Konten dari Pengguna

Thunderbolts*: Analisis Reflektif Marvel, Shadow Economy, dan Coretax

Juwanda Yusuf Gunawan
Pegawai di Direktorat Jenderal Pajak
10 Mei 2025 11:31 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Juwanda Yusuf Gunawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Marvel Entertainment, LLC (sebelumnya Marvel Enterprises) adalah perusahaan Hiburan Amerika yang didirikan pada Juni 1998 dan berbasis di Kota New York. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Marvel Entertainment, LLC (sebelumnya Marvel Enterprises) adalah perusahaan Hiburan Amerika yang didirikan pada Juni 1998 dan berbasis di Kota New York. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Siapa sangka, film Marvel bisa membuka pintu reflektif tentang sistem perpajakan Indonesia? Thunderbolts* (2025), yang digadang-gadang sebagai salah satu film terbaik Marvel dalam beberapa tahun terakhir (BBC, 2025), menyajikan cerita tentang individu- individu "tidak sempurna" yang diberi ruang oleh negara.
ADVERTISEMENT
Sebuah tim berisi karakter yang dulunya antagonis dan abu-abu, kini dipercaya menjalankan misi resmi. Narasi ini, secara tidak langsung, menggambarkan semangat rekonsiliasi antara negara dan warga yang pernah berada di luar sistem.
Sebagai penulis sekaligus petugas pajak, saya melihat benang merah antara konsep "shadow team” dalam Thunderbolts* dan pendekatan negara terhadap sektor ekonomi yang belum sepenuhnya terjangkau sistem perpajakan formal.

Dari Bayangan ke Sistem

Dalam film, Thunderbolts* bukanlah Avengers. Mereka bukan pahlawan yang dimulai dengan sanjungan. Namun, mereka punya potensi, dan negara berupaya untuk memberdayakan mereka.
Hal yang sama dapat kita lihat dalam konteks shadow economy—aktivitas ekonomi yang berkontribusi terhadap PDB, namun belum tercatat dalam sistem administrasi negara (Schneider dan Enste, 2000).
ADVERTISEMENT
Sektor informal, pekerja harian, konten kreator digital, atau bahkan sebagian UMKM, kerap berada dalam ruang antara aktif secara ekonomi, namun belum terdaftar sebagai wajib pajak.
Alih-alih pendekatan koersif, pendekatan yang inklusif dan membina terasa lebih relevan. Seperti halnya Thunderbolts* yang diberi mandat dan kepercayaan, sistem perpajakan selama ini diarahkan untuk merangkul, bukan menghakimi.
Pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas untuk mendukung sektor ini agar masuk ke sistem formal, seperti:
ADVERTISEMENT

Teknologi sebagai Titik Balik

Masuknya sistem Coretax sejak 2025 juga merupakan langkah besar. Sistem yang diibaratkan sebagai "pusat komando" memungkinkan DJP bekerja lebih holistik, berbasis data, dan responsif. Data dari lintas institusi seperti OSS, Dirjen AHU, bahkan beberapa BUMN kini dapat dikonsolidasikan untuk membentuk pemetaan risiko dan potensi pajak yang lebih akurat.
Sejalan dengan konteks, Coretax berperan layaknya tim analis dan manajemen misi dalam Thunderbolts* dan bukan menggantikan peran lapangan, tetapi mengarahkannya secara tepat. Pengembangan sistem ini juga memiliki dasar yang kuat yaitu berbasis COTS (Commercial Off-the-Shelf) disertai dengan pembenahan basis data perpajakan.

Wajib Pajak dan Ruang Kolaboratif

Seringnya, narasi seputar perpajakan kerap terbagi dua kutub: DJP dan WP; otoritas dan yang diawasi. Padahal, pemerintah selalu berupaya untuk melakukan pendekatan kolaboratif.
ADVERTISEMENT
Seperti dalam Thunderbolts*, karakter Yelena Belova, Bucky Barnes, dan Taskmaster memiliki latar belakang yang beragam. Namun, setelahnya, mereka kepercayaan untuk menjadi bagian dari solusi.
Hal ini tercermin dalam:
dan banyak insentif lain adalah bukti bahwa negara berfokus pada keterbukaan dan kepercayaan. Sama seperti dalam Thunderbolts*, di mana setiap individu diberi ruang untuk mengambil peran dalam misi yang lebih besar, sistem perpajakan kita pun kini membuka kesempatan bagi siapa pun yang bersedia berkontribusi secara aktif dan bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT

Mendorong Partisipasi Lewat Pemahaman

Sebagai petugas pajak, saya juga percaya bahwa kepatuhan tidak akan optimal hanya lewat aturan. Ia tumbuh dari pemahaman. Maka, tugas kita bukan hanya menagih, tetapi juga menjelaskan. Bukan hanya mengingatkan, tetapi juga mendengarkan.
Beberapa hal yang dapat menjadi perhatian bersama:
Film Thunderbolts* menutup kisahnya dengan pesan sederhana, semua orang punya kesempatan untuk berubah dan berkontribusi. Sistem perpajakan Indonesia juga tengah membuka ruang yang sama. Melalui teknologi, regulasi yang semakin ramah, serta semangat membangun bersama.
ADVERTISEMENT
Maka, baik sebagai warga negara maupun petugas, mari kita usahakan tidak ada potensi yang dibiarkan berada di bayang-bayang. Karena dalam pembangunan, setiap kontribusi, sekecil apapun, adalah bagian dari masa depan negara kita.
Daftar Referensi:
ADVERTISEMENT