Konten dari Pengguna

Mengenal Saham

Juliansyah Rizal
Peneliti dan Pembelajar / Mahasiswa S1 Akuntansi Unpam
18 Oktober 2021 15:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Juliansyah Rizal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
 ilustrasi pergerakan saham : foto : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi pergerakan saham : foto : pixabay.com
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun terakhir ini saya masih mengamati kalau investasi saham itu masih jadi "primadona"-nya investasi, mengapa bisa?apalagi banyak yang gencar membahas investasi saham mulai media, bahkan entitas badan hukum hingga lembaga Pemerintah pun turut andil melakukan edukasi untuk berinvestasi saham. ehmm, mungkin bisa saja disebabkan pertumbuhan teknologi, konsep turn over monetisasi uang dan mungkin juga karena cuan menjadi salah satu sebab ramainya informasi investasi saham. namun terlepas dari itu semua, apakah kita perlu bermain saham?
ADVERTISEMENT
Jujur saja, kesan berinvestasi saham itu awalnya bagi saya penuh risiko tinggi karena menyangkut teknik bagaimana berteman dengan waktu dan lekat dengan hal yang bersifat spekulatif. Ya, ini terbilang wajar karena hasil yang diperoleh dari investasi saham tidak dapat dinikmati secara instan. Butuh waktu dan analisa mendalam dalam transaksinya.
Sebelum memulai investasi saham, ada beberapa hal yang perlu saya luruskan terlebih dahulu. Saat ini masih banyak orang yang terjebak dalam istilah “bermain” saham atau “stock trading”, padahal saham itu bukan sebuah permainan yang menghasilkan pemenang dan pecundang dari sebuah transaksi, tapi lebih kepada arti dari sebuah kegiatan penting yang menciptakan uang dari uang yang telah diinvestasikan.
Kata “bermain” juga mengandung makna yang menyenangkan, tapi kita perlu berhati-hati karena kata ini terkesan tidak serius, tidak terarah dan asal-asalan. Konsekuensinya tentu ada ketika investasi saham dimaknai demikian, bisa jadi ini menimbulkan pola pikir yang “gambler” mirip seperti seorang pemain yang tidak memiliki perencanaan yang matang sehingga menimbulkan pola pikir salah, tindakan akan salah dan hasilnya pun salah, tapi bukan seperti film "God of Gambler" yang dibintangi Stephen Cow dengan kejeniusannya ya, ini jelas beda. Oleh karena itu, penting bagi kita memahami bahwa investasi saham itu harus dimaknai sebagai langkah strategis dalam melipatgandakan uang.
ADVERTISEMENT
Anda tentu kenal Warren Buffet bukan? ya, dia seorang tokoh terkenal yang mahir dengan hal investasi saham. Baginya, investasi saham adalah salah satu cara yang digunakan oleh orang yang memiliki pola pikir sebagai orang kaya sejak dini untuk melipatgandakan uang. Lantas, apakah kita harus menjadi seperti Warren Buffet agar sukses berinvestasi saham? tentu tidak, kita hanya perlu belajar dari dia tentang bagaimana berinvestasi saham yang tepat dan profitable. Indonesia juga punya Lo Keng Hong yang disebut sebut sebagai "Warren Buffetnya Indonesia", kita juga perlu belajar darinya agar bisa membeli "Mercy" dengan harga "Bajaj", maksudnya ini sebatas kiasan saja tapi intinya dengan teknik yang tepat dan modal yang ringan maka investasi saham itu bisa menguntungkan kita.
ADVERTISEMENT
Saat akan mulai berinvestasi saham, anda perlu ingat bahwa yang ditekankan bukanlah status dari “orang kaya” saat berinvestasi saham, tetapi pola pikir orang yang kaya dalam mengelola uang yang dimilikinya dalam membeli bisnis dan bukan membeli saham. Hal ini tentu berbeda bukan?
Dengan kemajuan teknologi yang melibatkan kebutuhan serba digitalisasi maka investasi saham menjadi semakin memiliki daya pikat untuk dilakukan, di sisi penjual/seller pun semakin gencar menerapkan prinsip Turnover untuk mengumpulkan uang dari transaksi penjualan saham, belum lagi ditambah dengan propaganda kampanye “Yuk Nabung Saham” yang sempat digaungkan beberapa tahun terakhir, semuanya menjadi bukti nyata bahwa investasi saham menjadi "eye catching" dari beberapa investasi lainnya.
Satu hal dasar yang harus kita ketahui, investasi saham itu tidak selalu bercerita tentang soal resiko saja atau soal menang-kalah serta soal untung-rugi, tidak semua itu melulu. Hakikat dari investasi saham sebetulnya mengamankan harta kekayaan yang kita miliki, menjaga agar nilainya tetap “utuh” dalam arti aman dan dapat mengimbangi pengaruh factor eksternal yang menyebabkan nilai asset itu menyusut, atau sederhananya begini, investasi saham itu akan memberikan imbal hasil yang minimal sebanding dengan tingkat inflasi yang terus menggerogoti nilai kekayaan yang kita miliki.
ADVERTISEMENT
Kita memang pernah membaca cerita kegagalan dalam berinvestasi saham, tapi bukan berarti kita akan mengikuti jejak kegagalan tersebut, kegagalan dalam berinvestasi saham itu banyak faktor, ada yang disebabkan karena tidak melakukan konsep murni dari berinvestasi melainkan lebih kepada berspekulasi.
ilustrasi investasi saham. Foto : pixabay.com
Bagi saya, tujuan mulia dari investasi saham tidak selalu bicara soal keuntungan semata, ada money management yang berdampak langsung terhadap kehidupan pribadi saya saat ini, misalnya mengelola cashflow pengeluaran pemasukan dari gaji bulanan saya menjadi lebih terstruktur, ya setidaknya itu dampak langsung yang saya rasakan dari investasi saham.
Saat memutuskan berinvestasi saham, saya tidak takut dan tidak pula ragu dalam berinvestasi saham karena ketakutan dan keraguan itu sejatinya ada pada saat saya memutuskan untuk tidak mencoba sesuatu yang baru dan tidak mempelajari sesuatu yang akan memberikan manfaat lebih untuk jangka pendek maupun panjang.
ADVERTISEMENT
Terus kalau udah investasi saham apa bisa langsung dapat untung ? Ini tentu kembali pada niat awal dari investasi saham ya, kalau yang dicari keuntungan instan semata ya bisa saja ini jadi momok yang dapat memicu kekacauan (chaos),karena seharusnya esensi dalam investasi itu soal bagaimana keberlangsungan menjalankannya (suistanable) dan bukan soal kapan dapat keuntungannya (profit). Sama saja dengan investasi lainnya seperti reksadana, deposito atau tanah sekali pun tidak ada yang menghasilkan keuntungan instan.
Begitu juga investasi saham, tidak ada yang serba instan dan pelik. Semuanya membutuhkan effort yang ekstra untuk berinvestasi saham karena banyak factor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dari investasi saham tersebut seperti factor fundamental, kinerja perusahaan, strategi analisa dan valuasi perusahaan. Banyak hal yang melatarbelakangi.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari semua itu, saya pribadi tidak mengajak atau bahkan menolak anda untuk berinvestasi saham, tidak sama sekali. Satu hal tentunya yang perlu kita sadari, investasi saham perlu kita cermati lebih mendalam dan pelajari lebih detail jika memang niat investasi saham itu sudah ada. Tidak ada investasi yang tidak memiliki risiko, semuanya ada. Siap atau tidaknya berinvestasi saham kembali kepada individu dari diri kita masing-masing dalam memahami kebutuhan, manfaat dan dampak dari berinvestasi saham. Bagaimanapun, investasi saham memang jadi penting saat memberikan manfaat besar bagi kebutuhan kita, tapi di sisi lain kita juga perlu tahu bahwa investasi saham itu dapat juga menjadi boomerang yang buruk apabila investasi saham itu lebih ditujukan untuk meraih kebutuhan yang instan.
ADVERTISEMENT