Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Motivasi Media Online dalam Pembentukan Karakter Antikorupsi
16 September 2023 12:52 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Justian Pilar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia lahir dengan kondisi yang sangat sakral. Akan tetapi, keadaan yang sakral ini bukan berarti tanpa cacat sedikitpun. Berbagai nafsu angkara manusia dalam membuat celaka telah terjadi di ibu pertiwi ini sejak lama, salah satunya ialah tindakan korupsi.
ADVERTISEMENT
Sejarawan sekaligus alumnus dari Universitas Indonesia, Hendaru Tri Hanggoro menjelaskan bahwa jejak korupsi di tanah air sudah terjadi sejak zaman kerajaan. Saat itu, jumlah pajak yang harus dibayar sudah dilebih-lebihkan oleh pejabat lokal yang menarik pajak dari rakyat yang masih buta huruf.
Selanjutnya, di era penjajahan Belanda, terjadi korupsi mulai dari pemerintahan kolonial hingga pejabat lokal di tingkat desa. Setelah kemerdekaan, negeri ini juga tidak terlepas dari permasalahan korupsi. Mulai dari era kepemimpinan Presiden Sukarno hingga Presiden Jokowi, korupsi terus menggerogoti tanah air ini.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, sejarah korupsi terbesar yang tercatat adalah kasus PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau Asabri yang mana merugikan negara hingga Rp 23,7 triliun.
Jalannya korupsi di Indonesia tidak akan dapat dihentikan dalam waktu singkat, justru bentuk dan polanya yang akan terus berubah seiring perkembangan zaman.
Korupsi di Indonesia telah mengakar sejak zaman penjajahan hingga era digital seperti saat ini. Secara personal, korupsi yang terjadi selama ini merupakan bentuk sifat dari manusia yang selalu tidak puas.
Manusia selalu berlomba-lomba untuk mencapai kepuasan dan kekuasaan, bahkan dengan cara apapun. Memang tidak semua manusia memiliki hawa nafsu seperti itu, tetapi sifat yang mendasari itu adalah sifat dasar kebanyakan manusia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, korupsi juga dapat dikatakan sebagai bentuk pengkhianatan. Pengkhianatan ini memiliki jangkauan yang sangat luas dan tidak terbatas pada hubungan antarmanusia, tetapi juga hubungan antara manusia dengan tuhannya.
Pengkhianatan dilatarbelakangi oleh mindset yang telah dipegang oleh seseorang dalam jalan hidupnya. Hal tersebut menyebabkan kerugian pada orang lain dan sangat layak untuk ditentang. Di sisi lain, dari sudut politik, penyebab langgenya korupsi ialah oligarki.
Ujung-ujungnya oligarki adalah lahirnya dinasti politik atau politik kekerabatan. Kondisi ini menghambat atau bahkan menjegal terciptanya negara demokrasi antikorupsi. Praktik ini membatasi akses warga negara ke jabatan publik, baik di level lokal maupun nasional.
Dinasti politik di Indonesia dapat dicari dan dilihat secara mudah dan gamblang. Salah satu bukti nyata keberadaan dinasti politik ini dapat dilihat dari Provinsi Banten yang dikuasi oleh dinasti Ratu Atut.
ADVERTISEMENT
Dalam dinastinya, 11 kerabat Ratu Atut menempati posisi strategis dan kunci dalam pemerintahan. Dapat diketahui juga bahwa Ratu Atut saat ini dipenjara karena kasus korupsi, serta adiknya, Tubagus Chaeri Wardhana yang juga dipenjara karena kasus korupsi berbagai proyek di Banten.
Kejadian ini semakin memperkuat adanya pendapat bahwa oligarki dan dinasti politik menyuburkan jalannya praktik korupsi di Indonesia.
Berlangsunya korupsi ini harus segera dihentikan untuk kemaslahatan umat. Pemerintah dan rakyat harus berkolaborasi untuk menciptakan negara demokrasi yang antikorupsi. Masyarakat dapat berpartisipasi secara langsung dengan melaporkan adanya dugaan tindak pidana korupsi (TPK) melalui layanan pengaduan KPK.
Pemerintah sebenarnya tak hanya diam saja dalam mengatasi permsalahan korupsi di Indonesia. Berdirinya KPK menjadi salah satu perwujudan terhadap pemberantasan korupsi. Selain itu, pemerintah melalui lembaga pendidikan juga telah berupaya menanamkan nilai luhur dengan diadakannya pendidikan karakter.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya, jika diamati, pendidikan karakter ini tidak hanya dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan formal, tetapi juga bisa disesuaikan seiring perkembangan zaman.
Di era industri 4.0, hampir keseluruhan dari generasi muda saat ini memiliki kesempatan untuk mengakses internet. Sebagian besar juga telah memiliki gawai masing-masing, bahkan dari usia anak-anak.
Salah satu cara efektif untuk menyampaikan gagasan antikorupsi ialah melalui internet. Memunculkan gerakan-gerakan antikorupsi, baik asalnya dari pemerintahan, NGO (Non-Govermental Organization), maupun gerakan mandiri.
Upaya konkret yang dapat dilakukan oleh generasi muda saat ini untuk berpartisipasi mengatasi korupsi ialah ikut menyebarkan motivasi antikorupsi di media online.
Motivasi di sini memiliki artian bahwa seseorang dapat mempengaruhi orang lain melalui narasi ataupun tindakan untuk mendorong perilaku antikorupsi. Hal ini dapat dengan mudah disalurkan melalui media online.
ADVERTISEMENT
Motivasi dapat dengan mudah disalurkan melalui media online , seperti Blog, Instagram, YouTube, TikTok, dsb. Mereka yang sadar akan bahaya korupsi dapat memberikan motivasi kepada warganet melalui media sosial pribadinya.
Motivasi ini berguna untuk memunculkan kesadaran dan mendorong kepedulian warganet untuk melawan praktik korupsi yang kian menjalar. Pembangunan motivasi yang dikontruksi secara baik akan mampu menimbulkan efek yang berkelanjutan dan signifikan pada masyarakat.
Pesan atau motivasi juga harus dikemas sesuai dengan target yang akan dituju. Misalnya menargetkan sesama kaum muda, maka haruslah ditampilkan dengan bentuk dan pola yang kekinian bagi anak muda. Seperti halnya mengunggah kasus korupsi bansos ke Instagram Story dengan tujuan memantik reaksi dari para followers untuk aware terhadap kasus ini. Dapat dibuat menarik dengan bentuk karikatur atau infografis yang sederhana.
ADVERTISEMENT
Generasi muda harus mampu membangun kesadaran dan kepedulian bahwa korupsi ini merugikan bagi semua orang. Aksi ini dapat menyebar lebih luas apabaila berita-berita semacam ini disebarkan secara masif dan konsisten.
Gerakan mandiri melalui media online tidak dapat dipandang sebelah mata. Di era ini, terbukti bahwa internet memiliki pengaruh yang kuat pada mental dan psikologis penggunanya.
Kampanye antikorupsi harus digalakkan oleh setiap orang yang menyadari agar dapat mempengaruhi orang di sekitarnya. Selain itu, kapasitas media online juga dapat dimanfaatkan untuk memberikan efek jera dalam bentuk hukuman sosial bagi pelaku tindak pidana korupsi.
Kita dapat melemparkan kritik dengan berbagai macam bentuk ke dalam media online. Dengan demikian, penting bagi generasi muda saat ini untuk memanfaatkan kapasitas dari media online untuk menyebarluaskan kampanye antikorupsi.
ADVERTISEMENT