Konten dari Pengguna

AI Harusnya Digunakan Sebagai Alat Pembantu, Bukan Pengganti

Justin Calvin Keita
Mahasiswa Aktif Fakultas Hukum Diponegoro
12 November 2024 15:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Justin Calvin Keita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Mesin Manufaktur (@usertrmk/freepik)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mesin Manufaktur (@usertrmk/freepik)
ADVERTISEMENT
Kemajuan di bidang teknologi, terutama kecerdasan buatan / Artificial Intelligence (AI) telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari industri, pendidikan, hingga kesehatan. Namun, meskipun AI sangat bermanfaat, ada pro dan kontra tentang bagaimana AI sebaiknya digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pandangan yang harus dipertegas adalah bahwa AI seharusnya diperlakukan sebagai alat pembantu manusia, bukan sebagai pengganti yang mengancam keberadaan peran manusia dalam berbagai sektor.
ADVERTISEMENT
AI mampu memberikan akurasi dan efisiensi yang melampaui kemampuan manusia, terutama dalam pengolahan data besar dan pengambilan keputusan berbasis algoritma. Dalam dunia bisnis, misalnya, AI mampu menganalisis tren pasar dan memberikan rekomendasi strategis yang cepat dan berakurasi tinggi. Di bidang kesehatan, AI membantu dokter mendiagnosis penyakit dengan akurat, serta memberikan saran perawatan yang sesuai dengan yang dibutuhkan pasien. Namun, semua kemampuan ini tidak berarti AI harus menggantikan peran manusia sepenuhnya.
Penggunaan AI sebagai alat pembantu juga harus diarahkan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan manusia. Dalam konteks ini, AI tidak menggantikan kreativitas, empati, atau kemampuan analitis kompleks yang hanya bisa dimiliki oleh manusia. Justru, AI idealnya dipandang sebagai alat yang mendukung manusia untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Sebagai contoh, di bidang hukum, AI dapat membantu mengidentifikasi pola dalam kasus hukum, tetapi pengambilan keputusan akhir harus berada di tangan hakim yang memahami konteks sosial dan moral yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Penerapan AI yang berlebihan tanpa memperhatikan etika dapat menimbulkan masalah serius. Ketergantungan berlebih pada AI berpotensi menghilangkan kesempatan kerja dan mengurangi keterampilan manusia. Jika tidak diatur dengan baik, otomatisasi yang didorong oleh AI dapat menggantikan pekerjaan manusia, terutama di sektor-sektor yang mengandalkan tenaga kerja rutin. Karenanya, penting untuk mengembangkan regulasi yang jelas dan pasti mengenai bagaimana AI diterapkan agar tetap berada dalam batas yang mendukung manusia, bukan sebaliknya.
Sebagai kesimpulan, AI harus diakui sebagai alat pembantu yang kuat, tetapi harus diintegrasikan dengan pendekatan yang berfokus pada manusia. Penggunaan AI hendaknya bertujuan untuk mendukung manusia dalam mencapai potensi terbaiknya, bukan untuk menggantikan peran manusia dalam pekerjaan yang melibatkan kreativitas, empati, dan pengambilan keputusan yang kompleks. Melalui regulasi dan pemahaman yang baik, kita dapat memaksimalkan manfaat AI tanpa mengorbankan nilai-nilai fundamental yang dimiliki manusia.
ADVERTISEMENT