Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
The Gate Control Theory of Pain: Mengelus Memar Dapat Mengurangi Rasa Sakit?
3 Desember 2024 14:58 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Jessica Liel Situmeang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalian pernah gak sih sewaktu kecil dulu selagi jalan tuh sore tuh terus, eh! Gak sengaja kesandung dan jatuh. Gimana reaksi orang tua kalian pada saat itu? Aku yakin kebanyakan orang tua kalian akan langsung buru-buru menenangkan sambil mengelus memar kalian. Atau mungkin ketika kepala kalian tidak sengaja terbentur oleh sesuatu, pasti kalian reflek mengelus kepala kalian. Apa yang kalian rasakan setelah itu? Kalau aku pribadi sih merasa bahwa rasa sakit akan benturan itu perlahan-lahan memudar setelah dielus.
ADVERTISEMENT
Setelah beranjak dewasa, tentu kita merasa skeptis akan tindakan itu. Karena gak mungkin gak sih, hal sesimpel seperti mengelus dapat berpengaruh pada rasa sakit kita. Namun yang anehnya, mengapa tindakan itu ampuh? Kenapa bisa terjadi ya?
Memangnya dengan mengelus bisa menghilangkan rasa sakit kita? Atau itu hanya sekedar teknik dari orang tua agar kita tidak menangis? Apakah itu hanya mitos jaman dulu? Lalu mengapa rasa sakit itu benaran mereda?
Pasti kalian penasaran banget gak sih apa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Tenang aja karena aku udah punya jawabannya nih!
Jadi semua hal yang kita pertanyakan di atas dapat dijelaskan melalui suatu teori yakni, “The Gate Control Theory of Pain”. Bagaimana sih konsep dari teori itu? Yuk kita bahas lebih dalam!
ADVERTISEMENT
The Gate Control Theory of Pain
Pada tahun 1965, telah muncul pertama kali teori yang melihat dan mengakui rasa sakit melalui perspektif psychological dan tubuh yang dikenal sebagai “The Gate Control Theory of Pain” yang diciptakan oleh Patrick David Wall (1925–2001) dan Ronald Melzack.
The gate control theory of pain merupakan teori dimana, sumsum tulang belakang kita memiliki gerbang neurologis yang bertugas menentukan sinyal nyeri mana yang bisa masuk dan mana yang tidak bisa masuk. Hal ini memengaruhi seberapa banyak nyeri yang kita rasakan.
The gate control theory of pain menyatakan, ketika suatu stimulus dikirim menuju otak, stimulus itu harus melalui 3 lokasi di sumsum tulang belakang terlebih dahulu. Yakni, substantia gelatinosa, the fibers dan the transmission cells. Rasa sakit yang kita rasakan merupakan hasil dari interaksi antara 3 komponen sumsum tulang belakang tersebut ke otak kita.
ADVERTISEMENT
Substantia gelatinosa di dorsal horn bertugas untuk memodulasi sinyal stimulus melalui gerbang tersebut ke otak. Jika gerbang tersebut semakin terbuka, semakin banyak sinyal rasa sakit yang diterima otak dan semakin sakit pula luka yang kalian rasakan. Jika gerbangnya semakin tertutup, semakin sedikit sinyal rasa sakit yang diterima otak dan kita akan merasakan sakit lebih sedikit.
Bagaimana Cara Kerja The Gate Control Theory?
Agar lebih mudah dipahami, mari kita menganggap gerbang tersebut seperti gerbang rumah kita. Ketika ada orang asing yang datang, pasti kita tidak akan membuka gerbang tersebut. Sedangkan jika yang datang adalah keluarga kita, kita akan membiarkan mereka masuk. Sama halnya dengan “gate” pada teori ini.
Jadi berdasarkan dari The Gate Control Theory, tidak semua sinyal dapat masuk dan diteruskan ke otak kita. Rasa sakit atau stimulus yang kita dapatkan itu bisa kita kontrol melalui gerbang itu. Maka dari itu, ketika terluka, terkadang kita tidak menyadari luka tersebut. Hal ini terjadi ketika fokus kita terpaku kepada satu hal yang membutuhkan perhatian lebih sehingga kita tidak menyadari rasa sakit yang kita alami.
ADVERTISEMENT
Contohnya adalah para tentara. Walaupun mereka terluka serius, tapi mereka masih bisa melanjutkan peperangan dan tidak memperdulikan luka mereka sampai akhirnya perang tersebut selesai. Disitulah baru mereka merasakan rasa sakit yang luar biasa dari luka mereka.
Terdapat suatu saraf serabut yang bertanggung jawab untuk membawa berbagai jenis pesan ke otak kita. Ada saraf serabut besar, serabut A-beta, yang bertugas mengirimkan informasi sentuhan di kulit ke otak kita. Lalu ada saraf serabut kecil, serabut C, bertugas mengirimkan informasi rasa sakit atau suhu ke otak kita.
Saraf serabut besar mengirimkan pesan ke otak lebih cepat dibandingkan saraf serabut kecil. Hal itu disebabkan karena saraf serabut besar atau serabut A-beta memiliki diameter lebih besar dan dilapisi mielin yang menyebabkan impuls dihantarkan secara melompat-lompat sehingga terhantar lebih cepat. Sedangkan saraf serabut kecil atau serabut C ini lebih kecil dan tidak bermielin, sehingga penghantaran impulsnya lebih lambat.
Ketika kepala kita terbentur, saraf serabut kecil C akan mengirimkan sinyal rasa sakit tersebut menuju ke otak kita melalui substantia gelatinosa. Lalu ketika kita mengelus kepala kita, itu akan mengaktifkan saraf serabut besar A-beta dan mengirimkan sinyal ke otak melalui dorsal column–medial lemniscu.
ADVERTISEMENT
Dalam prosesnya itu, impuls serabut besar yang terhantar lebih cepat sampai lebih dulu dan membentuk collateral atau cabang yang mengaktivasi interneuron inhibitory. Cabang tersebut mengirimkan senyawa kimia yang salah satunya adalah Neurotransmitter GABA ke serabut kecil. Neurotransmitter itu memiliki fungsi penenang sehingga ia mengurangi stimulus rasa sakit. Hal itu menyebabkan otak kita hanya fokus kepada stimulus sentuhan atau elusan pada kulit kita.
Faktor Lain yang Mempengaruhi The Gate Control
ADVERTISEMENT
Jadi ketika kita mengelus memar kita, saraf A-beta mengaktifkan gerbang interneuron inhibitory yang menghambat stimulus rasa sakit, sehingga stimulus kurang diterima otak kita dan sakitnya berkurang. Sentuhan juga membantu memengaruhi fokus otak terhadap rasa sakit . Itulah mengapa, tidak hanya mengelus melainkan mencium memar atau benturan juga dapat mengurangi rasa sakit kita. Jadi gimana nih temen-temen, udah paham belum? Oleh karena itu, jangan bingung lagi ya kedepannya!
Daftar Pustaka
Dickenson, A. H. (2002). Editorial I: Gate Control Theory of pain stands the test of time. British journal of anaesthesia, 88(6), 755-757.
Melzack, R., & Katz, J. (2004). The gate control theory: Reaching for the brain. In Pain (pp. 13-34). Psychology Press.
ADVERTISEMENT
Kugelmann, R. (1997). The psychology and management of pain: gate control as theory and symbol. Theory & Psychology, 7(1), 43-65.
Campbell, T. S., Johnson, J. A., & Zernicke, K. A. (2020). Gate control theory of pain. In Encyclopedia of behavioral medicine (pp. 914-916). Cham: Springer International Publishing.
Wall, P. D. (1980). The substantia gelatinesa. A gate control mechanism set across a sensory pathway. Trends in Neurosciences, 3(9), 221-224.