Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Selat Solo: Akulturasi Dua Bangsa dalam Satu Piring
16 Desember 2021 21:15 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Julian Dwi Efendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika berkunjung ke Kota Surakarta, wajib hukumnya untuk mencicipi kuliner Selat Solo. Dijamin tidak akan kecewa dengan rasanya. Saya yang baru pertama kali makan saja langsung jatuh cinta dengan cita rasanya.
ADVERTISEMENT
Selat Solo merupakan makanan yang menyatukan dua bangsa dalam satu piring. Perpaduan antara Eropa dan Jawa menghasilkan cita rasa yang unik dan lezat. Pertama kali mencoba Selat Solo saya langsung jatuh cinta dengan rasanya.
Meskipun foto saya kurang estetik, tetapi soal rasa tidak perlu diragukan. Selat Solo daging dobel ini bisa dinikmati di restoran Vien's Selat Solo dengan harga 16 ribu rupiah. Perpaduan rasa yang unik antara asam dan manis membuat lidah saya terus mengecap kuahnya. Bagi yang menyukai kuliner segar dan jauh dari rasa pedas, Selat Solo ini cocok untuk dijadikan pilihan.
Jika orang awam yang belum pernah mencicipi Selat Solo dan hanya melihat dari gambar ini kesannya mirip dengan bistik. Tidak salah; awalnya saya juga mengira demikian karena terdapat kentang, wortel, buncis, dan kuahnya juga mirip. Akan tetapi, rasa kuahnya berbeda. Keunikan lain yang saya temukan adalah daging Selat Solo yang dibentuk bulat seperti bakso dengan rasa gurih, sangat cocok jika dimakan dengan kuah yang segar.
Bagi kalian yang sudah kenyang mencicipi Selat Solo, kini gilirannya untuk mengetahui sejarahnya. Terciptanya makanan ini tidak lepas dari perbedaan selera dua bangsa. Orang Eropa sangat menyukai daging, sedangkan orang Surakarta lebih menyukai sayur-sayuran. Dari aspek penamaan sebenarnya Selat Solo berasal dari bahasa Belanda "Slachtje". Akan tetapi, cara baca versi dialek orang Jawa, menjadi selat.
ADVERTISEMENT