di Indonesia, fasilitas peristirahatan khusus untuk sopir truk masih terbatas, terutama di jalur luar Pulau Jawa. Hal ini membuat sopir terpaksa beristirahat di bahu jalan yang tidak aman.
3. Tekanan Biaya Operasional
Harga bahan bakar yang fluktuatif dan biaya tol yang tinggi sering kali menjadi beban berat bagi para sopir truk, terutama bagi mereka yang bekerja secara mandiri atau dengan sistem bagi hasil dengan pemilik armada.

Usulan Inovasi Keberlanjutan

Solusi dan Strategi Pengurangan Emisi Karbon Untuk mengatasi permasalahan emisi karbon dalam transportation long haul, berbagai strategi dapat diterapkan oleh industri logistik dan pemerintah, antara lain:
1. Optimalisasi Rute dan Load Consolidation
Penggunaan teknologi berbasis AI dan big data dalam perencanaan rute dapat mengurangi perjalanan kosong dan meningkatkan efisiensi distribusi barang (Crainic et al., 2018).
ADVERTISEMENT
2. Transisi ke Transportasi Berkelanjutan
Meningkatkan penggunaan kendaraan listrik (electric trucks), biofuel, dan bahan bakar hidrogen dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil (Gao et al., 2020). Di Indonesia, program kendaraan listrik untuk angkutan logistik masih dalam tahap awal, tetapi beberapa perusahaan seperti Pertamina dan PLN telah memulai inisiatif untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di sektor transportasi berat.
3. Implementasi Kebijakan Green Supply Chain
Regulasi yang lebih ketat terkait batas emisi, insentif bagi perusahaan yang menerapkan transportasi ramah lingkungan, serta sistem perpajakan berbasis karbon dapat mendorong perubahan perilaku industri (Mckinnon et al., 2015). Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan Pajak Karbon dalam Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021, yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon di sektor transportasi.
ADVERTISEMENT
4. Pengembangan Infrastruktur Hijau
Investasi dalam jaringan pengisian daya kendaraan listrik, bahan bakar alternatif, dan peningkatan efisiensi pelabuhan dan terminal logistik dapat mempercepat transisi ke sistem transportasi yang lebih ramah lingkungan (Sperling, 2018).
5. Edukasi dan Kesadaran Industri
Peningkatan kesadaran pelaku industri tentang dampak lingkungan dari transportation long haul dapat mendorong adopsi teknologi dan praktik yang lebih berkelanjutan (Banister, 2021).

Tantangan Implementasi

Adapun tantangan yang mungkin dihadapi dalam mengimplementasikan hal tersebut. Salah satunya, seperti transisi ke kendaraan listrik dan infrastruktur hijau memerlukan investasi awal yang signifikan. Banyak perusahaan mungkin kesulitan untuk mengalokasikan dana untuk teknologi baru ini, terutama jika mereka beroperasi dengan margin keuntungan yang tipis dan tantangan ini diperparah oleh infrastruktur untuk mendukung kendaraan listrik dan bahan bakar alternatif masih terbatas, terutama di daerah terpencil. Ketersediaan stasiun pengisian daya dan terkait hal jangkauan, waktu pengisian, dan performa kendaraan dalam kondisi tertentu (Salma, 2024).
ADVERTISEMENT