Konten dari Pengguna

Review Novel Home Sweet Loan: Sandwich Generation Susah Beli Properti

Julia Nita Sifa Prabarani
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta
20 Oktober 2023 13:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Julia Nita Sifa Prabarani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret Novel Home Sweet Loan (Sumber: Instagram pribadi @almirabastari)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Novel Home Sweet Loan (Sumber: Instagram pribadi @almirabastari)
ADVERTISEMENT
Identitas buku
Judul: Home Sweet Loan
Penulis: Almira Bastari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ADVERTISEMENT
Tahun Terbit: 2022
Jumlah Halaman: 312 halaman
Sweet Home Loan menceritakan tentang 4 orang sahabat yang tinggal di Ibu Kota Indonesia, Jakarta. Bekerja di perusahaan keuangan, Kaluna, Miya, Tanish, dan Danan dihadapkan dengan masalah yang kurang lebih sama. Harga properti dan aset yang gak ngotak. Masing-masing dari mereka memiliki lifestyle yang berbeda beda. Kaluna yang selalu ngirit, Miya yang hidupnya glamor ngebet menjadi selebgram, Tanish yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah internasional, serta Danan yang ingin tobat dari pergaulannya yang acakadul.
Apabila dilihat secara lebih mendalam, kompleksitas masalah dari novel garapan Almira Bastari ini sebenarnya bukan hanya harga properti dan aset tanah yang sudah selangit, tetapi juga karir yang stagnan, ekonomi yang sesak, juga hubungan romantis yang melelahkan, dan juga invasi ruang pribadi di rumah sendiri.
ADVERTISEMENT
Rumah Kaluna selalu digambarkan dengan narasi yang sama dan diulang ulang macam kaset rusak. Parkiran mobil yang penuh sesak, mainan anak yang berceceran di ruang keluarga, wastafel yang penuh dengan alat makan kotor, dan begitu seterusnya. Rumah Kaluna dihuni oleh 3 rumah tangga. Dua kakak nya sudah berkeluarga masing-masing, ditambah dengan orang tua Kaluna. Bisa dibayangkan seberapa penuhnya rumah yang berada dalam gang ibu kota tersebut.
Kaluna sendiri beranggapan bahwa sudah semestinya kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga keluar dari rumah. Pasalnya, persoalan-persoalan rumah tangga (baik kecil maupun besar) seringkali menyeret dan merepotkan orang tuanya dan Kaluna sendiri. Terbiasa dibantu, terbiasa mengandalkan orang lain, membuat Kaluna jengah dengan keberadaan keluarga kakak-kakak nya yang merebut ruang untuk keluarga.
ADVERTISEMENT
Keputusan Almira Bestari mengangkat problema beberapa keluarga yang tinggal di bawah satu atap ini sangat sangat menarik. Kompleksitas masalah yang timbul akibat bercampurnya urusan rumah tangga sangat relevan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, terutama mereka yang menikah muda tetapi belum punya aset rumah.
Problem kecil-kecil yang selalu mengalami repetisi karena kekanak-kanakan pasangan muda cukup untuk membuat Kaluna dan saya sebagai pembaca merasa kesal. Almira Bestari agaknya mencurahkan tenaga mengenai persoalan bagaimana tidak siap nya orang-orang untuk membangun rumah tangga pada usia belia. Gegabah untuk segera menikah di usia muda nyatanya bisa menjadi masalah yang berabe. Karena keberabean kondisi rumah itulah Kaluna sangat ingin membeli properti pribadi dan hengkang dari rumah sumpeknya itu.
ADVERTISEMENT
Kaluna dan Tanish sendiri adalah budak sandwich generation sedangkan Miya dan Danan adalah budak lifestyle. Dengan gaji seperti pegawai korporat pada umumnya, Kaluna harus hidup ngirit sedemikian rupa agar semua kebutuhannya bisa terpenuhi. Kebutuhan transportasi, kebutuhan perawatan diri, kebutuhan makan, kebutuhan pacaran, kebutuhan menabung untuk membeli rumah dan masih banyak kebutuhan yang lain.
Saking ngiritnya, Kaluna tidak pernah membeli barang-barang branded seperti yang dilakukan Miya dan Danan. Masalah tersebut kemudian menjadi dramatis ketika Kaluna menghadapi tuntutan dari sang calon mertua untuk menjadi lebih glamour. Lama kelamaan Kaluna menyadari bahwa kehidupannya dan kehidupan milik kekasihnya, Hansa, bagaikan bumi dan langit. Tuntutan yang dimiliki Kaluna dan tuntutan yang dihadirkan keluarga Hansa berada pada spektrum yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Hubungan yang membutuhkan banyak biaya, karir yang mentok begitu-begitu saja, dan keuangan yang mepet membuat Kaluna makin jauh dari financial freedom yang diinginkannya. Obrolan pesimis akhir bulan di kubikel kantor bersama teman-temannya mengenai impian tersebut membuat keempat sahabat tersebut semakin sadar bahwa kehidupan financial freedom sangat sulit untuk dicapai.
Salah satu hal yang selalu kontinu Almira Bestari sisipkan di dalam novel keluaran 2022 nya ini adalah bagaimana keempat sahabat tersebut rutin melakukan survei properti Hampir tiap akhir pekan, selalu ada agen-agen yang mereka temui. Antara harganya yang kepalang tinggi atau luasnya yang sekecil kandang ayam kampung, pasti ada saja zonk di setiap properti yang mereka kunjungi.
Harga properti di ibu kota yang selangit tampaknya memang menjadi problem bagi mereka, anak muda, yang ingin membeli rumah. Anak muda hanya memiliki dua pilihan, antara membeli rumah inden dengan harga yang gak ngotak atau membeli rumah bekas dengan berbagai kebobrokan dan masa lalunya. Dewasa kini memang banyak cibiran yang datang ke generasi muda agar mereka mulai menekan pengeluaran mereka, tetapi dengan harga 2 milyar ke atas, bah! hanya kalangan silver spoon saja yang bisa membeli rumah secara cash.
ADVERTISEMENT
Dengan pendekatan yang sederhana, Almira bestari berhasil menyajikan permasalahan-permasalahan fundamental yang kini anak muda hadapi. Walaupun cerita ini dibingkai dengan nuansa romance yang terkesan dangdut, cerita ini layak untuk dibaca karena ke-relate-annya dengan kehidupan di dunia nyata. Pada awalnya saya skeptis ketika berada di awal novel (mungkin beberapa dari kita memiliki prasangka buruk ketika awal membaca novel), tapi setelah di tengah-tengah saya menemukan bahwa novel ini sangat menarik, bahkan saya menangis ketika menyaksikan kepedihan hidup Kaluna.
Sepanjang 312 halaman, masing-masing karakter dalam novel ini juga menunjukkan character development tanpa terkecuali. Novel ini sangat cocok untuk dibaca oleh mereka kaum-kaum mediocre. Dengan akhir yang cukup untuk membuat pembaca senyum-senyum sendiri, Home Sweet Loan menunjukkan bahwa semua hal termasuk properti yang harganya selangit adalah pantas untuk diperjuangkan.
ADVERTISEMENT