Konten dari Pengguna

Film Superhero "The Marvel" : Lebih dari Sekedar Film, Melihat Identitas Amerika

JUNIAR MARTHA ADELSINHA BIRE
Mahasiswa Hubungan Internasional UKSW
31 Agustus 2024 11:49 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari JUNIAR MARTHA ADELSINHA BIRE tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
edited by Juniar Martha Adelsinha Bire
zoom-in-whitePerbesar
edited by Juniar Martha Adelsinha Bire
ADVERTISEMENT
Topik kali ini mengambil sebuah film produksi Marvel yang akan dilihat dengan menggunakan pendekatan kekuasaan dalam pengetahuan (M. Foucault) dan bahasa, kekerasan, dan non-kekerasan (Slavoj Zizek). The Marvel menjadi judul yang kelompok kami ambil untuk melihat dari sisi lain bahwa film bukan hanya sebagai seni, tetapi juga dapat menjadi salah satu media politik, dimana pada film ini superhero menjadi kegemaran dan dapat diterima oleh semua golongan.
ADVERTISEMENT
Pernahkah terlintas pertanyaan mengapa superhero identik dengan Negara Amerika? atau mengapa beberapa superhero seperti Superman, Spiderman, Captain America yang merupakan aktor Marvel memiliki ciri kostum yang sama? Apakah negara Amerika hadir sebagai pahlawan? Pendekatan pertama yang diambil adalah Pengetahuan dalam Kekuasaan, dalam pandangan Foucault kali ini diajak untuk mempertanyakan wacana yang ada.
Hal ini dapat dilihat dari sejarah yang tidak linear, dimana sudah sejak lama Amerika dianggap sebagai negara superpower. Ditandai dengan akhir perang dunia yang disebabkan penjatuhan bom atom Amerika kepada Jepang di Nagasaki dan Hiroshima, Amerika memberikan wacana yang dapat diterima oleh sekelompok individu bahwa mereka adalah pahlawan bagi dunia, hal ini digambarkan dengan tokoh-tokoh superhero yang sering diterbitkan dimana salah satunya adalah dari seri Marvel. Bisa dilihat pada kostum yang dikenakan para superhero, mereka mengenakan kostum yang melambangkan bendera amerika. Adanya kekuasaan yang menyebabkan suatu fakta yang dapat diterima seperti yang dikatakan sebelumnya yaitu Amerika sebagai negara pahlawan.
ADVERTISEMENT
Sejarah sekarang mempertanyakan, apakah Amerika masih menjadi pahlawan?. Menurut pandangan pada globalisasi sekarang, adanya negara China yang dikatakan sebagai negara Superpower. Di dalam Film The Marvel, terdapat tokoh pahlawan Prince Yahn yang merupakan representasi dari Bangsa Asia. Seperti yang kita ketahui Prince Yahn merupakan pasangan dari Captain Marvel. Dalam film ini representasi tersebut menunjukkan bahwa kedua negara superpower menjadi sebuah teman yang saling membantu, bukan rival yang saling menjatuhkan.
Point point wacana “The Marvel”
1. Dalam pendekatan kekuasaan /pengetahuan, Foucault menganggap bahwa pengetahuan memiliki Sejarah di belakangnya yang dipengaruhi oleh kuasa dan sejarah yang tidak linear yang menguatkan pengetahuan itu menjadi suatu fakta.
2. Dalam pendekatan bahasa, kekerasan, dan non-kekerasan yang dicetuskan oleh Slvoj Zizek “The Marvel” memiliki beberapa kesinambungan. Seperti pada simbolik, pemasaran kapitalis, dan juga objek petit.
ADVERTISEMENT
Pembahasan mengenai point di atas
Dalam pendekatan yang dibawakan oleh M. Foucault mengaitkan sejarah dengan kekuasaan di belakangnya. Sejarah mengatakan negara Amerika merupakan satu satu negara yang pernah menggunakan bom atom terhadap Jepang yang mengakibatkan akhir dari perang dunia kedua. Kemudian banyaknya lembaga untuk menjunjung perdamaian dunia yang diprakarsai oleh negara Amerika (PBB)
Latar belakang The Marvel disebutkan pada laman Marvel Entertainment Group, Inc. History. Laman tersebut menjelaskan bahwa pasca Perang Dunia II, Goodman mengubah kebijakan perusahaan Timely untuk meningkatkan keuntungan dengan merancang sistem distribusi penerbitan sendiri. Selain itu, latar belakang pembuatan pahlawan atau hero The Marvel ini disebabkan oleh tingkat kriminalitas yang sangat tinggi di Amerika. Setelah melewati dekade 1950-an yang penuh dinamika pada dunia komik dan penerbitan, Atlas Publishing mendapat angin segar setelah November 1961, mereka menerbitkan karakter 4 sekawan; The Fantastic Four. Dengan diterbitkannya buku ini kemudian diharapkan angka kriminalitas di Amerika dapat menurun.
ADVERTISEMENT
Perlombaan pengaruh global pada masa perang dingin Pada masa perang dingin, Amerika Serikat berlomba sengit dengan Uni Soviet (Rusia) untuk memberikan pengaruh kepada dunia terutama dalam pengaruh ideologi yang dianut yaitu Demokrasi-Kapitalisme yang disebar oleh Amerika Serikat beserta sekutunya dan Sosialis-Komunis dari Uni Soviet beserta Pakta Warsawa dan sekutunya yang lain. Perlombaan sengit ini muncul dalam berbagai bentuk mulai dari hal-hal besar seperti perlombaan ke antariksa, arsenal persenjataan hingga hal-hal yang lain seperti catur, olimpiade atletik dan lain sebagainya.
Dalam usaha mengalahkan pengaruh Komunis, Amerika Serikat secara tidak langsung memanfaatkan industri film dan komik, salah satu seri yang berpengaruh antara lain adalah seri Marvel, beberapa cerita dari “Iron Man” terlihat seperti menggambarkan hal-hal yang meninggikan Amerika Serikat dan menunjukkan sifat ‘mockery’ terhadap Komunisme. Cerita Iron Man di “Tales of Suspense” mempromosikan intervensi militer Amerika Serikat di Vietnam, komik Iron Man juga menceritakan adanya musuh berupa alien yang mewakili Komunisme secara simbolis, Iron Man juga mempromosikan militerisasi Amerika Serikat. Semua hal-hal tersebut mengarah terhadap pandangan bahwa Komunisme itu dilihat sebagai musuh besar yang harus dijatuhkan karena kekejaman dan bentuk ‘image’ Komunisme itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Beberapa hal yang perlu dipertanyakan adalah, sejak kapan Komunisme dicap jahat? dan kenapa? kemungkinan jawaban para kapitalis buat pertanyaan semacam ini berorientasi terhadap prinsip dasar yang berbeda antara kapitalisme dan komunisme yang dipandang skeptis oleh kapitalis tersebut karena masyarakat kapitalis cenderung memandang kepemilikan pribadi, pasar bebas, dan inisiatif individu sementara sistem komunis berorientasi terhadap distribusi yang merata, kepemilikan bersama dan pengendalian yang kolektif terhadap distribusi. Hal-hal tersebut diperdebatkan dalam pertimbangan filosofis, ekonomi, dan politik yang mendasar.
Tapi dimana letak masalah Komunis yang dianggap mengancam? Bisa saja Komunisme bukanlah musuh kita semua melainkan musuh orang-orang yang menganut Kapitalisme. Secara praktik, Komunisme itu sendiri sering diterapkan dengan cara yang kurang baik dan tidak akurat sehingga terlihat kurang efisien dan tidak efektif, bahkan Lenin pun tidak sepenuhnya mengikuti pemikiran Karl Marx dalam “Das Kapital” yang mencantumkan bahwa masyarakat harus melalui tahap Kapitalisme sebelum beralih ke Sosialisme kemudian Komunisme, Lenin mengabaikan dan memodifikasi pemikiran Marx tersebut karena dia merasa bahwa Rusia pada masa sebelum revolusi tersebut masih tidak memenuhi syarat untuk berkembang lewat Kapitalisme sehingga bisa dibilang kurang akurat dengan sistem Komunis mentahan Marx.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya paham Komunisme bukanlah sebuah hal yang perlu kita anggap sebagai musuh, pada dasarnya paham Komunisme hanyalah ideologi yang bertentangan dengan masyarakat Kapitalis, dalam arti lain musuh orang-orang Kapitalis. Sejarah Komunisme yang berada dalam pimpinan dan penerapan yang tidak efisien tersebut merupakan masalah dalam kepemimpinan yang tidak konsisten dan hal tersebut dimanfaatkan Kapitalis dalam perdebatan mereka dalam konteks nyata. Jadi pemahaman kita terhadap Komunisme sebagai musuh tidak menyentuh garis yang linear dengan fakta yang nyata tentang sejarah Komunisme, bisa terlihat ada kuasa yang mengatur pemahaman dan pengetahuan kita terhadap hal ini, dalam konteks ini yaitu kekuasaan Kapitalisme.
Selanjutnya, dalam pendekatan yang dibawakan oleh Slavoj Zizek yang menyebutkan beberapa hal yang dapat kita kaitkan dengan pengamatan kali ini. Simbolik (Butuhnya Pengakuan), hal ini ditunjukkan dengan kostum yang dikenakan oleh para aktor pada Film Marvel. Mereka mengenakan kostum yang sebagian besar berwarna sama seperti bendera Amerika. Sebagian besar hero dalam Marvel mengenakan pakaian berwarna biru dan merah. Marvel memiliki maksud tersirat yang kemudian menyimbolkan bahwa Amerika adalah negara superpower dengan menggunakan esensi para hero yang mengenakan pakaian tersebut.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa unsur kebudayaan yang sering dianggap sebagai bentuk saling menghargai. Hal ini ditujukan untuk menarik perhatian masyarakat pada daerah-daerah tertentu. Seperti ketika Marvel memasukkan tokoh yang berasal dari China yang menjadi jalan pintas agar film yang mereka produksi lebih cepat masuk pada daerah tersebut.
Dalam film The Marvel yang kita angkat adanya toleransi yang diberikan, dimana Amerika dianggap sangat menghargai culture dengan menyertakan etensitas bangsa lain. Namun, hal ini tidak mengubah objek Amerika menjadi pahlawan serta tidak dipungkiri bahwa tetap produksi The Marvel yang mendapatkan banyak keuntungan dan atensi dari public.
Terlihat pada antusiasme masyarakat yang selalu tinggi ketika Marvel mengeluarkan/menerbitkan film terbaru mereka,dimana ada kesenangan dan kenikmatan bagi para pencinta The Marvel. Masyarakat tidak memandang peran politik yang juga diangkat Marvel ke dalam film-film yang mereka produksi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat menikmati film yang dapat meningkatkan kepercayaan mereka terhadap ungkapan bahwa Amerika merupakan negara superpower.
ADVERTISEMENT
Nah, pengamatan penulis yang berdasarkan teori yang diambil dari beberapa filsuf ini dapat disimpulkan bahwa bisa saja Marvel sebagai produksi yang berasal dari Amerika ini menggunakan ketenarannya sebagai media politik. Hal ini dapat menjadi anggapan bahwa Amerika adalah negara yang seolah dapat menjadi pahlawan seperti yang dielukan oleh masyarakat. Jadi, setelah membaca artikel kali ini kamu masih berpikiran gitu ga nih? Semoga setelah membaca ini, kita bisa menonton sebuah film dengan mempertimbangkan apa pesan yang ada di dalamnya ya.