Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Liminal Space, Ketika Dirimu Berada pada Masa Transisi
23 November 2022 15:46 WIB
Tulisan dari JULIANDA FAHREZA ZAINAL tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sudah pernah dengar istilah Liminal Space? Mungkin beberapa dari kamu mengenal istilah ini sebagai situasi di tempat yang familier tetapi terasa asing, atau mungkin ada yang belum pernah mendengar istilah ini sama sekali. Buat yang belum tahu, yuk, baca sampai habis!
ADVERTISEMENT
Apa itu Liminal Space?
Kata "liminal" berasal dari kata Latin "limen", yang berarti ambang batas. Liminal Space atau ruang liminal mengacu pada tempat seseorang berada selama periode transisi. Tempat di mana suatu hal berakhir dan hal lain akan segera dimulai, tetapi belum sampai di sana, melainkan berada di antara keduanya.
Apa Saja Jenis-Jenis Liminal Space?
Fisik
Mungkin ruang liminal fisik yang paling mudah dipahami. Kita berada di ruang liminal fisik sepanjang waktu, tetapi biasanya kita sering tidak menyadarinya karena hanya berada di sana untuk waktu yang sebentar saja. Setiap tempat fisik yang berfungsi sebagai tempat penghubung antara dua tempat adalah ruang liminal. Misalnya, koridor yang menghubungkan dua ruangan adalah ruang liminal. Jalan, jalan raya, bandara, stasiun kereta api dan bus yang menghubungkan dua tujuan adalah ruang liminal. Tempat-tempat ini bersifat sementara, maksudnya kita harus melewatinya untuk menuju ke tempat lain.
ADVERTISEMENT
Beberapa contoh ruang liminal fisik:
Psikologis
Sederhananya, ruang liminal bisa dianggap sebagai masa transisi. Orang akan menghadapi banyak ruang liminal yang berbeda selama fase kehidupan. Beberapa akan lebih panjang dari yang lain dan beberapa akan lebih sulit dari yang lain, tetapi, menurut definisi, liminalitas mempunyai titik akhir. Contohnya, seorang remaja, kita dapat mengetahui bahwa secara fisik, mereka berada di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Secara mental dan temporal mereka juga terjebak di antara dua tahap kehidupan, yaitu masa kanak-kanak dan dewasa.
Terjebak dalam ruang liminal psikologis memiliki konsekuensi utama. Remaja tidak bisa menyebut diri mereka anak-anak, juga tidak bisa menyebut diri mereka dewasa. Hal tersebut membuat mereka kebingungan atas identitas mereka. Tak jarang, ruang liminal bukanlah ruang yang menyenangkan. Kurang nyata dan lebih emosional, ruang liminal psikologis dapat dikenali lebih sebagai transisi kehidupan atau pergeseran antara dua cara berpikir. Kata kedua ahli, ruang liminal psikologis sering disebut sebagai keadaan liminal.
ADVERTISEMENT
“Pada dasarnya, pikiranmu menyukai hal-hal yang teratur dan konsisten—pikiran mendambakan dan menciptakan prediktabilitas,” kata Franklin. “Otak manusia gua kita telah melatih kita untuk menghindari apa pun yang kita tidak 100% tahu hasilnya.” Akibatnya, tambah Franklin, ketika orang menemukan diri mereka dalam masuk ke dalam keadaan liminal, mereka sering mendapati diri mereka dengan perasaan cemas.
Ada dua jenis utama keadaan liminal psikologis menurut para ahli, emosional dan metaforis.
Contoh tambahan transisi yang menyertai keadaan liminal emosional meliputi:
• Kelulusan
• Pertunangan/pernikahan
• Putus/bercerai
• Kehamilan/kelahiran
• Diagnosis penyakit serius atau terminal
• Perubahan karier/pensiun
• Kematian orang terdekat
Keadaan liminal psikologis lainnya bersifat metaforis. Contohnya meliputi:
• Memilih perguruan tinggi mana yang akan diambil
ADVERTISEMENT
• Membuat keputusan antara dua mitra potensial
• Memutuskan apakah akan mengambil pekerjaan atau tidak
• Menerima atau menolak proposal
• Memilih tujuan liburan
Apa Pengaruh Liminal Space Kepada Kesehatan Mental Kita?
ADVERTISEMENT
Di situlah letak paradoks dari ruang liminal. Di satu sisi, saat kita berada di dalamnya, ada kemungkinan kita merasa tidak nyaman. Tetapi, karena transisi inilah kita memiliki kesempatan untuk tumbuh dan menyaksikan hidup berkembang menjadi seseorang yang lebih baru.
Makin banyak perubahan dengan hasil yang tidak kita ketahui, makin tidak nyaman kita jadinya. “Jika tidak dikontrol dengan baik, hal itu dapat menyebabkan perasaan 'tidak cukup'—tidak cukup pintar, tidak cukup kuat—dan itu bisa membuat kita masuk ke dalam keadaan takut dan gelisah atau lebih buruknya, depresi, bahkan sampai di tahap kita mempunyai keinginan untuk bunuh diri.”
Apa Yang Harus Kita Lakukan Jika Kita Berada di Dalam Liminal Space?
Biasanya, ruang liminal itu sendiri tidak berbahaya, tetapi persepsi orang tentangnya yang mungkin berbahaya. Bahkan, terkadang itu bermanfaat. Ketika ruang liminal dianggap sebagai bahaya, ketidakpastian, atau pemicu stres, perasaan tersebut dapat menyebabkan apa pun mulai dari kecemasan, depresi, hingga munculnya ide untuk bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Ada banyak cara berbeda yang dapat kamu pelajari agar bisa berada di ruang liminal dengan nyaman. Tujuannya adalah, “Untuk merasa nyaman dengan perasaan tidak nyaman,” kata Franklin.
Berikut adalah beberapa cara yang akan membantumu menavigasi ruang liminal:
Coba Lihat Ruang Liminal Sebagai Cara yang Sehat Untuk Bertanya, 'Mengapa tidak?' bukan 'Bagaimana jika?'
"'Bagaimana jika' bisa berbahaya dan meningkatkan kecemasan karena terlalu banyak pilihan, tidak ada fakta dan kita cenderung berfokus pada hal-hal negatif," kata Cohen. “Tetapi jika kita bertanya pada diri sendiri 'mengapa tidak?' dan fokus pada hasil positif, kita dapat menghindari bencana.” Dengan menantang diri sendiri untuk menjelajahi ruang liminal dengan cara yang penuh harapan dan sebagai peluang untuk berubah dan berkembang, kamu bisa keluar dari zona nyaman dan melakukan berbagai hal secara berbeda.
ADVERTISEMENT
Berlatih Menerima dan Hadir Untuk Saat Itu
Meskipun ketidakpastian yang terjadi ketika kamu berada di ruang liminal mungkin membuatmu tidak nyaman, kamu harus menerima bahwa di situlah kamu berada sekarang. Prinsip-prinsip terapi Dialectical Behavioral Therapy (DBT) dapat membantu kamu memahami bahwa, meskipun kamu tidak bisa mengendalikan semua keadaan, kamu bisa mengendalikan pikiran, perasaan, dan reaksi diri kamu sendiri. Jadi, berhentilah sejenak untuk mengetahui di mana kamu berada saat ini. Makin kamu menerima di mana kamu berada dan tidak melawannya, makin mudah jadinya.
“Banyak hal berubah dan tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menghentikannya—ini adalah bagian normal dari kehidupan,” kata Cohen. “Makin keras kita melawannya, makin sulit jadinya. Perubahan adalah bagaimana kita tumbuh dan belajar. Fleksibilitas adalah kuncinya.”
ADVERTISEMENT
Tuliskan Semuanya
Tidak jarang hiburan dan sastra kita mengikuti perjalanan sang pahlawan—pada dasarnya, sesuatu terjadi, sang pahlawan melakukan perjalanan mengikuti peristiwa itu, dan peristiwa itu sangat mengubah mereka. Jadi, kamu bisa saja mencoba menulis atau menggambar untuk mengungkapkan bagaimana rasanya berada di saat itu. Berikan pikiranmu—baik positif maupun negatif—sebuah tempat. “Saat kita memikirkan berbagai hal, mereka cenderung terus berkembang dan mengambil alih yang lainnya,” kata Cohen. “Tetapi ketika kita menuliskannya dan memberi mereka sebuah tempat, mereka menjadi lebih kecil dan lebih mudah diatur.” Tidak harus berupa cerita atau bahkan kalimat yang koheren, hanya perlu apa yang kamu pikirkan saat itu. Bahkan sebuah kata atau gambar saja bisa membantu. Setelah ditulis, kamu jadi bisa kembali dan melihat apa yang sedang kamu pikirkan. Dan itu mungkin akan memudahkanmu untuk mengenali jalan yang pada akhirnya ingin kamu ambil.
ADVERTISEMENT