Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ternyata Sepak Bola Eropa Juga Menghargai Perbedaan
22 April 2018 20:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Junjungan Sigalingging tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
pixabay.com
Bukan hanya kualitas pertandingannya saja, banyak hal bisa dipelajari dari sepakbola Eropa. Dalam setiap perhelatan EURO (kejuaraan untuk klub liga Eropa), ada nilai yang sangat penting diusung oleh UEFA dan para pemainnya (the Union of European Football Associations), yang bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat Indonesia untuk mengelola keberagaman dan menghilangkan sikap-sikap intoleran yang saat ini berkembang di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Nilai tersebut adalah sikap saling menghargai yaitu "RESPECT" Diversity. Apabila anda menonton pertandingan EURO maka anda akan melihat di lengan baju setiap kapten ada tulisan "RESPECT". Dalam beberapa kali kesempatan, tulisan ini juga ditampilkan dalam iklan di sekitar lapangan. Melalui sepakbola UEFA ingin mempromosikan nilai "RESPECT" Diversity dalam diri setiap orang. Inti dari nilai tersebut adalah dengan sepakbola, UEFA ingin menyampaikan bahwa kita semua harus hidup rukun dan bersatu meskipun berbeda ras, agama, warna kulit, maupun jenis kelamin.
www.uefa.com
Nilai ini juga menjiwai semua negara peserta EURO ketika memilih pemain untuk timnasnya, salah satunya adalah Jerman. Pada Perang Dunia II mereka terkenal dengan sikap rasisnya, namun kini diketahui diperkuat atau pernah diperkuat pemain keturunan imigran dan bahkan menjadi andalan utama seperti Ozil, Khedira dan Boateng. Negara lain seperti Italia, juga diketahui pernah menggunakan jasa Balotelli yang notabene adalah keturunan Nigeria dan kulit berwarna. Dan tim yang diketahui sebagai tim paling berwarna adalah Perancis. Pada Piala Dunia 1998, kita tentu masih ingat bagaimana Zinedine Zidane, seorang keturunan Alzajair, menjadi aktor utama Perancis bersama rekan-rekannya ketika berhasil menjadi juara dunia. Bagi persepakbolaan Eropa, perbedaan ras bukan menjadi faktor penghalang dalam membangun sepakbola yang berkualitas.
ADVERTISEMENT
UEFA juga diketahui sangat tegas dalam menghukum para pemain yang sering menunjukkan tindakan-tindakan yang tidak pro keberagaman dan perbedaan. FA Inggris (PSSI Inggris-red) pernah menghukum Luis Suarez larangan bermain sebanyak tujuh pertandingan karena mengucapkan kata-kata bernada rasis kepadea Patrice Evra. UEFA juga secara konsisten menghukum klub yang fansnya terlibat dalam tindakan-tindakan rasis.
(Kostum nomor 5 Zidane pada saat bermain untuk klub Real Madrid) - pixabay.com
Nilai "RESPECT" Diversity yang dipromosikan UEFA melalui EURO bisa menjadi pelajaran penting bagi Indonesia baik bagi masyarakat maupun penguasa untuk menghadapi tantangan-tantangan intoleransi dan sikap-sikap diskriminatif yang terjadi di negeri ini. Dan hal ini setidaknya dapat menjadi pelajaran yang dapat dipetik oleh masyarakat Indonesia pecinta sepakbola. Para pelaku kekerasan bernuansa SARA yang ada di negeri inipun pasti ada yang menyukai sepakbola, sehingga sepantasnya juga mereka belajar dari sepakbola Eropa yang menghargai perbedaan.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, dengan menonton kompetisi EURO, marilah kita menjadi orang yang lebih baik lagi dalam menilai perbedaan. Ada banyak nilai-nilai baik dalam perhelatan sepakbola benua Eropa yang bisa kita tiru. Dan tidak ada salahnya Indonesia dengan struktur masyarakat yang majemuk belajar juga dari UEFA. Untuk itu, para penguasa negeri ini baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif, kalau mau studi banding maka pergilah ke markas UEFA!
Salam Sepakbola- Salam RESPECT