Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Transformasi Budaya: Micro Management dan Monitoring Kinerja Pegawai
30 Juni 2024 9:38 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Julpadli tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada suatu pagi cerah di sebuah perusahaan perbankan yang sedang berkembang dan berupaya melampaui target-target bisnisnya yang telah disepakati bersama, seorang pemimpin cabang bernama Utama Putra Pertama duduk di meja kerjanya dengan rasa cemas. Belakangan ini, dia merasa perlu untuk terus memantau setiap langkah yang dilakukan oleh anggota timnya tetap on the track demi mencapai target bisnisnya. Utama terperangkap dalam pola perilaku yang dikenal sebagai mikro manajemen, di mana ia terlalu terlibat dalam detail operasional dan pengambilan keputusan yang seharusnya dilakukan oleh anggota tim.
ADVERTISEMENT
Mikro manajemen merupakan praktik yang umum terjadi di lingkungan kerja di mana seorang atasan terlalu banyak campur tangan dalam tugas-tugas dan keputusan sehari-hari anggota timnya. Meskipun niatnya mungkin baik—untuk memastikan segala sesuatunya berjalan sesuai rencana—namun mikro manajemen seringkali memiliki dampak negatif terhadap produktivitas, motivasi, dan kepercayaan anggota tim.
Ketika mikro manajemen dikaitkan dengan monitoring kinerja pegawai, hal ini seringkali menimbulkan masalah. Pengawasan yang berlebihan dapat membuat pegawai merasa terbebani, kehilangan rasa percaya diri, serta mengurangi rasa tanggung jawab yang seharusnya dimiliki oleh mereka. Alih-alih memberikan ruang bagi kreativitas dan inisiatif, mikro manajemen justru membatasi potensi pengembangan profesional pegawai.
Utama, sang pemimpin cabang, akhirnya menyadari bahwa ia perlu melepaskan kendali yang berlebihan dan memberikan kepercayaan kepada timnya untuk mengelola tugas-tugas mereka sendiri. Dengan pendekatan yang lebih santai namun tetap memantau secara keseluruhan, ia mampu meningkatkan kinerja tim secara keseluruhan tanpa harus terjebak dalam pola mikro manajemen yang merugikan.
ADVERTISEMENT
Pentingnya Komunikasi dan Keterbukaan dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai
Di samping menghindari praktik mikro manajemen, aspek penting lain dalam monitoring kinerja pegawai adalah komunikasi yang efektif antara pimpinan dan anggota tim. Komunikasi yang terbuka dan jelas memainkan peran vital dalam memberikan arahan yang diperlukan, mendengarkan masukan dari tim, serta membangun hubungan kerja yang harmonis.
Tentu saja, komunikasi yang efektif juga memerlukan keterbukaan dari kedua belah pihak. Seorang pemimpin yang terbuka untuk menerima masukan dan saran dari anggota timnya akan membangun hubungan saling percaya yang kuat. Sebaliknya, anggota tim yang merasa dihargai dan didengarkan akan lebih termotivasi untuk memberikan kontribusi terbaik mereka.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks monitoring kinerja pegawai, komunikasi yang terbuka memainkan peran penting dalam mengevaluasi capaian kinerja, mereview tujuan dan sasaran, serta merencanakan langkah-langkah perbaikan. Dengan adanya dialog yang transparan antara pimpinan dan anggota tim, potensi konflik dapat diminimalkan sementara kolaborasi yang produktif dapat ditingkatkan.
Kembali ke kisah Utama, pemimpin cabang yang belajar melawan insting mikro manajemennya. Melalui upaya untuk meningkatkan komunikasi dan keterbukaan dengan timnya, Utama membuktikan bahwa langkah-langkah tersebut berdampak positif pada kinerja keseluruhan tim. Dengan memberikan ruang bagi sudut pandang dan masukan dari anggota tim, Utama mampu menciptakan lingkungan kerja yang menciptakan kolaborasi dan saling pengertian.
Oleh karena itu, integritas, komunikasi, dan keterbukaan merupakan pilar yang tak tergoyahkan dalam monitoring kinerja pegawai yang efektif. Seorang pemimpin yang mampu menghasilkan budaya kerja berdasarkan prinsip-prinsip tersebut akan mampu memaksimalkan potensi anggota tim dan menjaga kinerja perusahaan tetap berada dalam jalur yang sesuai dengan visi dan misi yang diemban.
ADVERTISEMENT
Meski kisah sukses Utama dalam menghadapi mikro manajemennya adalah sebuah kisah fiktif. Pada kenyataannya, kita sebagai atasan maupun bawahan seringkali terjebak pada pola kerja tersebut. Seringkali sebagai bawahan setiap monitoring yang dilakukan oleh atasan adalah mikro manajemen kemudian dianggap masalah dan akhirnya menuduh atasan sebagai toxic boss. Sebaliknya sebagai atasan kita seringkali menilai setiap monitoring adalah hal yang seharusnya karena persoalan deadline, kualitas kerja, inisiatif dan target bisnis kemudian tanpa sadar masuk ke pola mikro manajemen dan menilai bawahan dalam kondisi under performance.
Selain prinsip-prinsip keterbukaan dan komunikasi, perlu juga dilakukan refleksi atas kondisi pola kerja yang tengah berjalan. Tentu tidak layak dan etis jika saling menyalahkan. Sebagai atasan perlu kiranya kita pertama, active listening dan tak harus selalu memberi solusi langsung. Dorong bawahan untuk menemukan solusinya sendiri kemudian kita diskusikan bersama. Kedua, evaluasi cara kita mengambil keputusan. Apakah semua keputusan berada ditangan kita seluruhnya atau bawahan memiliki kesempatan mengambil keputusan dengan berbasis risiko. Delegasikan keputusan dengan risiko rendah kepada tim agar terjadi percepatan eksekusi namun tetap memberikan batasan monitoring yang jelas. Ketiga, berikan dan tangkap feedback dengan 2 arah yang positif dan konstruktif.
ADVERTISEMENT
Sebagai bawahan setidaknya kita perlu proaktif mengkomunikasikan progress pekerjaan kita secara rutin terutama saat meeting termasuk kendala yang kita hadapi didalamnya. Jika kendala tersebut memerlukan keputusan atasan, berikan beberapa opsi solusi atas kendala tersebut. Kedua, meminta penjelasan ekspektasi atasan terkait dengan deadline, pola kerja dan fokus targetnya. Catat secara detail dan konfirmasikan dengan baik mengenai pendapat kita. Ketiga, breakdown ekspektasi tersebut dalam kerangka prioritas, urgensi dan implikasi kemudian minta feedback atasan untuk menilai breakdown tersebut.