Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Melihat Situs Liyangan dari Aspek Geologi
12 Agustus 2019 13:31 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Jundiya Al Haqiqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Situs Liyangan merupakan salah satu peninggalan sejarah yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah, lebih tepatnya di Dusun Liyangan, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung. Situs ini ditemukan pada tahun 2008 dan mulai diteliti pada tahun 2010 hingga sekarang oleh Balai Arkeologi Yogyakarta, bekerja sama dengan BPCB Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Aspek-aspek yang diteliti meliputi aspek keruangan, kronologi, geologi, dan sebaran situs (Tim Penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta, 2014). Dalam artikel ini akan dibahas lebih mendalam terkait aspek geologi dari situs Liyangan.
Situs Liyangan berada di lereng sebelah timur laut dari Gunung api Sindoro. Situs ini pertama kali ditemukan dalam keadaan terkubur oleh material vulkanik. Penelitian geologi dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara Situs Liyangan dengan material vulkanik yang menguburnya. Penelitian geologi dilakukan dengan berbagai macam pendekatan seperti geomorfologi, stratigrafi, hingga bencana geologi. Penelitian ini pada umumnya dilakukan dengan pemetaan geologi.
Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bentuk muka bumi seperti gunung api, sungai, perbukitan, dan lain-lain, serta proses yang memengaruhinya. Situs Liyangan secara geomorfologi berada di lereng bawah dari Gunungapi Sindoro, dengan morfologi berupa perbukitan. Morfologi ini memiliki lereng yang terjal, dengan kemiringan lereng sebesar 16 persen, serta lembah yang sempit.
ADVERTISEMENT
Dataran di sekitar Situs Liyangan merupakan hasil dari penggalian selama puluhan tahun. Geomorfologi juga sangat erat kaitannya dengan pola aliran yang dapat ditentukan dengan memperhatikan pola penyebaran dan stadia sungai. Secara umum, pola aliran di sekitar Situs Liyangan menunjukkan pola radial, yaitu pola aliran di mana tampak sungai menyebar dari satu titik mengikuti bentuk muka bumi, dalam hal ini adalah Gunung api Sindoro.
Pendekatan lainnya yang dilakukan dalam penelitian geologi adalah stratigrafi, yakni ilmu yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan kejadian batuan dengan ruang dan waktu (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Material yang ditemukan dalam pendekatan stratigrafi dapat berupa tanah, batuan, maupun endapan. Stratigrafi Situs Liyangan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu endapan yang berada di bawah situs, berupa endapan jatuhan piroklastik, serta endapan yang mengubur situs, berupa endapan aliran piroklastik.
ADVERTISEMENT
Kedua endapan tersebut merupakan produk dari Gunung api Sindoro dan dibedakan berdasarkan karakteristik di lapangan, yang mencerminkan proses pembentukannya. Endapan jatuhan piroklastik merupakan material gunung api, yang dikeluarkan dari lubang kepundan oleh letusan yang bersifat eksplosif dan jatuh ke bawah kemudian mengalami pengendapan.
Karakteristik dari endapan jatuhan piroklastik di Situs Liyangan adalah, penyebarannya yang mengikuti topografi, ukuran butir relatif seragam, dan menghalus ke atas. Hal ini disebabkan karena material vulkanik yang lebih berat akan jatuh terlebih dahulu, disusul oleh material yang lebih ringan di atasnya, serta komposisi dominan andesit dengan struktur skoria, yaitu istilah untuk menyebut batuan beku dengan lubang-lubang yang relatif besar dan tidak teratur.
Material lain yang ditemukan adalah endapan aliran piroklastik. Berbeda dengan endapan jatuhan piroklastik, endapan aliran piroklastik terbentuk akibat pergerakan material vulkanik di atas permukaan tanah oleh fluida. Endapan ini memiliki karakteristik ukuran butir yang beragam mulai dari lapilli hingga bom, bentuk butir menyudut tanggung, menebal di bagian lembah, serta berkomposisi andesit.