Berawal dari K-Popers hingga Jadi Wartawan

Konten dari Pengguna
18 November 2019 17:59 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Emong tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tulisan ini panjang karena isinya curhatan, jadi kalian mungkin akan bosan. By the way, aku nulis ini sambil dengerin playlist BIGBANG, sembari bernostalgia.
ADVERTISEMENT
Oke, kuy kita mulai
Menonton drama Korea memang sudah jadi hobiku sejak kelas 5 SD sekitar tahun 2004 (kalau enggak salah). Semua ini 'salah' kakak yang dulu kerja di rumahku. Dia selalu nonton drama Korea yang ditayangkan di TV kalau kerjaannya sudah kelar. Bahkan terkadang dia rehat sejenak, kalau jadwal drama yang lagi diikutinya mulai. Aku yang saat itu masih 'polos', tercemar oleh celotehan-celotehannya tentang jalan cerita drama-drama itu. Hingga akhirnya, aku pun terjerumus ke 'dunia' itu.
Saat itu, stasiun TV ikan terbang jadi channel favoritku. Alasannya sederhana, karena mereka selalu menayangkan drama Korea terbaru. Eh, sebenarnya bukan cuma drama Korea sih, ada drama Jepang dan Taiwan juga. Cuma karena di-dubbing pakai Bahasa Indonesia, jadi semua terlihat sama saja dan susah dibedakan.
ADVERTISEMENT
Kenalan dengan BIGBANG dan Dunia K-Pop
Oke, kini bahas tentang dunia perkepopan. Bermula dari drama Korea, aku kemudian kenalan dengan idola K-Pop dari kaset CD bajakan. Awalnya aku membeli sebuah CD bajakan untuk soundtrack drama Korea, lalu oleh si tukang bajaknya dikasih kaset bonus track video klip BIGBANG dan Super Junior di dalamnya.
Setelah menonton video klip 'We Belong Together' BIGBANG di CD itu, aku pun 'jatuh cinta' (uhuuyyy) sama TOP BIGBANG. Wajah yang maskulin, keren, terlihat cuek, suaranya yang nge-bass, dan konsepnya yang bad boy jadi daya tarik utamanya yang buat aku terpesona (fangirling mode on).
T.O.P BIGBANG. Foto: Facebook/@BIGBANG
Karena BIGBANG, aku pun mulai sering nongkrong di warnet. Alasan ke bapak dan mamaku mau kerjakan tugas. Bahkan sebagai anak SD, aku nekat menjalin hubungan akrab dengan bibi penjual CD bajakan di daerahku. Alasannya, supaya kalau lagi belanja CD bajakan ke kota, dia bisa selalu mengusahakan kaset yang ada BIGBANG-nya.
ADVERTISEMENT
Hubungan kami terjalin akrab sampai aku SMA. Dulu aku lebih senang dapat SMS "Mong, ada kaset BIGBANG baru," dari pada SMS "Mong, lagi apa? Udah makan?" dari gebetanku.
Di saat itu, kenalan dengan orang yang sesama penggemar K-Pop adalah sesuatu yang sangat membanggakan karena jumlahnya yang masih dikit banget. Enggak kayak sekarang ini.
Berkat BIGBANG, aku punya teman maya dari berbagai kota di Indonesia dan dunia. Sampai saat ini, kami masih berhubungan. Meski pun ada beberapa yang tidak pernah ketemu dan banyak juga yang sudah menikah bahkan punya anak. Tapi BIGBANG tetap our life!
Saat itu (bahkan sekarang juga) aku bucin-nya BIGBANG terutama TOP. Aku yang saat itu cuma punya jajan Rp 500 per hari, bertekad nabung buat beli lightstick BIGBANG yang harganya Rp 675 ribu. Menyisihkan uang jajan, angpau, THR natal, dan tahun baru dari saudara, enggak pernah dijajankan. Semua demi lightstick yang akhirnya bisa dibeli setelah setahun lebih nabung. Sampai sekarang itu harta karun dan kebanggaanku sebagai VIP (nama fans BIGBANG).
Setiap hari aku menikmati kegiatan fangirling-ku dengan menonton CD BIGBANG, beli majalah BIGBANG, mengumpulkan poster serta pernak-pernik BIGBANG, dan berkomunikasi dengan teman-temanku sesama VIP. Hingga keinginan untuk bertemu dengan BIGBANG secara langsung pun muncul.
ADVERTISEMENT
Bermimpi jadi Wartawan
"Aku mau jadi wartawan," batinku saat itu.
Yup, impian ini sudah muncul sejak aku masih kelas 1 atau 2 SMP. Bermula saat ngelihat (alm) Olga Syahputra bisa ngobrol dekat banget sama aktor Lee Dong Wook dalam salah satu acara di stasiun TV nasional pada tahun 2007. Aku mupeng. Pengin ketemu artis Korea sedekat itu, kayak orang-orang yang ada di dalam studio acara itu.
Pikiranku saat itu mengatakan wartawan adalah jalan satu-satunya supaya bisa ketemu artis Korea. Mau jadi artis enggak mungkin. Jadi penonton bayaran bisa, sih, cuma ntar di-sleding sama bapakku. Dan begitulah, aku pun memutuskan untuk menjadi wartawan demi oppa TOP dan BIGBANG. Simpel, kan.
Masih ingat, aku satu-satunya orang di sekolahku yang dikatain aneh karena punya cita-cita jadi wartawan. Maklum saat itu kawan-kawanku cita-citanya berkelas dan mainstream. Jadi guru, tentara, polisi, dokter, pengacara, dan lain sebagainya. Tapi kalau throwback, aku sebenarnya saat itu belum paham beda wartawan dan staf produksi acara. Pokoknya yang aku tahu kalau mau kerja atau tampil di TV kerjanya cuma jadi wartawan. Maklum, pemikiran anak SMP.
ADVERTISEMENT
Dan doa ku pun berubah. Dari yang awalnya ingin ketemu BIGBANG langsung, berubah menjadi ingin menjadi wartawan. Bertemu BIGBANG dan menonton konser K-Pop menjadi motivasiku untuk punya cita-cita dan ambisi.
Bertahan Demi BIGBANG
Motivasi ini jugalah yang membuatku mantap memilih jurusan kuliah. Bukan sombong, tapi aku nekat menolak jurusan kuliah dari dua universitas nasional yang populer karena ini. Hingga akhirnya aku berhasil masuk ke Jurusan Komunikasi Bagian Jurnalistik di kampusku.
Saat kuliah aku punya geng yang beranggotakan 13 orang dan hanya aku satu-satunya cewek yang nekat ngambil bagian jurnalistik. Kebanyakan anggota gengku saat itu lebih milih jadi mahasiswa Komunikasi bagian humas atau periklanan. Ini ada alasannya, karena senior jurusanku sering cerita kalau jadi mahasiswa jurnalistik itu harus kuat fisik dan mentalnya.
Dan benar saja, ketika menjalani kelas jurnalistik aku sempat ngeluh. Syuting di bawah terik matahari, mengedit video, nulis naskah, dimaki-maki preman pasar saat liputan, hasil investigasi kampus yang berujung makian dosen, dan masih banyak lagi praktik jurnalistik yang menurutku saat itu berat banget. Dibandingkan dengan praktik teman-temanku dari bagian humas dan periklanan.
ADVERTISEMENT
Semua keluhan dan kesusahan itu akan sirna saat aku melihat poster BIGBANG dengan ukuran jumbo yang ada di kamar kosanku. Dalam poster itu, kelima anggota BIGBANG terlihat tampan dengan senyuman ramah dan seolah berbisik, "Emong kamu pasti bisa, mau ketemu oppa, kan? Mau nonton konser kita, kan?" (mon maap, saya anaknya suka halu). Poster dan bisikan halu itu pun jadi penyemangat. Motivasi ketemu BIGBANG dan nonton konser K-Pop jadi caraku untuk nge-recharge semangat.
Memberanikan Diri ke Jakarta dan Diterima di kumparan
"Kalau mau ketemu BIGBANG dan artis Korea, ya harus ke Jakarta. Kan mereka kalau ke Indonesia pun pasti ke Jakarta," jawaban tanteku saat aku bilang enggak mau kerja apalagi tinggal di Jakarta usai wisuda.
ADVERTISEMENT
Entah kenapa, sejak kecil hingga kuliah aku enggak begitu suka tinggal di kota besar terutama Jakarta. Semua ini karena aku sering nonton berita kriminal yang terjadi di kota besar. Apalagi Jakarta sering diberitakan tentang kemacetan, orang-orang demo, polusi udara, keras, terlalu metropolitan, mengintimidasi, dan berbagai berita negatif lainnya. Pokoknya, saat itu persepsiku akan Jakarta sangat buruk. Aku yang merupakan homebodies sangat membenci semua tentang Jakarta.
Suasana gedung perkantoran di jalan Sudirman, Jakarta. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Dan lagi-lagi dengan motivasi ingin ketemu BIGBANG dan nonton konser K-Pop aku pun memberanikan diri melamar kerja di Jakarta. Niat ini semakin kuat saat semua grup favoritku, mulai dari BIGBANG, 2NE1, Winner, Blackpink, hingga iKON (yeah, aku YG Stand alias penggemar semua artis di bawah naungan YG Entertainment) satu per satu gelar konser di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Dua minggu setelah wisuda, aku pun berangkat ke Jakarta karena dipanggil interview di salah satu media nasional. Seminggu tinggal di Jakarta, aku pun dapat panggilan interview dari kumparan. Dari semua pertanyaan yang dilontarkan saat interview di kumparan, aku hanya bisa jawab yang berbau tentang dunia perk-popan. Dan beberapa minggu kemudian aku diterima kerja di kumparan.
"Kamu tuh aku terima karena admin fanbase K-Pop," kira-kira begitulah jawaban Mas Gaga--atasanku saat ini.
Memang, sih, aku dulu menuliskan kegiatanku sebagai admin fanbase K-Pop di curriculum vitae (CV). Padahal aku tulis itu karena saran tanteku agar CV-ku enggak kelihatan kosong saja.
Jadi wartawan di bagian K-Pop
"Kamu nanti jadi wartawan di bagian K-Pop," kata Mas Gaga usai acara 'ospek' wartawan ala kumparan alias ODP. Kalian bisa bayangkan bagaimana senangnya aku saat itu.
ADVERTISEMENT
Bahkan malam sebelum tidur, aku sampai nangis mengucap syukur dalam doa karena ini. Setelah dipikir-pikir, aku ternyata lebih bahagia saat masuk di tim K-Pop daripada masuk kumparan. Hahahaha.
Aku semakin senang karena saat meeting pertama kali, Mba Niken--editor K-Pop--bilang kalau liputan tim biasanya tentang konser dan konferensi pers. Pokoknya, akan sering ketemu artis Korea lah. "Thanks, God!" jeritku dalam hati.
Nonton Konser K-Pop Gratis
"Mong, yang liputan GOT7 kamu yah. Nanti perginya bareng Mba Nisa--editor Hits--," ujar Mba Niken. Akhirnya, aku nonton konser K-Pop untuk pertama kalinya!!!!
Ternyata enggak cuma liputan konsernya, aku juga kebagian untuk liputan konferensi pers mereka.
Saat liputan konferensi pers, jarak tempat aku duduk dan GOT7 hanya sekitar dua meter. Gugup, tangan gemeteran, tercengang, terkesima, semua campur aduk. Meski aku bukan fans mereka, tapi bisa bertatap muka dengan boyband Korea dengan jarak sedekat itu adalah sesuatu yang aku impikan selama lebih dari 10 tahun.
ADVERTISEMENT
Akhirnya aku mengetahui sensasi menikmati konser K-Pop. Semua ini berkat profesiku sebagai wartawan.
Sejak itu, aku pun sering liputan acara serupa. Konferensi pers dan konser K-Pop. Hobiku dibayar plus dikasih nonton konser gratis. Nikmatnyaaa!
Untuk pertama kalinya aku nangis nonton konser saat liputan WINNER. Semua terasa seolah enggak nyata, karena grup yang aku idolakan sejak 2014 itu tampil di depan mataku. Di tengah kerasnya sound system panggung, aku teriakan nama masing-masing personelnya.
Dan begitulah akhirnya harapanku untuk menonton konser WINNER, Blackpink, dan iKON, serta melihat mereka dengan jarak yang sangat, akhirnya tercapai. Haleluya!!!
Sekarang, aku sudah sering nonton konser K-Pop dan mostly gratis. Aku sering dapat tiket konser gratis dari temanku yang jadi sponsor, rekan dari media lain, dan dari kumparan. Ini adalah hal yang sangat aku syukuri sebagai seorang bucinnya K-Pop.
ADVERTISEMENT
Saat ini aku belum bisa ketemu dan nonton konser BIGBANG, karena mereka harus wajib militer saat aku gabung ke kumparan. Tapi pada 10 November lalu, Taeyang dan Daesung sudah keluar militer. Jadi enggak menutup kemungkinan tahun ini atau tahun depan BIGBANG akan comeback dan gelar konser. Amiiiiinn!!
Penutup
Yah, begitulah kisah hidupku yang menjadi wartawan hanya demi ketemu idolaku. Mungkin terkadang orang berpikir tujuanku menjadi wartawan sangat simpel, remeh, atau mungkin receh. Tapi untukku itu motivasi terbesar yang bahkan membuatku berani menantang diriku untuk keluar dari zona nyaman (merantau ke Jakarta sendirian). Tujuanku selanjutnya adalah bisa liputan ke Korea Selatan. Haha.
Who knows, tiba-tiba tahun depan aku disuruh ke Korea Selatan untuk ngeliput konser BIGBANG! 🤣🤣
ADVERTISEMENT