Konten dari Pengguna

Kopi, Gorengan dan Idealisme di Angkringan Ma'gleg

Justian Pilar
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY sekaligus gelandang bertahan.
14 Februari 2023 17:44 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Justian Pilar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gerobak Ma'gleg di Sore Hari. Foto: Justian Pilar
zoom-in-whitePerbesar
Gerobak Ma'gleg di Sore Hari. Foto: Justian Pilar
ADVERTISEMENT
Selayaknya angkringan yang lain, Ma'gleg juga menjual kopi, gorengan, dan jajanan krupuk. Namun, Bang Mel, bakul angkringan Ma'gleg, membangun kisahnya sendiri dalam menjual kopi. Ketika umumnya bakul angkringan lain memiliki tujuan untuk meraup untung sebanyak-banyaknya, maka Bang Mel memilih idealis dan penuh filosofis untuk memberikan sebuah value kepada para pelanggannya.
ADVERTISEMENT
Sebelum lebih jauh membahas idealisme dan filosofi dari sosok Bang Mel sang pemilik angkringan, perlu diketahui bahwa angkringan Ma'gleg berlokasi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Dalam 9 tahun terakhir, lokasi angkringannya sempat berpindah tiga kali akibat kebijakan dari pemerintah setempat. "Yowis menyesuaikan ae, sing penting nggone pasti," kata Bang Mel menyikapi hal tersebut.
Meskipun berpindah tempat, beberapa pelanggan tetap memilih jajan di Ma'gleg. Kondisi ini tak lepas dari kedekatan para pelanggan dengan Bang Mel yang selalu asyik untuk diajak jagongan. Inilah salah satu yang membuat Ma'gleg lebih istimewa daripada yang lain, para pelanggan bukan hanya datang karena dagangan melainkan juga penjualnya

Kopi, Gorengan, dan Idealisme

Kopi dan gorengan, sajian wajib yang harus ada di setiap angkringan. Kembali membandingkan angkringan Ma'gleg dengan yang lain. Bang Mel memilih untuk tidak menjual minuman sachet dan jajanan ciki. Nampak hanya ada dua jajanan berbungkus plastik di gerobaknya, krupuk dan ketan goreng. Itu pun keduanya olahan rumahan yang tidak mengandung banyak bahan berbahaya. Ketika ditanya mengapa tidak menjual makanan cepat saji, Bang Mel menuturkan, "Aku iki pengen cah enom-enom podo sehat, wong utamane urip iku yo sehat". Atau dalam bahasa Indonesia, "Aku pengen anak-anak muda itu hidup sehat, utamanya kehidupan kan ya sehat itu".
ADVERTISEMENT
Bang Mel menambahkan bahwa ia ingin anak-anak muda dapat hidup panjang dan mampu untuk menikmati hidupnya. Katanya agar nanti jika sudah tua para anak-anak muda masih bisa makan enak tanpa terganggu penyakit yang melarang makanan ini itu.
Selain menjauhkan dagangan dari segala jenis makanan dan minuman cepat saji, Bang Mel pun tetap kekeh mempertahankan jenis gorengan yang ia jual, atau dalam kata lain ya itu-itu saja. Sejak 2015 hingga sekarang nampak hanya ada 7 jenis gorengan yang konsisten dijual, yaitu mendoan, bakwan sayur, tahu isi, tahu bacem, ceker ayam, usus ayam, dan kepala ayam.
Seringkali Bang Mel mendapat saran dari para pelanggannya untuk menambah jenis gorengan dan jajanan lain. Bukannya tidak digubris, melainkan Bang Mel tetap berpegang teguh pada pendiriannya untuk menjaga kesehatan para pelanggannya. Selain berharap agar para pelangganya sehat sampai tua, Bang Mel juga mengatakan "Iku wae wes cukup, raperlu ditambahi meneh," (Itu saja sudah cukup, ga perlu untuk ditambahin lagi). Jawaban yang sebenernya 'tidak menjawab', tetapi yang perlu dimaknai adalah menjadi manusia tidak boleh tamak dan merasa cukup atas apa yang dipunya.
ADVERTISEMENT
Jarang kita menemukan bakul angkringan yang idealis akan apa yang ia jual. Alih-alih ingin mendapat banyak keuntungan dengan menjual makanan yang sedang digandrungi, justru Bang Mel dengan Mag'leg angkringannya malah menjual makanan sederhana tanpa banyak bahan pengawet. Memang alasannya kembali lagi pada harapan dia yang ingin para anak muda dapat menikmati hidup sampai tua.

Ngantuk Bukan Alasan yang Tepat

Slogan Ma'gleg dalam Sticker yang Tertempel di Gerobak. Foto: Justian Pilar
Kalimat "Ngantuk Bukan Alasan yang Tepat" menjadi slogan yang tertempel di berbagai elemen dari angkringan ini. Meskipun kata ini jarang diucapkan oleh Bang Mel, tetapi melalui stiker dan dekorasi gerobaknya menunjukkan bahwa slogan ini memiliki makna yang dalam.
Berawal dari alasan anak-anak dalam tongkrongan yang biasanya meninggalkan angkringan lebih dulu karena alasan ngantuk. Menurut Bang Mel, alasan ngantuk ini tidak masuk akal. Mengapa? karena mayoritas dari mereka datang ke angkringan adalah untuk ngopi, dan ya memang benar mayoritas dari mereka memesan kopi. Rasanya cukup aneh apabila mengantuk setelah meminum kopi, bukankah seharusnya rasa kantuk itu berkurang ya? Maka dari pengalaman tersebutlah muncul slogan "Ngantuk Bukan Alasan yang Tepat".
ADVERTISEMENT
Bukannya mencegah para pengunjung yang akan pulang, melainkan lebih pada alasan yang diberikan seharusnya masuk akal dan dapat dimengerti. Makna lain dari slogan ini adalah banyak di luar sana alasan atau ungkapan tak masuk akal yang sebenarnya digunakan untuk mengelabuhi. Dalam cakupan yang lebih luas, ini tidak hanya persoalan pulang duluan dan kopi. Akan tetapi, di fenomena sekarang ini banyak orang yang rela membuat ungkapan tak masuk akal agar ia disetujui oleh orang lain. Layaknya para politisi yang sedang kampanye.

Sinau Urip Melalui Gerobak Ma'gleg

Kalimat yang cukup sulit dimengerti. Apa bedanya cukup dan pas? rasa-rasanya sama saja. Namun, Bang Mel selalu memiliki persepsinya sendiri, tenggelam dalam pikiran dan terpancar dalam untaian kata-kata. Katanya cukup itu bisa jadi ada sisa, dan ada sisa berarti ada suatu yang kita bingung untuk menggunakannya. Lalu, bagaimana dengan pas? Kata Bang Mel pas itu tak sisa dan tak kurang.
ADVERTISEMENT
Ia menganalogikannya seperti membeli celana. Ada orang memiliki ukuran celana 28, tetapi ia membeli celana berukuran 30. Tentu celana itu akan cukup untuk dipakai, tapi apakah pas? tentu tidak. Celana itu akan kurang nyaman karena berukuran 2 angka lebih besar dari ukuran kakinya. Namun, jika ia membeli celana berukuran 28, itu tentunya akan lebih pas dan nyaman untuk dipakai. Ya karena memang itu sesuai dengan ukuran tubuhnya.
Lalu apa arti dari semua omong kosong tersebut? Bang Mel berpendirian untuk tidak menjadi orang yang berlebihan. Hidup akan selalu tenang dan aman jika kita menyesuaikan apa kebutuhan hidup. Orang yang memiliki buku tabungan Rp 20 juta lebih baik untuk membeli Honda Beat daripada untuk membuka kredit menyicil mobil. Namun, angka Rp 20 juta jika dibelikan Honda Beat itu pun masih sisa? Artinya itu cukup dan tidak pas. Lalu, bagaimana? Uang sisa dari membeli motor tadi seharusnya pas untuk ditabung. Artinya uang Rp 20 juta tadi bersifat pas, bukan lagi cukup.
ADVERTISEMENT
Memang cukup sulit untuk memahami dialek dari sosok Bang Mel. Mungkin saat berkomunikasi dengan Bang Mel kita akan merasa aneh dan tidak masuk akal atas apa yang diucapkannya. Namun, di malam yang tenang kita akan mampu memahami bahwa pesan yang disampaikannya itu penuh filosofi di mana kita tidak perlu memaksakan diri terlalu berlebihan untuk mencapai sesuatu. Bang Mel mengajarkan ketenangan untuk menikmati hidup.

Mengkaji Komunikasi Melalui Kopi

Gerilyawan dalam Diskusi Fak

Bang Mel pernah mengatakan bahwa hidup itu antara dipengaruhi atau memengaruhi. Dan dia memilih untuk memengaruhi. Ini tentunya tak lepas dari cara berpikirnya yang sederhana tetapi mendalam. Kemudian untuk memengaruhi orang lain tentunya ia juga harus memiliki keterampilan dalam berkomunikasi. Di sini kita akan sedikit membaca korelasi cara berpikirnya dengan cara ia untuk mempengaruhi orang lain.
ADVERTISEMENT
Ketika memiliki sebuah pesan yang ingin disampaikan kepada pelanggannya, ia cenderung memilih dialog dalam bingkai komunikasi interpersonal. Terkadang hanya antara dia dengan satu pelanggannya. Kalaupun lebih dari satu, mungkin hanya dua sampai empat orang termasuk Bang Mel. Kondisi ini hampir mirip atau bisa juga disebut dengan diskusi fak. Diskusi fak merupakan proses bertukar informasi dan pikiran antara beberapa orang yang bertujuan untuk menambah nilai dari pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam diskusi ini terdapat seorang yang lebih berpengalaman untuk menjelaskan. Jika dalam diskusi fak sesungguhnya ada seorang ahli dan membawahi diskusi tersebut, Bang Mel memeliki cara berbeda dengan membangun lingkaran komunikasi yang sederajat.
Melalui lingkaran komunikasi yang sederajat, Bang Mel sebagai orang yang punya pengalaman lebih tidak langsung menghardik pendapat orang lain yang dirasanya salah. Ia lebih memilih untuk menyampaikan secara tidak langsung tapi memiliki nilai persuasif untuk membenarkan. Ini juga yang membuat cara berpikirnya menarik. Ia seolah-olah menjadi gerilyawan dalam diskusi tersebut. Menembus tanpa diketahui seorang pun, tetapi berhasil menguasai medan perang.
ADVERTISEMENT

Gerobak Public Relations

Nampaknya akan terjadi salah paham apabila Bang Mel tiba-tiba memberikan pesan dan mendorong perubahan ke seseorang secara langsung, bahkan akan terkesan aneh. Sebaliknya, pesan yang disampaikan akan sukses bila Bang Mel memahami karakteristik dari lawan bicaranya. Dan, memanglah Bang Mel sosok yang akan mendalami lawan bicaranya terlebih dahulu sebelum memilah dan memilih pesan apa yang ingin dimasukkan ke dalam bingkai ceritanya.
Bang Mel berkomunikasi layaknya public relations dalam sebuah perusahaan. Namun, bukan pada profit company ia bekerja melainkan sebuah agensi pembawa kebaikan umat. Ia tak dibayar, tak pula dipilih dalam pemilihan, namun ia bertujuan untuk membuat masyarakat sadar akan hal baik yang seharusnya dilakukan.
Berkaca dari konteks public relations, mungkin Bang Mel pernah bertemu Grunig dalam mimpinya. Sehingga proses komunikasi yang diterapkannya seakan menggunakan two-way symmetrical model. Kondisi di mana Bang Mel dan lawan bicaranya memiliki pemahaman yang sama. Pemahaman yang mana dapat diselipkan pesan persuasif untuk mengubah paham seseorang menjadi lebih baik.
ADVERTISEMENT
Proses decoding (memberi maknsa pesan) dan encoding (memproduksi pesan) dijalankan sedemikian rupa ciamik. Secara natural pesan yang dibuat Bang Mel tersampaikan kepada para pelangganya. Hingga pada akhirnya kopi yang dibuatkan kepada para pelanggan tak hanya sebagai penghilang kantuk, tetapi juga berisi pesan untuk mengubah menjadi manusia yang lebih baik.