Konten dari Pengguna

Pengamat Politik Ini Jadikan Buku Sebagai Mahar

18 Desember 2017 8:40 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Bandung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengamat Politik Ini Jadikan Buku Sebagai Mahar
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Peneliti Politik dan Isu Demokrasi Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah jadikan buku sebagai Mahar. Berlangsung di Hotel Smart Lubuk Linggau (16/12/17), Dedi Kurnia menyerahkan sebuah naskah buku berjudul Dinamika Politik Indonesia (2017) kepada pempelai wanitanya, gadis melayu bernama Rausalia Sapta Pratiwi (23), disaksikan keluarga, para tamu dan tokoh adat Lubuklinggau.
ADVERTISEMENT
Buku setebal sekira 300 halaman tersebut menjadi penanda biduk rumah tangganya kelak, Dedi Kurnia menyatakan niatnya menjadikan buku sebagai mahar terinspirasi dari maraknya isu mahalnya sebuah mahar, terutama bagi adat dan kultur masyarakat tertentu. Untuk itu, ia keluar dari platform kebiasaan, agar anak-anak muda lainnya tidak terpaku pada benda semata.
Selain itu, ia mengambil semangat dari kesederhanaan Proklamator Indonesia Mohammad Hatta, menurutnya Hatta tidak saja menjadikan buku sebagai mahar, melainkan sebuah simbol kesungguhan upaya berkeluarga dengan segenap pikiran.
"Mohamad Hatta saat menjadikan buku sebagai mahar, ia dikenal sebagai tokoh sederhana, meskipun ia adalah orang penting negeri ini, tetapi buku di luar batas kesederhanaan, ia inmaterial, naskah memang materi, tetapi apa yang ditulis adalah penanda betapa ia menjadikan seluruh hasil pikirnya untuk mengungkapkan kecintaan pada seseorang" terangnya.
ADVERTISEMENT
Sementara Rausalia, mengungkapkan kebahagiaannya menerima buku sebagai mahar untuknya, baginya mahar buku adalah cita-citanya sejak lama, "ini mimpi saya, dan saya tidak bilang ke siapapun termasuk dia, Alhamdulillah ternyata (dia) datang dan membawa buku (Dinamika Politik Indonesia)" ucap sarjana ilmu komunikasi, London School of Public Relations Jakarta ini.
Selain mahar, dua buah buku yang ia tulis lebih dulu berjudul Komunikasi CSR Politik (2015) dan Komunikasi Lintas Budaya (2016) dijadikan sebagai souvenir untuk para tamu undangan. "Ide souvenir buku dari ibunya (Rausalia), beliau pendidik, sangat dekat dengan dunia literasi, saya sangat bersyukur berada di keluarga ini" jelasnya.
Sementara itu, salah satu tamu undangan Catur Nugroho mengapresiasi ide buku sebagai mahar dan souvenir ini, menurutnya buku akan bermanfaat bagi penerimanya, selain juga sebagai kenang-kenangan, "saya seperti hadir di seminar atau lokakarya akademik, bedanya ini sakral, semoga menginspirasi yang lain, ini sangat bermanfaat" katanya.
ADVERTISEMENT