Hak Anak untuk Bersama Ayahnya: Praktik Cuti Ayah di Indonesia

Junjungan Sigalingging
I am nothing in between and a nihilst for as long as I can remember. The thing is my memory was only bought from a pawn shop.
Konten dari Pengguna
1 April 2018 13:56 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Junjungan Sigalingging tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak dan ayah (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak dan ayah (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Penelitian membuktikan bahwa peran ayah juga sama pentingnya dengan peran ibu pada saat pra dan pascakelahiran. Sayangnya saat ini pemberian cuti untuk ayah belum menjadi prioritas, meskipun tren negara-negara yang memberikan fasilitas cuti ini semakin meningkat. Penyebabnya adalah peran ayah yang masih dipinggirkan dalam membesarkan anak dan ide ini sendiri dianggap relatif baru.
ADVERTISEMENT
Secara psikologis, anak memiliki kecenderungan untuk memilih ayahnya untuk diajak bermain, dan ibunya ketika mereka sedang sedih. Hal ini disampaikan oleh Prof. Michael Lamb, seorang pakar psikologi anak dari Universitas Cambridge, Inggris. Anak yang tidak memliki kedekatan emosional dengan ayahnya akan mengalami kesulitan ketika mereka mencari figur untuk teman bermain. Dan apabila tidak disikapi secara serius maka absennya figur ayah menimbulkan akibat negatif, antara lain seperti hilangnya kepercayaan diri anak.
Pada dasarnya sejarah juga menunjukkan bahwa pada keluarga tradisional peran ayah bukanlah peran sentral dalam membesarkan anak. Dalam disertasi doktoralnya, Sheila Brachfeld-Child, seorang pakar psikologi anak dari Universita Wellesley, Amerika, mendapati fakta mengejutkan bahwa pada di awal 1980-an kebanyakan ayah yang diikutsertakan dalam penelitiannya mengaku bahwa ini adalah pengalaman pertama mereka bermain dengan anak bayinya di luar rumah tanpa ibunya.
ADVERTISEMENT
Ayah memiliki cara yang berbeda, mereka senang mengangkat bayinya ke udara atau berguling di lantai. Ayah juga bisa memilki pendekatan unik seperti membangunkan anaknya dengan musik. Dan efek yang ditimbulkan bagi sang anak juga berbeda dari efek yang datang dari kedekatan dengan ibu. Idealnya sang anak mendapatkan kedua-duanya dalam perkembangan mental dan fisiknya menuju kedewasaan.
Hak Anak untuk Bersama Ayahnya: Praktik Cuti Ayah di Indonesia (1)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Rappler Indonesia
Praktek Cuti Ayah Di Indonesia
Sekalipun disadari pentingnya peran ayah bagi perkembangan sang anak, namun tidak berarti ayah layak untuk mendapatkan cuti untuk membesarkan anaknya. Keadaan ini seringkali memaksa banyak ayah untuk mengambil cuti tradisionalnya untuk menemani sang anak dan ibu dengan berbagai resiko yang mengikutinya. Namun ada banyak juga ayah yang tidak terlalu peduli dan menggunakan alasan bahwa kantor tidak menyediakan cuti. Pada akhirnya hak anak untuk dekat dengan ayah dan ibunya di awal-awal kelahiran menjadi terabaikan.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, BKN (Badan Kepegawaian Negara) baru saja memberikan cuti maksimal 1 bulan untuk mendampingi istri yang melahirkan dan termasuk kategori cuti alasan penting. Hal ini ditegaskan melalui Peraturan BKN nomor 24 tahun 2017. Namun persoalannya terletak pada mindset bahwa cuti adalah wewenang atasan bukan hak pekerja.
Dan masih banyak atasan di Indonesia yang seolah-olah ber-casing “zaman now” namun pemikirannya “zaman old”, yang pada akhirnya gagasan ini masih sulit dipraktekkan. Tidak jarang cuti ditolak sekalipun misalnya untuk alasan penting seperti berkabung.
Negara harus hadir untuk memastikan bahwa hak anak terpenuhi dengan kesadaran bahwa anak adalah penerus bangsa. Lebih jauh, negara bahkan harus mendorong ayah untuk mengambil peran dalam membesarkan anak mereka.
ADVERTISEMENT
Cuti yang dimaknai bukan semata-mata wewenang pimpinan namun juga hak pekerja, termasuk didalamnya ada hak anak, merupakan langkah awal untuk mewujudkan gagasan cuti ayah. Dan pada akhirnya negara yang berhasil menghargai anak-anak sebagai aset adalah negara yang memiliki masa depan cerah.
***