Konten dari Pengguna

Transformasi Budaya: Kepemimpinan dan The Power of Words

Julpadli
Saya seorang Banker dan alumnus S1 IESP pada Universitas Mulawarman Samarinda. Belajar menulis sebagai terapi.
20 April 2024 23:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Julpadli tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu serial dokumenter terbaik yang tayang di Netflix menurut saya adalah Captains of the World. Serial dokumenter ini yang terdiri 6 episode tersebut bercerita tentang peranan kapten tim nasional sepakbola negara-negara yang berlaga pada FIFA World Cup 2022 lalu selama 29 hari. Terdapat 211 anggota FIFA yang mengikuti fase kualifikasi melalui 6 konfederasi sepakbola. Namun pada akhirnya hanya 32 tim nasional terbagi dalam 8 grup dari seluruh benua yang lolos kualifikasi dan turut berpartisipasi pada ajang paling bergengsi didunia sepakbola tersebut.
ADVERTISEMENT
Yang menarik dari serial dokumenter tersebut adalah bagaimana semua pihak berkontribusi terhadap optimalisasi performa tim kesayangan mereka. Head coach bukan hanya memberikan arahan teknik dan strategi namun juga mengobarkan jiwa patriotisme anak asuhnya kemudian menambuh genderang perang melalui psy war kepada tim lawan. Mereka sadar sekali bahwa mentalitas berpengaruh terhadap jalannya pertandingan.
Ketika peluit wasit tanda pertandingan dimulai, kapten kesebelasan menjadi figur sentral yang bukan hanya menjaga ritme permainan sesuai dengan taktik dan arahan pelatih. Kapten tak hanya menjadi pemain yang diberikan hak memerintah pemain lainnya namun sang kapten jauh lebih dalam, ia mesti menjaga ritme emosi dan mental dirinya dan tim yang dipimpinnya. Pendek kata, kapten adalah pemimpin yang mengkoordinasikan, menginspirasi dan memotivasi seluruh rekan setimnya.
ADVERTISEMENT
Pemain dengan beban berlipat adalah Lionel Andrés Messi, kapten timnas Argentina. Sebagai anak ajaib yang menorehkan banyak prestasi didunia sepakbola sejak usia dini, Messi selalu dibayangi oleh prestasi legenda Argentina lainnya yakni Diego Armando Maradona yang berhasil membawa Argentina menjadi juara dunia tahun 1986. Semenjak masuk timnas Argentina pada tahun 2005, torehan Messi sebagai pemenang Ballon d'Or sebanyak 8 trofi sepanjang 20 tahun karir profesionalnya dianggap tak sebanding dengan trofi piala dunia.
Dalam serial dokumenter tersebut, benar-benar terlihat bagaimana proses evolusi pribadi seorang pemain sepakbola. Dalam 4 kali penampilannya membela timnas Messi telah memberikan performa terbaiknya namun masih mengalami kebuntuan. Bahkan tekanan publik pada tahun 2016 membuatnya mendeklarasikan pengunduran dirinya dari timnas Argentina karena saat itu ia merasa timnas bukanlah tempatnya setelah gagal di Copa America. Begitu pula pada tahun 2018, ia mengungkapkan pengunduran diri setelah gagal melewati babak 16 besar piala dunia.
ADVERTISEMENT
Tensi pertandingan kedua timnas tersebut memang panas dan beberapa kali hampir terjadi kerusuhan antar pemain. 18 kartu kuning dan 1 kartu merah mewarnai duel yang diberi julukan battle of Lusail itu. Disaat itu, saya melihat Messi yang lebih memilih menghindari kerumunan pemain yang berseteru dan tampak memikirkan strategi menenangkan diri dan memenangkan pertandingan. Alhasil pertandingan tersebut diakhiri dengan kemenangan Argentina melalui adu penalti.
ADVERTISEMENT
Bagian paling epik dari serial dokumenter tersebut adalah bahwa setiap kata-kata yang keluar dari mulut seseorang dapat menjadi senjata yang menyulut api semangat dan amarah disisi lain. Dalam ruang ganti disaat seluruh pemain berada dalam ketegangan, para pelatih dan juga kapten serta beberapa pemain senior secara silih berganti akan menyampaikan kalimat penyemangat.
Messi dan Scaloni tampak menyapa penduduk Argentina dengan membawa trofi piala dunia 2022. Foto: https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01gmq3nwzjrxnk028mgzk9d3hk.jpgKumparan
Dari serial dokumenter diatas salah satu pelajaran yang dapat kita ambil adalah words have power, setiap kata memiliki kekuatan dan setiap pemimpin haruslah menjaga dengan seksama setiap perkataannya. Dalam dunia kerja, yang penuh dengan tekanan dan target, peranan komunikasi—khususnya kata-kata yang diucapkan—tidak bisa dianggap sepele. Sebagai pemimpin, pemahaman mendalam tentang kekuatan kata-kata dapat membantu dalam memotivasi pegawai, tidak hanya untuk mencapai target kinerja tetapi juga untuk meningkatkan motivasi individu mereka.
ADVERTISEMENT
Kata-kata memiliki kekuatan untuk membangun atau menghancurkan semangat seseorang. Dalam konteks profesional, apa yang kita katakan dan bagaimana kita mengatakannya dapat secara signifikan mempengaruhi suasana hati dan motivasi tim.
Sebagai seorang pemimpin, kita tidak hanya bertanggung jawab untuk mengelola kinerja tim tetapi juga untuk memimpin mereka menuju keberhasilan. Dalam konteks kepemimpinan, penggunaan kata-kata yang tepat dan efektif dapat menjadi salah satu instrumen paling kuat untuk menginspirasi, memotivasi, dan memandu pegawai. Pilihan sederhana pada kata-kata dapat membuat perbedaan antara menerima atau menolak pesan yang ingin disampaikan.
Kesadaran akan kekuatan kata-kata dan kemampuan untuk menggunakannya secara efektif dapat membedakan antara pemimpin yang baik dan yang luar biasa. Dengan memahami bagaimana kata-kata dapat memengaruhi motivasi dan kinerja pegawai, seorang pemimpin dapat menciptakan budaya kerja yang mendukung, berkolaborasi, dan berkinerja tinggi.
ADVERTISEMENT
Semisal saat kita menerima target kinerja signifikan diatas realisasi yang telah kita capai diperiode sebelumnya. Tentu itu adalah sebuah tantangan yang harus dijawab, apakah kita mampu melampaui target tersebut atau memilih pasif dengan mengeluh dan menganggap target tersebut sebagai beban. Peningkatan signifikan pada target kinerja haruslah dipandang sebagai kepercayaan manajemen terhadap kinerja tim yang kita pimpin selama ini. Dengan begitu, sikap pertama kita sebagai pemimpin tim adalah optimis namun tetap realistis. Target bisnis haruslah menjadi ajang komunikasi yang mendorong kesetaraan dalam dialog, konstruktif dalam feedback dan apresiatif dalam proses.
Ilustrasi Kekuatan kata-kata. Foto: stock.adobe.com
Dengan optimisme yang realistis kita akan mengerahkan seluruh sumber daya untuk menyusun kebijakan-kebijakan strategi secara bertahap diiringi dengan evaluasi yang berkesinambungan. Ibarat dalam peperangan, ketika satu kata optimis yang keluar dari seorang pemimpin maka akan lahir 1000 kemungkinan langkah strategis. Begitu pula sebaliknya, satu kata pesimis keluar dari seorang pemimpin maka akan menghancurkan 1000 kemungkinan langkah strategis.
ADVERTISEMENT
Setelah memahami kekuatan kata-kata, apa kata-kata yang akan anda pilih hari ini untuk membawa perubahan positif di tempat kerja anda?”