Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Untuk Apa Menggapai Tujuan Hidup?
19 Juni 2023 11:13 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Justian Pilar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Manusia berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Menyusun segala tujuan untuk dicapai. Hingga tertatih-tatih tubuhnya menyesuaikan segala apa yang ingin dituju. Namun, sampai kapan manusia akan terus berusaha sedemikian kerasnya untuk mencapai mimpinya?
Sebuah lagu dari Hindia menjawab pertanyaan tersebut, judulnya "Besok Mungkin Kita Sampai". Melalui bait "Hidup bukan saling mendahului, Bermimpilah sendiri-sendiri," menjelaskan pada manusia untuk menikmati setiap jalannya masing-masing dalam mencapai tuju. Setiap manusia pasti memiliki sebuah mimpi. Mimpi yang menjadi tujuan hidup. Yang harusnya ada ikhtiar untuk mencapainya.
Lantas mengapa harus berlomba-lomba untuk mencapai tujuan? Mungkin sebagian orang memiliki tujuan tertentu yang memang slotnya tidak cukup untuk semua manusia. Kursi presiden misalnya, hanya tersedia satu di setiap negara. Lagi, penjual gudeg misalnya, tak semuanya mesti laris. Untuk mencapai tujuan tertentu memang harus ada yang dikorbankan, entah itu waktu, tenaga, pikiran, ataupun mimpi orang lain.
ADVERTISEMENT
Namun, ada satu kata yang mungkin menggambarkan tujuan hidup semua manusia, "Kebahagiaan". Untungnya, kebahagiaan bisa didapatkan oleh semua manusia. Menggapai kebahagiaan juga tak perlu menjadi presiden ataupun menjadi penjual gudeg yang laris. Jadi, tak perlu berlomba-lomba untuk mencapainya. Lalu, bagaimana seseorang dapat bahagia?
Pepatah China mengatakan, "Langit adalah adil, dan tidak ada orang yang dikecualikan. Yang bisa menolong dirimu adalah dirimu sendiri". Dapat direfleksikan bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Sama halnya seperti yang dijelaskan oleh filosofi stoa. Ada kalanya bahagia asalnya dari luar diri kita. Namun, kalau diri kita menolak kebahagiaan apalah artinya itu.
Salah satu contoh kebahagiaan adalah sekelompok pelajar yang memenangkan tawuran. Mereka akan bahagia karena pamornya naik. Namun, ada yang dirugikan.
ADVERTISEMENT
Secara esensial, tentu itu bukan sebuah kebahagiaan. Mencapai kebahagiaan harusnya tidak mencederai pihak lain. Sebaiknya kebahagiaan kita juga membahagiakan orang lain.
Bagi umat Islam, alangkah baiknya mengingat sabda Rasulullah, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad).
Tuliskan ini tidak bermaksud untuk mengendurkan semangat seorang pun untuk mencapai tujuan hidupnya. Hanya saja sekadar mengingatkan manusia untuk jangan lupa bahagia dan istirahat sejenak untuk tetap bisa berkarya!