Novel Baswedan dan Impunitas Air Keras

Jurnalisme Foto
Fotografer.
Konten dari Pengguna
12 April 2019 16:25 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jurnalisme Foto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Purnomo (kedelapan kiri) bersama Penyidik KPK Novel Baswedan (tengah) dan tokoh masyarakat serta mahasiswa mendeklarasikan hari teror pemberantasan korupsi pada peringatan dua tahun kasus kekerasan yang menimpa Novel di depan gedung KPK, Jakarta, Kamis (11/4/2019). Peringatan yang dihadiri tokoh masyarakat, akademisi, masyarakat sipil, seniman, dan mahasiswa tersebut diisi dengan deklarasi lima tuntutan terhadap presiden agar menuntaskan kasus teror terhadap Novel, membentuk TGPF Independen, memerangi teror dan pelemahan terhadap KPK. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww.
Penyidik KPK Novel Baswedan (keempat kanan) bersama tokoh masyarakat dan mahasiswa mendeklarasikan hari teror pemberantasan korupsi pada peringatan dua tahun kasus kekerasan yang menimpa Novel di depan gedung KPK, Jakarta, Kamis (11/4/2019). Peringatan yang dihadiri tokoh masyarakat, akademisi, masyarakat sipil, seniman, dan mahasiswa tersebut diisi dengan deklarasi lima tuntutan terhadap presiden agar menuntaskan kasus teror terhadap Novel, membentuk TGPF Independen, memerangi teror dan pelemahan terhadap KPK. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww.
Budayawan Emha Ainun Nadjib menyampaikan pendapatnya pada Sarasehan Budaya Dua Tahun Novel di gedung KPK, Jakarta, Kamis (11/4/2019). Sarasehan tersebut digelar dalam rangka memperingati dua tahun kasus penyerangan penyidik KPK Novel Baswedan yang belum terungkap pelakunya. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/pras.
Penyidik KPK Novel Baswedan (tengah) menerima karangan bunga dari warga saat menghadiri peringatan dua tahun kasus kekerasan yang menimpanya di depan gedung KPK, Jakarta, Kamis (11/4/2019). Peringatan yang dihadiri tokoh masyarakat, akademisi, masyarakat sipil, seniman, dan mahasiswa tersebut diisi dengan deklarasi lima tuntutan terhadap presiden agar menuntaskan kasus teror terhadap Novel, membentuk TGPF Independen, memerangi teror dan pelemahan terhadap KPK. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww.
Penyidik KPK Novel Baswedan (kanan) bersama mantan Ketua KPK Abraham Samad (kedua kanan), Jurnalis Najwa Shihab (tengah), dan Budayawan Emha Ainun Nadjib (kedua kiri) menyampaikan pendapatnya pada Sarasehan Budaya Dua Tahun Novel di gedung KPK, Jakarta, Kamis (11/4/2019). Sarasehan tersebut digelar dalam rangka memperingati dua tahun kasus penyerangan penyidik KPK Novel Baswedan yang belum terungkap pelakunya. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/pras.
ADVERTISEMENT
Istri penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, Rina Emilda berpidato saat aksi Kamisan ke-581 di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (11/4). Mereka menuntut presiden untuk membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang independen untuk mengungkap kasus penyiraman air keras yang menimpa penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Istri penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, Rina Emilda berpidato saat aksi Kamisan ke-581 di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (11/4). Mereka menuntut presiden untuk membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang independen untuk mengungkap kasus penyiraman air keras yang menimpa penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan Sumarsih (kiri) menyerahkan poster dukungan kepada istri penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, Rina Emilda (kanan) saat aksi Kamisan ke-581 di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (11/4). Mereka menuntut presiden untuk membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang independen untuk mengungkap kasus penyiraman air keras yang menimpa penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan Sumarsih (kiri) berpose dengan istri penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, Rina Emilda (tengah) dan aktivis lainnya seusai aksi Kamisan ke-581 di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (11/4). Mereka menuntut presiden untuk membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang independen untuk mengungkap kasus penyiraman air keras yang menimpa penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan menggelar aksi Kamisan ke-581 di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (11/4). Mereka menuntut presiden untuk membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang independen untuk mengungkap kasus penyiraman air keras yang menimpa penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan menggelar aksi Kamisan ke-581 di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (11/4). Mereka menuntut presiden untuk membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang independen untuk mengungkap kasus penyiraman air keras yang menimpa penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan menggelar aksi Kamisan ke-581 di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (11/4). Mereka menuntut presiden untuk membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang independen untuk mengungkap kasus penyiraman air keras yang menimpa penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.