Rela Sengsara demi Gengsi

Julien Mawaddah Azzahra
Mass communication student,Binus University.
Konten dari Pengguna
3 Februari 2021 15:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Julien Mawaddah Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang wanita banyak berbelanja. Foto: unsplash.com/Freestocks
zoom-in-whitePerbesar
Seorang wanita banyak berbelanja. Foto: unsplash.com/Freestocks
ADVERTISEMENT
Godaan memang selalu muncul dari berbagai arah. Apalagi ketika orang sekelilingmu satu per satu membeli sesuatu yang mahal, bagus, dan sedang ngetren. Misalnya tas bermerek keluaran terbaru yang harganya fantastis. Rasa ingin memiliki jadi tak tertahankan. Merasa tertinggal dengan yang lainnya membuat sebagian orang tak habis akal.
ADVERTISEMENT
Demi memenuhi hasrat, tanpa pikir panjang banyak yang mencari jalan pintas supaya sesuatu yang diinginkan cepat tercapai. Berhutang bahkan rela mengirit makan sekali sehari demi lapar gengsi terpenuhi. Mendahulukan ego memang tak ada habisnya. Akal sehat pun terpinggirkan.
Para psikolog menjelaskan bahwa rasa gengsi muncul akibat ketidakpercayaan diri. Akan fatal akibatnya jika dibiarkan semakin parah dan mengubah gaya hidup konsumtif. Memenuhi gaya hidup yang tak sesuai kemampuan menimbulkan berbagai masalah terutama masalah finansial.
Saya pikir seseorang yang punya rasa gengsi yang besar biasanya mengupayakan berbagai cara agar bisa meraih tingkat kesetaraan dengan orang di atasnya bahkan lebih tinggi. Tujuannya agar mendapat pengakuan dari sekitar dan tak ingin terlihat lemah dan dipandang rendah.
ADVERTISEMENT
Tak adanya batas diri malah membuat rugi, terutama tak terkontrolnya rasa iri. Penyakit hati bukan hal sepele. Dibiarkan dapat membinasakan hati dan pikiran manusia. karena gengsi tak sedikit yang rela mati-matian. Memperoleh sesuatu yang bukan kebutuhan padahal banyak hal lain yang jauh lebih penting.
Mau sampai kapan mengikuti gengsi yang tak berarti?. Kenapa memaksakan diri agar merasa tinggi?. Memang benar siapa yang tak bahagia punya sesuatu yang dapat dibanggakan. Tapi cepat lah sadar dari kebahagiaan yang fana. Hidup lebih berarti ketika merasa cukup dan bersyukur.
Lalu bagaimana cara agar gengsi tidak menguasai diri? Saya menyimpulkan beberapa cara yang bisa mengontrol rasa gengsi.
Menerima diri sendiri
Berhenti untuk membandingkan diri dengan orang lain. Percaya dengan kelebihanmu, kembangkanlah. Untuk dihargai dan dipandang tinggi, sifat dan wawasan lebih penting dari pada pamer kekayaan. Jangan terjerumus ikut-ikutan apalagi itu tak sesuai dengan dirimu.
ADVERTISEMENT
2. Memilih pertemanan
Semakin bertambah umur, hendaknya dapat lebih bijak memilih siapa yang patut dijadikan kawan. Dengan siapa kamu bergaul sedikitnya dapat mempengaruhi cara hidupmu. Teman memang harus dipilih,orang yang baik dan berilmu membuat pertemanan berkualitas sebaliknya pertemanan yang buruk membuatmu terjerumus pada hal yang negatif.
3. Investasikan hal yang kamu punya
Selalu mengikuti rasa gengsi tentu menyita waktu,energi,pikiran dan tentu saja uang habis untuk hal yang kurang bermanfaat. Investasikan waktu dan energimu dengan hal yang produktif dan membangun diri seperti belajar keterampilan baru, menambah ilmu dan mengembangkan karakter diri. Begitu juga dengan harta yang kamu punya, selektif membeli barang yang sesuai harga dan kualitasnya. Masih ragu? misal kamu menginvestasikan waktumu dengan belajar bahasa asing atau memanfaatkan hobimu sebagai penghasilan, seperti melukis atau kamu bisa investasikan uang mu dalam bentuk emas, dalam jangka waktu tertentu harganya bisa naik bahkan hitungan bulan.
ADVERTISEMENT
Raihlah sesuatu dengan memanfaatkan kemampuan yang kamu miliki secara maksimal. Jangan goyah ketika yang lain sudah lebih dulu mencapainya. Semua punya waktu dan kemampuan masing-masing. Jangan paksakan jika hal itu membuatmu merugi. Percayalah, gengsi itu tak berujung. Lebih baik perhatikan bagaimana kualitas hidupmu, jadikan dirimu seseorang yang kaya akan pengetahuan, dan pengalamanlah yang akan mengantar kamu pada kesuksesan.