Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
5 Kuliner Murah dan Nikmat di Sekitar Kampus STAN Bintaro
16 September 2019 1:43 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Justian Edwin Food Blogger tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kawasan Bintaro semakin menggeliat pada petang hari menuju tengah malam. Para pekerja kembali pulang dengan peluh mengering, juga mahasiswa yang baru rampung menempa diri.
ADVERTISEMENT
Pola hidup ini disambut baik oleh para pengolah rasa, membuat Bintaro malam hari terasa bagai 'surga'. Tersebar di berbagai sudut Bintaro, warung makan jadi sentra pelepas dahaga.
Saya salah satu yang ada dalam golongan pekerja. Tanpa aba-aba, pada pukul tujuh malam setiap harinya, saya beranjak ke warung makan, mencari tambahan energi untuk sisa hari.
Hidup saya berubah seiring pertambahan angka pada tanggal di kalender. Semakin besar angkanya, semakin kecil biaya makan yang saya keluarkan. Saya yakin betul kalau problema tanggal tua dirasa oleh semua.
Menyambut tanggal tua, mari mencoba lima tempat makan murah dan enak di sekitar STAN Bintaro Sektor 5 rekomendasi saya.
1. Angkringan Mbah Wondo Arif Jatmiko
Di seberang rumah makan Sambal Karmila, halaman sebuah ruko bertransformasi menjadi tempat makan lesehan. Selepas petang, tempat ini dipadati oleh banyak orang.
ADVERTISEMENT
Rupanya tempat tersebut adalah Angkringan Mbah Wondo, sebuah angkringan khas Solo. Angkringan Mbah Wondo menyajikan banyak pilihan makanan, mulai dari nasi kucing, nasi bakar, aneka sate, pecel, dan urap sayur.
Antrean mengular menunggu padu padan makanan pilihan selesai dibakar. Saat makanan tersaji, kita bebas pilih sambal sebagai pelengkap, bisa sambal goreng atau sambal bawang. Nikmati sepiring penuh menu khas angkringan sembari lesehan.
Cahaya temaram dan suasana sederhana membuat saya rindu Jogja, kampung halaman saya.
2. Soto Lamongan Cak Gondrong
Jika ada pertanyaan mengenai soto favorit, tentu soto Lamongan jadi pilihan saya. Di setiap penyajiannya, bawang putih goreng dan taburan koya tidak pernah absen menambah rasa gurih.
Tanpa menunggu lama, seporsi nasi panas dan taburan bawang putih goreng tersaji di meja saya. Logat khas Lamongan Cak Gondrong membangun nuansa autentik seperti warung soto di daerah asalnya yang saya sambangi beberapa tahun lalu.
Soto Lamongan Cak Gondrong punya dua waktu jualan, yakni pukul 06.00-14.30 WIB dan 16.00-23.00 WIB. Cak Gondrong juga berjualan pagi hari di Pasar Bintaro Sektor 2, di samping Apotek Raya.
ADVERTISEMENT
3. Warteg Jaya Bahari
Bagi sebagian orang, slogan berupa pertanyaan ‘lapar tengah malam?’ milik McDonald’s tidak selamanya relevan. Walaupun gerai cepat saji tersebut berjualan dua puluh empat jam tanpa henti, kendala dana kerap jadi masalah.
Warteg Jaya Bahari menjawab permasalahan kita dengan akurat. Hadir 24 jam, puluhan menu siap disantap. Tidak ada harga pasti, harga yang dibayar sesuai dengan menu yang dipilih. Nasi panas, tempe orek, dan telur dadar jadi komposisi favorit saya.
Hadir di Jabodetabek sejak 1985, Warteg Jaya Bahari cukup cakap mempertahankan bisnisnya. Lampunya yang selalu terang benderang seolah merepresentasikan masa depan cerah bisnis waralaba wartegnya.
ADVERTISEMENT
4. Teh Tarik Aceh - Bintaro Avenue
Bulan-bulan awal kedatangan saya di Bintaro, sulit betul menemukan tempat makan yang buka hingga larut. Ternyata ada sebuah restoran khas Aceh yang tidak pernah tutup selain hari raya.
“Halo Kak Edwin!” Sapa peladen di Teh Tarik Aceh setiap saya datang.
Tanpa banyak basa-basi, saya memesan Nasi Goreng Aceh Spesial pedas. Kadang jika bosan, saya pesan Indomie Aceh Spesial. Apa pun makanannya, segelas Es Kopi Sanger selalu menemani.
Buka selama dua puluh empat jam setiap hari, Teh Tarik Aceh di Bintaro Avenue memiliki tempat di hati pelanggannya. Saya tak menolak jika disebut sebagai pelanggan setia.
ADVERTISEMENT
5. Sate Jepang Maleo
Melipir dari kawasan paling ramai di Bintaro, kita menuju ke Jalan Maleo. Ada sebuah gerobak sederhana yang selalu ramai dan membuat kesal pengunjung. Kekesalan hadir karena yakitori alias sate Jepang yang dijual sering kali habis dalam waktu tiga jam saja.
Saya cukup beruntung selalu mendapat barang satu atau dua porsi terakhir pada pukul sembilan malam. Sate kulit ayam dan sebuah onigiri menjadi pengganjal perut sebelum lembur.
Belakangan, mereka menawarkan satu menu baru, yakni sate tulang muda. Beberapa potong tulang muda renyah terangkum dalam satu tusuk.
Kepulan asap dari panggangan dan knalpot motor jadi teman para pelanggan yang bertukar pikiran sembari mengunyah di sela-sela deretan mobil mewah.
ADVERTISEMENT