Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pentingnya Diplomasi: Perang Dunia I dan Kemerdekaan Indonesia
11 Maret 2018 22:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Junjungan Sigalingging tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak yang mengartikan diplomasi hanya sebagai bagian damai dari perang, namun faktanya diplomasi adalah juga alat untuk mencegah perang terjadi. Diplomasi tidak hanya mampu mencegah dan menghentikan perang, lebih dari itu, nasib suatu perang ditentukan di meja diplomasi.
ADVERTISEMENT
Perang Dunia I adalah contoh dimana diplomasi yang buruk dapat menghasilkan tragedi berdarah dalam sejarah manusia yang berlangsung selama 4 tahun. Di sisi lain, dengan diplomasi yang baik Indonesia mencapai kemerdekaannya dari penjajahan Belanda. Sejarah telah menunjukkan pentingnya diplomasi dalam berbagai kesempatan, oleh karena itu kita tidak dapat mengabaikan peranan diplomasi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan di dunia.
Perang Dunia I: Buah Kegagalan Diplomasi
Suatu hari di bulan Juli sebelum pecahnya Perang Dunia I, Austria-Hungary menyampaikan sejumlah permintaan kepada Serbia untuk mereka penuhi. Peristiwa ini juga dikenal sebagai July Ultimatum, dikatakan sebagai ultimatum karena permintaan itu adalah syarat yang diajukan agar konflik di Bosnia tidak berlanjut. Mengetahui bahwa permintaan tersebut sulit dipenuhi, Serbia menyatakan bahwa mereka tidak berkenan melanjutkan diplomasi. Akibat dari gagalnya diplomasi tersebut, pecahlah Perang Dunia I yang dimulai dengan pernyataan perang Austria-Hungary kepada Serbia.
ADVERTISEMENT
Diplomasi yang tidak dilandasi dengan itikad baik untuk menyelesaikan permasalahan akan berujung kepada kegagalan diplomasi itu sendiri. Pelajaran yang dapat dipetik dari sejarah Perang Dunia I adalah diplomasi membutuhkan itikad baik dari pihak-pihak yang terlibat agar perang dapat dihindari. Apabila pada saat itu semua pihak menyadari bahwa perang tidak akan memberikan manfaat apapun, baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang, maka kita akan memberikan upaya yang maksimal pada proses diplomasi untuk mencegah perang.
Kemerdekaan Indonesia: Upaya Diplomasi dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)
Porak-porandanya kawasan Eropa akibat Perang Dunia II telah menyebabkan krisis ekonomi luar biasa. Krisis tersebut juga melanda Belanda yang pada saat itu masih berkeinginan untuk menguasai Indonesia. Belanda yang pada saat itu tidak lagi didukung oleh komunitas internasional, salah satunya dikarenakan krisis Eropa, pada akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia pada perundingan KMB. Buah manis dari diplomasi Indonesia berujung pada pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda yang dimulai dari proklamasi kemerdekaan tahun 1945.
ADVERTISEMENT
Kemenangan Indonesia pada KMB terletak pada kemampuan diplomat Indonesia untuk memanfaatkan kondisi yang sedang terjadi dan kemudian merumuskan hal tersebut untuk menjadikan keuntungan. Dalam sebuah diplomasi, dibutuhkan kemampuan yang cermat untuk mengindentifikasi apa-apa saja yang dapat meningkatkan posisi tawar sehingga hasilnya dapat memuaskan dan diterima oleh pihak lawan. Indonesia yang pada saat itu adalah negara baru, sangat didukung oleh kemampuan para diplomatnya yang mengedepankan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi.
Penutup: Tantangan Diplomasi Indonesia Masa Kini
Tantangan diplomasi zaman dulu berbeda dengan tantangan diplomasi zaman sekarang. Semakin banyak pihak sadar bahwa perang bukanlah jalan keluar yang menguntungkan lagi. Lain lubuk lain ikannya, kini diplomasi Indonesia diarahkan untuk dapat memberikan manfaat baik ekonomi ataupun politik kepada bangsa. Sebagaimana salah satu tokoh diplomat Indonesia yang dikenal dalam kontribusinya dalam penyelesaian konflik Aceh dan Poso, juga Mantan Dubes Indonesia untuk Rusia, Bapak Hamid Awaludin, pernah mengatakan bahwa kemampuan kita dalam mengidentifikasi pokok permasalahan merupakan faktor kunci dalam memenangkan diplomasi, Dengan demikian, diplomat Indonesia kini dituntut untuk semakin cermat, tidak hanya dalam berpakaian, namun juga dalam pemikiran untuk mencapai cita-cita Indonesia.
ADVERTISEMENT