Konten dari Pengguna

Transformasi Budaya: Ketika Kata Tak Sejalan Dengan Kinerja

Julpadli
Saya seorang Banker dan alumnus S1 IESP pada Universitas Mulawarman Samarinda. Belajar menulis sebagai terapi.
1 September 2024 10:46 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Julpadli tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bossy, seorang manajer pemasaran di perusahaan teknologi yang berkembang pesat, dikenal sebagai seseorang yang piawai berbicara. Setiap rapat, ia mampu menarik perhatian dengan retorikanya yang memukau (tokoh dan tempat adalah fiksi). Presentasinya selalu dipenuhi dengan jargon bisnis, visi masa depan yang memukau, serta janji-janji yang meyakinkan. Tak jarang, kata-katanya membawa semangat baru bagi tim dan membuat para atasan merasa bahwa Bossy adalah pemimpin yang bisa diandalkan.
ADVERTISEMENT
Namun, seiring berjalannya waktu, rekan-rekan Bossy mulai merasakan ada sesuatu yang kurang. Meskipun Bossy selalu tampak meyakinkan di depan umum, hasil kerjanya sering kali tidak sebanding dengan retorika yang ia sampaikan. Timnya mulai merasa frustrasi karena meskipun ide-ide yang ia kemukakan terdengar brilian, implementasinya sering kali terhenti di tengah jalan. Bossy memiliki banyak ide cemerlang, tetapi tindakan konkret untuk merealisasikannya tampak minim.
Contohnya ketika Bossy memperkenalkan sebuah inisiatif baru untuk meningkatkan engagement pelanggan melalui media sosial, semua orang terkesan dengan visinya. Namun, setelah presentasi itu, tidak ada tindakan nyata yang dilakukan. Tim media sosial yang seharusnya menjadi ujung tombak inisiatif ini, merasa kebingungan karena tidak ada arahan yang jelas dari Bossy. Proyek tersebut akhirnya menguap begitu saja, tanpa pernah menghasilkan dampak yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, ketika Bossy ditantang untuk meningkatkan performa penjualan, ia sekali lagi tampil dengan gagasan-gagasan revolusioner. Namun, ketika tiba waktunya untuk eksekusi, Bossy sering kali absen dalam rapat-rapat penting, meninggalkan timnya dengan kebingungan dan ketidakpastian. Hasilnya, target penjualan tak pernah tercapai, dan Bossy dengan mudahnya menyalahkan faktor eksternal tanpa refleksi diri.
Pemimpin yang baik memahami bahwa karyawan lebih mungkin terinspirasi oleh tindakan daripada kata-kata saja. Menurut James Kouzes dan Barry Posner dalam buku mereka "The Leadership Challenge", salah satu prinsip utama dari kepemimpinan efektif adalah Model the Way. Artinya, pemimpin harus menjadi contoh bagi orang lain melalui tindakan mereka. Mereka harus menunjukkan integritas dalam tindakan sehari-hari, bukan hanya dalam retorika.
ADVERTISEMENT
Bossy, sayangnya, telah jatuh ke dalam jebakan lip service—mengatakan hal-hal yang baik di permukaan tetapi gagal untuk melaksanakan tindakan yang sesuai. Ini adalah bentuk kepemimpinan yang dapat merusak kepercayaan tim. Ketika anggota tim melihat bahwa pemimpinnya tidak konsisten antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan, mereka kehilangan motivasi dan kepercayaan pada kemampuan pemimpin tersebut untuk membawa tim menuju kesuksesan.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, hal ini juga dapat mempengaruhi reputasi organisasi secara keseluruhan. Jika perusahaan terkenal memiliki pemimpin yang hanya pandai beretorika tanpa tindakan nyata, hal ini dapat mempengaruhi persepsi klien, mitra bisnis, dan bahkan calon karyawan. Reputasi sebagai organisasi yang hanya "berbicara tanpa tindakan" dapat menghambat peluang bisnis dan menarik talenta terbaik.
Di sisi lain, kepemimpinan yang sejalan antara kata-kata dan tindakan dapat menciptakan budaya organisasi yang kuat, di mana karyawan merasa dihargai dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik. Hal ini juga memperkuat trust atau kepercayaan, yang merupakan fondasi utama dari kepemimpinan yang sukses. Karyawan yang percaya pada pemimpin mereka akan lebih bersedia untuk melangkah lebih jauh, bekerja lebih keras, dan berkomitmen lebih dalam untuk mencapai tujuan perusahaan.
ADVERTISEMENT
Untuk memperbaiki keadaan, Bossy perlu melakukan refleksi diri yang mendalam. Pertama, ia harus menyadari bahwa kata-kata saja tidak cukup untuk memimpin sebuah tim menuju kesuksesan. Bossy harus mulai mengambil tindakan nyata yang mendukung setiap ide dan janji yang telah dia buat. Ini bisa dimulai dengan langkah-langkah kecil, seperti mengadakan pertemuan tindak lanjut setelah setiap presentasi untuk memastikan bahwa semua anggota tim memahami peran mereka dalam implementasi inisiatif baru.
Selain itu, Bossy perlu melibatkan timnya secara lebih aktif dalam proses pengambilan keputusan dan eksekusi. Dengan memberikan tanggung jawab yang jelas kepada setiap anggota tim dan memantau kemajuan secara teratur, Bossy dapat memastikan bahwa ide-idenya benar-benar diwujudkan dalam tindakan nyata.
Bossy juga bisa memanfaatkan prinsip Accountability dalam kepemimpinan. Dengan membuat dirinya dan timnya bertanggung jawab atas hasil yang diharapkan, Bossy dapat membangun kembali kepercayaan yang telah terkikis. Memimpin dengan teladan dan memastikan bahwa setiap langkah diambil dengan penuh tanggung jawab akan membantu Bossy memperbaiki reputasinya sebagai seorang pemimpin.
ADVERTISEMENT
Bossy adalah contoh nyata dari bahaya retorika tanpa tindakan. Dalam dunia bisnis yang kompetitif, kata-kata saja tidak cukup untuk mencapai kesuksesan. Pemimpin yang efektif harus mampu mengubah visi mereka menjadi tindakan nyata yang dapat dilihat dan dirasakan oleh tim mereka. Tanpa integritas dalam tindakan, transformasi budaya hanya akan menjadi angan-angan belaka.
Ilustrasi Seorang Manajer Sedang melakukan Presentasi. sumber: https://app.leonardo.ai/image-generation