Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
6 Restoran Pinggir Pantai di Bali untuk Nikmati Semilir Angin Sore
16 Oktober 2019 23:42 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Justian Edwin Food Blogger tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Selamat datang di Bali,” sapa pramugari maskapai merah yang membawa saya terbang ke Bali.
ADVERTISEMENT
Harum bunga kamboja sungguh semerbak di sekitar saya. Harumnya membekas di indra penciuman, jadi identitas yang punya nuansa nostalgia dari Pulau Dewata.
Bali, provinsi yang kemajuan ekonominya beriringan dengan pertahanan nilai budaya. Harmonisasi keduanya membuat rasa rindu hadir terlalu cepat, juga membuat Jakarta terlalu kelabu untuk hidup. Tapi lagi-lagi saya diingatkan bahwa hidup tidak punya tombol berhenti sejenak.
Pengalaman saya setiap berlibur ke Bali tidak pernah sama, selalu ada rasa berbeda yang dikecap oleh lidah, dirasa oleh kulit, dan direkam oleh memori. Keutuhannya saya simpan rapi di sudut kecil otak saya, untuk diingat saat dibutuhkan.
Yang terakhir saya rasakan adalah semilir angin sore dan sayup musik mengiringi senja hari. Hentakan kaki manusia seirama lagu jadi pelengkap apik. Jika bosan, saya berjalan ke pantai dan memberi ruang bagi pasir lembut untuk memendam sebagian telapak kaki.
ADVERTISEMENT
Berikut tempat saya mendapat pengalaman sensorik yang ramai namun menenangkan.
1. Mano Beach House
Seorang teman mengunggah tempat ini di Instagram. Letaknya ada di pusat pariwisata Petitenget, agak masuk dari jalan utama. Nuansa di Mano Beach House tidak penuh citra seperti yang lain. Ada perasaan nyaman karena atmosfer yang dibangun sangat kasual.
Tempatnya tidak terlalu besar, tetapi punya akses ke pantai yang sangat mudah. Jika malas ke pantai, kolam renang kecil tersedia di dalam area restoran. Sebotol bir dengan embun di badannya berdiri kokoh di meja menemani saya menunggu senja.
Sejauh ini, pelayanan di Mano Beach House jadi salah satu yang terbaik. Tidak ada kesan menghakimi dari peladen yang bekerja.
ADVERTISEMENT
2. Woobar, W Hotel Seminyak
Pilihan klasik untuk turis asal Jakarta, termasuk saya dan beberapa teman. Lokasi Woobar cukup strategis, bergabung dengan kompleks bangunan W Hotel. Pengalaman unik dimulai dari pintu masuk yang memfitur jalan berliku menuju bar, melewati deretan tempat berjemur untuk tamu.
Satu gelas jumbo cocktail seharga Rp 550.000 kami pesan. Setelah dicoba, porsinya cukup untuk tiga hingga lima orang. Kendati memiliki citra untuk kalangan atas, Woobar masih menyediakan beberapa promo yang menurut saya sangat menguntungkan. Sepaket salad, pizza, dan free flow soda dibanderol seharga Rp 290.000 saja. Dengan total Rp 900.000-an, kita sudah bisa duduk santai berjam-jam di sofa berkapasitas empat orang.
Kami bubar dari Woobar saat angin malam mulai menusuk tulang. Suhu Bali saat itu memang cukup dingin karena angin musim dingin yang terbawa dari Australia.
ADVERTISEMENT
3. Tropicola
Tropicola mendapat perhatian setelah para selebriti media sosial berkunjung. Warna warni mencolok pada dekorasi jadi elemen utama penarik hati generasi Instagram. Tanpa banyak edit, foto cantik siap diunggah.
Seluruh area di Tropicola nyaman untuk duduk berlama-lama. Tidak ada minimum order untuk duduk di daybed area seperti tempat lainnya.
Di tengah ketenarannya dalam skena gaya hidup di Bali, saya belum menemukan keunikan pada sajiannya. Beberapa orang merekomendasikan menu Pork Katsu, namun belum bisa saya sebut sebagai favorit. Pun begitu dengan cocktail-nya.
4. Artotel Beach Club Sanur
Walau namanya menyertakan merk Artotel, lokasi Artotel Beach Club (ABC) Sanur tidak menyatu dengan bangunan utama hotelnya. ABC Sanur dapat dijangkau dengan lima menit berkendara. Area restoran lebih membuat saya tertarik, karena rasa penasaran saya tentang makanan yang mereka sajikan.
Berbagai jenis camilan, dari lokal hingga internasional, kami coba untuk membuktikan keahlian ABC mengolah rasa. Ubi panggang dan ayam goreng tepungnya cukup solid untuk direkomendasikan, apalagi untuk teman minum.
ADVERTISEMENT
Untuk minuman, saya mencoba Kecombrang Martini yang memberi sensasi unik di lidah. Sebuah pengalaman baru mencoba kecombrang yang biasanya dibuat bahan sambal saja.
5. Ulu Cliffhouse
Ulu Cliffhouse Bali tidak punya akses pantai, namun tebing tingginya disulap menjadi undakan yang cantik. Memasuki lobby, beberapa karyawan menyambut kami dengan sigap. Mayoritas kursi sudah terisi penuh saat kami datang. Beruntung, tersisa sebuah meja yang menghadap laut.
Jika di restoran dan bar sebelumnya kami menggunakan pakaian renang, di Ulu Cliffhouse lebih cocok mengenakan resort wear. Nuansa yang ditawarkan Ulu Cliffhouse sesuai untuk duduk santai sembari menyesap Dry Martini dengan zaitun. Sesap sedikit demi sedikit layaknya Samantha Jones di serial Sex and The City. Life is too good to enjoy this time around.
ADVERTISEMENT
6. Soul on The Beach
Saya mendapat rekomendasi mengenai tempat ini dari Instagram Nana Mirdad. Nana yag sudah lama menetap di Sanur kerap mengunggah perjalanan kulinernya.
Sebuah kafe kecil dengan pemandangan laut tenang Sanur. Anjing-anjing berlarian tanpa sekat dengan manusia yang berjemur. Saya merasakan ketenangan yang hangat saat duduk di area bibir pantai.
Sepiring Pork Three Ways hadir di meja kami. Daging babi diolah dengan beberapa metode. Yang paling menggugah adalah pork belly-nya yang lembut dan meleleh di mulut. Menu tersebut berhasil membuat saya memejamkan mata sejenak. Yang mengejutkan lagi adalah harganya yang terjangkau, saya menebus menu tersebut hanya dengan Rp 50.000 saja.