Konten dari Pengguna

Mahasiswa Undip Ubah Daun Pepaya Jadi Pestisida Nabati Ramah Lingkungan

Juriah Moelani
seorang penulis amatir dalam media berita , saya bekerja didinas kearsipan di kota Pati
15 Agustus 2024 13:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Juriah Moelani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemaparan dan Pelatihan Pembuatan Pestisida Nabati Ke kelompok Tani Desa Wringingitung , Kecamatan Tulis , Kabupaten Batang Jawa Tengah
Mahasiswa yang tergabung dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Diponegoro (Undip) mengambil langkah proaktif untuk mendukung pertanian organik di Desa Wringinitung, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Dalam situasi ini, para petani di desa tersebut tengah menghadapi tantangan besar dengan meningkatnya serangan hama yang mengancam tanaman padi dan jagung mereka. Masalah ini diperparah oleh kenaikan harga pestisida kimia yang efektif, yang membuat para petani semakin kewalahan. Ketika hasil panen tidak selalu memadai dan harga jual komoditas sering kali tidak sebanding dengan biaya produksi, beban tambahan akibat lonjakan harga pestisida menjadi sangat signifikan bagi para petani. Mereka perlu mencari solusi yang tidak hanya efektif secara ekonomi, tetapi juga berkelanjutan dan ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Menanggapi situasi ini, mahasiswa KKN Undip mengusulkan solusi yang berbasis sains dengan memperkenalkan pembuatan pestisida nabati dari daun pepaya sebagai bagian dari upaya mendukung pertanian organik. Solusi ini bukan hanya inovatif, tetapi juga sangat relevan dengan kebutuhan lokal, karena bahan-bahan yang diperlukan dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan sekitar desa. Proses pembuatan pestisida nabati ini melibatkan serangkaian langkah yang sederhana namun efektif. Pertama, daun pepaya tua yang berwarna hijau tua dipilih karena kandungan zat aktifnya yang tinggi. Daun-daun tersebut kemudian dipotong kecil-kecil dan ditumbuk hingga halus. Setelah itu, daun yang sudah halus dimasukkan ke dalam botol berisi air, dan larutan ini didiamkan selama 24 jam. Langkah terakhir melibatkan penambahan tiga tetes sabun cuci piring, yang berfungsi sebagai bahan perekat untuk membantu larutan pestisida menempel lebih baik pada tanaman yang akan disemprot.
ADVERTISEMENT
Pendekatan sains ini membawa manfaat signifikan, terutama dalam mendukung pertanian organik yang berkelanjutan. Pestisida nabati dari daun pepaya tidak mengandung bahan kimia sintetis yang berpotensi mencemari tanah dan air, sehingga penggunaan pestisida ini tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Selain itu, pestisida ini juga aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena tidak meninggalkan residu beracun pada tanaman yang disemprot. Para petani di Desa Wringinitung semakin menyadari bahwa penggunaan pestisida kimia dalam jangka panjang dapat merusak kualitas tanah dan air serta berdampak negatif pada ekosistem secara keseluruhan. Oleh karena itu, beralih ke penggunaan pestisida nabati merupakan langkah bijak yang diambil oleh para petani dalam rangka menjaga kelestarian alam sekaligus melindungi kesehatan mereka sendiri dan komunitas sekitar. Ini adalah contoh konkret bagaimana penerapan ilmu pengetahuan dalam praktik pertanian dapat memberikan solusi yang tidak hanya efektif tetapi juga berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Dari perspektif ekonomi, pestisida nabati dari daun pepaya juga menawarkan keunggulan yang signifikan. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat pestisida ini sangat mudah didapat, dan harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan pestisida kimia yang ada di pasaran. Para petani tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk mendapatkan bahan-bahan tersebut, karena daun pepaya biasanya tersedia melimpah di sekitar kebun dan lingkungan mereka. Dengan biaya produksi yang lebih rendah, para petani dapat menghemat pengeluaran mereka dan mengalokasikan dana yang ada untuk kebutuhan pertanian lainnya, seperti pembelian bibit unggul atau pupuk organik yang juga mendukung praktik pertanian berkelanjutan. Hal ini sangat penting bagi para petani yang sering kali harus berjuang dengan margin keuntungan yang tipis dan risiko finansial yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Selain manfaat ekonomi dan lingkungan, penggunaan pestisida nabati dari daun pepaya juga mendorong petani untuk lebih memahami pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Pestisida ini membantu mempertahankan keanekaragaman hayati di sekitar lahan pertanian, yang merupakan salah satu elemen kunci dalam pertanian organik. Dengan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis, para petani juga berkontribusi pada pelestarian sumber daya alam dan pengurangan polusi lingkungan. Ini sejalan dengan prinsip-prinsip pertanian organik, yang menekankan pentingnya harmoni antara manusia dan alam dalam memproduksi pangan yang sehat dan berkelanjutan.
Inovasi ini juga merupakan contoh kolaborasi yang berhasil antara akademisi dan masyarakat lokal, di mana mahasiswa KKN Undip berperan sebagai agen perubahan yang membawa ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam praktik pertanian sehari-hari. Dengan memperkenalkan pestisida nabati dari daun pepaya, mahasiswa KKN Undip tidak hanya membantu petani mengatasi masalah hama, tetapi juga memberikan pendidikan kepada mereka tentang pentingnya praktik pertanian yang berkelanjutan. Petani di Desa Wringinitung kini semakin menyadari bahwa praktik pertanian organik dapat menjadi solusi jangka panjang yang tidak hanya menjaga kelestarian lingkungan, tetapi juga meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen mereka. Harapannya, inovasi ini dapat menjadi model yang diterapkan secara luas di daerah-daerah lain di Indonesia yang menghadapi tantangan serupa.
ADVERTISEMENT
Dengan semua upaya ini, mahasiswa KKN Undip berharap para petani di Desa Wringinitung dapat terus menjaga produktivitas pertanian mereka, meningkatkan kualitas hasil panen, serta mempertahankan keseimbangan ekosistem yang ada agar tetap lestari untuk generasi mendatang. Pada akhirnya, inovasi ini tidak hanya memberikan manfaat praktis bagi para petani, tetapi juga mendorong penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam praktik pertanian organik yang berkelanjutan. Melalui kolaborasi antara sains dan praktik lokal, masa depan pertanian Indonesia diharapkan menjadi lebih cerah, ramah lingkungan, dan berkelanjutan, sejalan dengan kebutuhan untuk menciptakan ekosistem pertanian yang seimbang dan produktif bagi generasi masa depan.
ADVERTISEMENT