Konten dari Pengguna

Mengukir Kontribusi di YIB: Kisah Pionir Fundraiser, Pengajar, dan Ibu Hebat

Juna Aeni
saya adalah mahasiswi universitas pamulang
1 Mei 2025 20:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Juna Aeni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto pribadi: Pionir Yayasan Indah Berbagi
zoom-in-whitePerbesar
Foto pribadi: Pionir Yayasan Indah Berbagi
ADVERTISEMENT
Nabilah Ajeng Putri Trisdianti S.Pd seringkali dipanggil dengan Mbak Ajeng. Mbak Ajeng menempuh pendidikan s1 di IAIN Kediri, yang dimana mengawali keterlibatannya dengan Yayasan Indah Berbagi (YIB) pada tahun 2021. Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang di laksanakan dari kediamannya pada saat pandemi COVID-19 tengah berlangsung ketika itu. YIB pada awalnya bukanlah organisasi yang dikenalnya. Pada akhirnya memutuskan untuk mengabdikan diri di sana sepenuhnya.
ADVERTISEMENT
Mbak Ajeng turut berkontribusi di dalam berbagai kegiatan YIB selama masa KKN-nya tersebut. Kontribusinya, dengan bekal pendidikan bahasa Inggris, meliputi penyusunan materi kosakata bahasa Inggris.
Dedikasi dari Mbak Ajeng berlanjut setelah KKN selesai. Ia membuat keputusan untuk bergabung dengan tim fundraiser YIB, dan bahkan dapat dikatakan bahwa ia adalah seorang pionir fundraiser di yayasan tersebut. Sejumlah saudara beserta teman-temannya diajaknya turut serta dalam upaya penggalangan dana ini. Keberhasilannya dalam mengumpulkan donasi untuk program santunan Al-Qur'an adalah sebuah pengalaman pertama yang sangat membekas.
Tidak selalu sambutan yang hangat Mbak Ajeng temui di dalam perjalanannya saat mencari dukungan donasi. Ia menghadapi beragam reaksi, dari sejumlah tanggapan negatif sampai berbagai perkataan kasar. Strateginya dalam mengatasi hal tersebut adalah memberikan suatu bukti legalitas yayasan beserta dokumentasi kegiatan yang telah dilaksanakan namun dia memilikinya.
ADVERTISEMENT
Bahkan, kisah menarik tentang seorang calon donatur yang awalnya bersikap marah ini, pada akhirnya justru menjadi donatur tetap sampai kini ada. Mbak Ajeng aktif sekali dalam hal penggalangan dana serta sangat terlibat langsung di YIB. Keterlibatan itu diwujudkan dengan menjadi seorang pengajar bahasa Inggris. Ia juga memiliki seorang putra kecil berumur satu setengah tahun di tengah kesibukannya sebagai seorang relawan.
Pengalaman belajar di Kampung English Pare dan pendidikan yang ditemukan di IAIN Kediri juga membentuknya. Mbak Ajeng selalu menekankan pentingnya kepercayaan. Hal ini telah ditekankan oleh Mbak Ajeng dalam berbagai kesempatan untuk setiap proses yang sedang dilakukan.
Pengalaman pribadinya dia bagikan tanpa ragu-ragu dengan tujuan memotivasi sejumlah relawan lainnya, terutama ketika menghadapi tantangan ketika mencoba mengumpulkan donasi. Mbak Ajeng memberikan saran untuk membangun dan memelihara hubungan baik dengan donatur. Motivasi yang terus dipegangnya adalah “jika aku tidak bisa berguna maka ambil saja nyawaku ya allah”
ADVERTISEMENT