Konten dari Pengguna

Yang Terselubung dari Tren Video Sinematik Jedag-jedug TikTok ala Kepolisian

Justian Pilar
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY sekaligus gelandang bertahan.
17 Februari 2023 6:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Justian Pilar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi aplikasi TikTok. Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi aplikasi TikTok. Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT

TikTok tak lagi sekadar joget-joget, kadang juga jedag-jedug!

Dulunya TikTok dikenal sebagai aplikasi perusak generasi penerus bangsa dengan serba-serbi konten alay tak mendidik di dalamnya. Ingatkah dengan Bowo Alpenliebe?
ADVERTISEMENT
Namun, sekarang ini siapa yang tak punya TikTok? Aplikasi ini sangat digemari oleh masyarakat di Indonesia. Bahkan, saat ini tercatat ada 99 juta pengguna platform tersebut di Indonesia.
TikTok telah berkembang menjadi media dengan segala kebermanafaatnya. Tentu disertai juga dengan bermacam dampak negatif yang kompleks.
Namun, siapa yang akan menyangka bahwa TikTok akan digunakan menjadi media kepolisian untuk meningkatkan citra sebagai sebuah instansi pemerintahan. Mungkin di zaman Bowo Alpenliebe atau Cimoy kita tak akan pernah terpikir bahwa akun resmi kepolisian akan membuat konten jedag-jedug.
Namun nyatanya sekarang ini TikTok telah dimanfaatkan instansi kepolisian sebagai sarana informasi sekaligus pencitraan untuk meningkatkan reputasi. Hal ini berjalan seiring dengan perkembangan TikTok yang mana bukan lagi hanya sebagai sarana hiburan dan rekreasi, melainkan juga saluran di mana para pengguna dapat mencari informasi serta literasi.
ADVERTISEMENT
Tak lama ini, banyak muncul di FYP netizen tentang video adu cinematic dan jedag-jedug dari beberapa akun resmi kepolisian. Ketika kita mengetik "cinematic polres" pada kolom pencarian, maka kita dapat menemukan video tersebut.
Adapun kebanyakan video sinematik dan jedag-jedug yang dibuat menampilkan keeksotisan kendaraan patroli. Nggak cuma itu, ada juga yang menampilkan aksi para polisi dalam menjalankan tugas.
Nampaknya antar akun kepolisian juga tak ingin ketinggalan dalam mengikuti tren ini. Mereka saling beradu kreativitas untuk membuat video semenarik mungkin.
Beberapa akun kepolisian yang ikut dalam tren ini di antaranya adalah Polres Aceh Singkil, Polrestabes Palembang, Polrestabes Surabaya dan masih banyak lagi. Sebetulnya tren sinematik dan jedag-jedug ini tidak hanya diunggah oleh akun resmi kepolisian daerah saja, tetapi juga beberapa anggota yang mengunggahnya melalui akun pribadi.
ADVERTISEMENT
Maraknya tren video sinematik dan jedag-jedug instansi kepolisian ini tak terlepas dari permintaan masyarakat di masing-masing daerah. Beberapa komentar masyarakat dari bermacam daerah saling menge-tag akun kepolisian daerahnya untuk ikut membuat konten semacam itu.
Melalui tren ini, dapat dilihat bahwa hubungan positif antara masyarakat dan kepolisian dapat dibangun dengan cara yang baru dan unik. Dalam fenomena ini, dapat dilihat bahwa kepolisian dan masyarakat saling mendapatkan keuntungan.
Kepolisian mendapatkan citra positif dan masyarakat mendapatkan hiburan dan kebanggaan tersendiri. Meskipun tak bisa mengesampingkan perspektif lain, sejauh ini kita bisa melihat bahwa tren ini dapat diterima dan diapresiasi oleh masyarakat.
Melalui sudut pandang komunikasi, pendekatan semacam ini rasanya memang perlu dibangun oleh aparat kepolisian. Di tengah stigma "halo dek" yang disematkan kepada para anggota, kepolisian seyogyanya mampu membangun hegemoni positif di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, berkaca dari tren "cinematic polres", penggunaan aplikasi TikTok menjadi salah satu opsi saluran yang efektif untuk membangun kembali citra kepolisian.