Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Peran Rumput Gajah dan Tanaman Vetiver untuk Mengendalikan Erosi
22 Juli 2024 9:55 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Julian Ariza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penulis: Julian Ariza Perdana Putra
Rumput gajah/napier grass (Pennisetum purpureum) merupakan salah satu tipe rumput yang mudah ditemui, mudah tumbuh, serta mudah dikembangbiakkan di wilayah tropis (Negawo dkk, 2017; Plantvillage, 2019). Rumput jenis ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam pengurangan erosi tanah. Rumput gajah mampu menahan aliran permukaan sebesar 11,8% dari intensitas hujan yang turun (Islami & Utomo 2006). Menurut (Prasetyo 2003) rumput gajah merupakan jenis rumput yang sesuai untuk konservasi lahan, terutama di daerah dengan topografi pegunungan dan berlereng. Tanaman rumput Gajah (Pennisetum purpureum) memiliki perakaran serabut yang dapat mengikat partikel dan membentuk jalinan serta mengangkat zat hara yang telah tercuci oleh air hujan ke lapisan permukaan. Tanaman rumput Gajah dikenal sebagai pakan ternak yang bermanfaat sebagai mulsa dan dapat melindungi tanah dari pukulan air hujan. Rumput gajah juga mempunyai perakaran yang berasosiasi dengan bakteri pengikat nitrogen sehingga sesuai untuk dikembangkan pada lahan terdegradasi (Videira et al. 2013).
ADVERTISEMENT
Keberadaan akar tanaman rumput gajah dapat meningkatkan nilai tegangan air pori negatif (-u) pada proses pembasahan rata-rata sebesar 45,45% dan pada proses pengeringan rata-rata sebesar 80%, nilai kohesi efektif ( c’ ) rata-rata sebesar 34,46% dan sudut geser dalam efektif (φ ‘ ) rata-rata sebesar 22,45%, dimana parameter- parameter tanah ini dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan factor keamanan (FK) stabilitas lereng rata- rata sebesar 33,18%. Jadi keberadaan akar tanaman dapat meningkatkan faktor keamanan (FK) dan menjaga kestabilan lereng (Santiawan dkk, 2007). Tutupan rumput gajah efektif dalam mengurangi erosi tanah dengan pengurangan kekeruhan terhadap perairan akibat erosi sebesar 98,86%. Namun, berdasarkan temuan yang diperoleh dari penelitian Satriagasa & Suryatmojo (2020) yaitu tutupan rumput gajah hanya mampu mengurangi akumulasi limpasan permukaan maksimal pada lahan dengan kelas kemiringan miring (15–25%).
ADVERTISEMENT
Menurut Lubis et al. (1999) menyebutkan bahwa produktivitas rumput gajah pada lahan yang datar dapat mencapai 5,1 ton/ha, namun produktivitasnya akan menurun seiring dengan peningkatan tingkat kelerengan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produktivitas rumput gajah pada lahan yang sudah terdegradasi serta topografi berlereng dapat dilakukan dengan pemberian pupuk secara rutin. Kemudian Seseray & Santoso (2013) mengatakan bahwa pemberian pupuk kimia (urea, TSP, KCL masing-masing dengan dosis 100 kg : 50 kg : 50 kg per hektar) pada rumput gajah akan meningkatkan produktivitasnya sebesar 29% dibanding tanpa pemupukan. Added Value dari tanaman rumput gajah yaitu dapat dijadikan pakan ternak dan juga dapat diperjualbelikan kepada masyarakat, dengan harga per ikat 15.000 ribu hingga 20.000 ribu.
ADVERTISEMENT
Selain rumput gajah, terdapat akar serabut atau akar wangi yang kerap digunakan oleh masyarakat Indonesia secara luas sebagai opsi tanaman pengendali erosi. Akar serabut vetiver yang mempunyai nama latin Chrysopogon zizanioides dan nama lokal akar wangi mampu menembus ke dalam tanah hingga 2–4 meter dan mengikat partikel-partikel tanah (Titut, 2020). Tanaman vetiver toleran tumbuh pada ketinggian 500–1.500 meter di atas oermukaan laut, dengan suhu 17–27 derajat celsius dan curah hujan 500–2.500 mm per tahun. Tapi, akar wangi juga bisa tumbuh di lahan marginal, kering dan tercemar. Menurut Badriyah (2020) Berdasarkan fisiologinya, rumput vetiver ini dapat menembus ke dalam tanah, mengikat tanah, dan mampu mengontrol urukan tanah. Bahkan, akar vetiver dalam tanah memiliki kekuatan daya rentang setara seperenam kekuatan baja ringan. Tanaman rumput vetiver tidak menghasilkan bunga dan biji sehingga tidak berpotensi invasif dan merusak ekosistem. Vetiver tidak mempunyai rimpang, tetapi memiliki akar serabut, menyebar dan banyak. Noor, dkk (2011) mengungkapkan bahwa barisan pagar vetiver dapat menahan pengikisan dari aliran air (scouring of water flow) hasil hujan lebat sebesar 0,028 m3/det.
ADVERTISEMENT
Pada penelitian Natalia dan Hardjasaputra (2010) diperoleh kesimpulan bahwa komposit tanah dan akar vetiver tersebut menambah nilai kohesi pada tanah sebesar 35,8%. Andiyarto (2012) melakukan penelitian akar vetiver mampu menembus lapisan tanah merah yang dipadatkan dengan berat volume kering tanah berkisar 1,28–1,34 g/cm3 setebal 16,8 cm. Vetiver tahan genangan serta tumbuh baik pada tanah berkadar garam tinggi, sodik, masam, dan toleran logam berat (Yeh & Lin, 2014; Cuoang et al., 2015; Lim, 2016). Rumput vetiver juga diindikasikan relatif tahan kebakaran dan tidak menjalarkan api. Tanaman vetiver memliki added value sejak tahun 2000, vetiver sudah dikembangkan di Indonesia. Badan penelitian dan pengembangan pertanian sudah banyak melakukan penelitian tanaman tersebut baik untuk produksi minyak atsiri maupun sebagai tanaman pencegah erosi dan longsor.
Oleh karena itu, dapat diketahui dan disimpulkan bahwa rumput gajah merupakan tanaman yang mudah tumbuh dan dikembangbiakan pada daerah tropis, dapat digunakan sebagai tanaman pengendali erosi, memiliki perakaran serabut yang dapat mengikat partikel dan membentuk jalinan serta mengangkat zat hara yang telah tercuci oleh air hujan ke lapisan permukaan serta mampu menahan aliran permukaan sebesar 11,8% dari intensitas hujan yang turun. Memiliki added value tanaman gajah dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan juga dibudidayakan untuk diperjualbelikan.
ADVERTISEMENT
Terdapat rekomendasi lain yaitu tanaman vetiver atau akar wangi yang secara umum sudah digunakan oleh masyarakat di berbagai daerah di Indonesia dan memiliki beberapa keunggulan daripada tanaman rumput gajah, diantaranya yaitu: akar vetiver dalam tanah memiliki kekuatan daya rentang setara seperenam kekuatan baja ringan dan kekuatan akar 6 hingga 35 kali lebih kuat daripada akar yang lainnya, selain iotu rumput vetiver juga diindikasikan relatif tahan kebakaran dan tidak menjalarkan api.
Daftar Pustaka
Andiyarto, H.T.C., Purnomo, M. 2012. Efektivitas Pemanfaatn Tanaman Rumput Akar Wangi untuk Pengendalian Longsoran Permukaan pada Lereng Jalan Ditinjau dari Aspek Respon Pertumbuhan Akar. Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan. Volume 14 (2) Hal. 151 – 164.
Blanco, H., & Lal, R. (2008). Principles of Soil Conservation and Management. Netherland: Springer.
ADVERTISEMENT
Badriyah, N., Wulandari, S. 2020. Efektivitas Akar Vetiver Terhadap Peningkatan Kohesi Tanah Lereng Sebagai Tinjauan Untuk Perkuatan Lereng. Jurnal Teknik Sipil. 27 (127).
Chen, H., Zhang, X., Abla, M., Lü, D., Yan, R., Ren, Q., Yang, X. (2018). Effects of vegetation and rainfall types on surface runoff and soil erosion on steep slopes on the Loess Plateau, China. Catena, 170, 141–149.
Chen, J., Xiao, H., Li, Z., Liu, C., Wang, D., Wang, L., & Tang, C. (2019). Threshold effects of vegetation coverage on soil erosion control in small watersheds of the red soil hilly region in China. Ecological Engineering, 132, 109–114.
Cuong, D. C., Minh, V. V., & Truong, P. (2015). Effects of sea water salinity on the growth of vetiver grass (Chrysopogon zizanioides L.). Modern Environmental Science and Engineering. 1(4), 185-191. DOI: 10.15341/mese(2333-2581)/04.01.2015/004.
ADVERTISEMENT
Foth, H. D. (1990). Fundamental of Soil Science (Eight Ed.). New York: John Wiley & Sons.
Guo, S., Zhu, Z., & Lyu, L. (2018). Effects of Climate Change and Human Activities on Soil Erosion in the Xihe River Basin, China. Water, 10(1085).
Islami T, Utomo WH. 2006. Limpasan Permukaan dan erosi tanah setelah sepuluh tahun menggunakan sistem lorong. Buana Sains. 6(1): 5158.
Lim, T. K. (2016). Chrysopogon zizanioides (L.) Roberty. Pp.197-227. In Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants: Volume 11 Modified Stems, Roots and bulbs. Springer (SZ): Springer International Publ.
Lubis D, Purwantari ND, Manurung T. 1999. Potensi nutrisi rumput gajah dari sistem pertanaman lorong dan kapasitas dukungnya untuk sapi perah laktasi. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. 375381.
ADVERTISEMENT
Natalia, M., Hardjasaputra, H. 2010. Pengaruh Akar Tumbuhan (Vetiveria Zizanioides) Terhadap Parameter Geser Tanah dan Stabilitas Lereng. Konferensi Nasional Teknik Sipil 4. Sanur- Bali.
Negawo, A. T., Teshome, A., Kumar, A., Hanson, J., & Jones, C. S. (2017). Opportunities for Napier Grass (Pennisetum purpureum) Improvement Using Molecular Genetics. Agronomy, 7 (28).
Noor, A., 2011. “Stabilisasi Lereng Untuk Pengendalian Erosi dengan Soil Bioengineering Menggunakan Akar Rumput Vetiver”. Jurnal Poros Teknik. Volume 3. No. 2. Hal. 69 74.
Plantvillage. (2019). Napier grass. Retrieved from plantvillage. psu.edu.
Prasetyo A. 2003. Model Usaha Rumput Gajah sebagai Pakan Sapi Perah di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Dalam: Prosiding Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. 5763.
ADVERTISEMENT
Safriani, Jayanti DS, Syahrul. 2017. Pengendelaian erosi secara vegetatif menggunakan rumput pait (Axonopus compressus) dan rumput alang-alang (Imperata cylindrica) pada tanah ordo ultisols. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah. 2(2): 396403.
Satriagasa, M.C & Suryatmojo, H. 2020. Efektivitas Tutupan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) dalam Mitigasi Erosi Tanah oleh Air Hujan. Jurnal Agritech. Vol 4 (2).
Seseray DY, Santoso B. 2013. Produksi rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang diberi pupuk N, P, dan K dengan Dosis 0, 50, dan 100% pada devoliasi hari ke-45. Sains Peternakan: Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan. 11(1): 4955. https://doi.org/10.20961/ sainspet.v11i1.4874.
Susilawati. 2016. Kajian rumput vetiver sebagai pengaman lereng secara berkelanjutan. Media Komunikasi Teknik Sipil. 22(2): 99108. https:// doi.org/10.14710/mkts.v22i2.12886.
Videira SS, e Silva MDCP, de Souza Galisa P, Dias ACF, Nissinen R, Divan VLB, Divan VLB, Elsas JD, Baldani JI, Salles JF. 2013. Culture-independent molecular approaches reveal a mostly unknown high diversity of active nitrogen-fixing bacteria associated with Pennisetum purpureuma bioenergy crop. Plant and soil. 373(12): 737754. https:// doi.org/10.1007/s11104-013-1828-4.
ADVERTISEMENT
Yeh, T. Y., & Lin, C. L. (2014). A sediment phytoattenuation evaluation by four sessions of vetiver planting and harvesting. Global Journal of Researches in Engineering: E Civil and Structural Engineering. 14(6). Tersedia: https://globaljournals.org/GJRE_Volume14/ 4-A-Sediment-Phytoattenuation.pdf.
Zulfialdi, dkk., 2013. Bio-Engineering, Melalui Pemanfaatan Tanaman Kaliandra (caliandra calothyrsus) di Wilayah Zona Rawan Longsor Jawa Barat, dalam Bulletin of Scientific Contribution, Volume 11, Nomor 3, Desember 2013: 168-175.