Konten dari Pengguna

RI Siap Genjot Produksi Batu Bara karena Banyak Permintaan Imbas Invasi Rusia

Kabar Bisnis
Segala informasi soal bisnis, mulai rumor pasar hingga kabar terbaru dunia bisnis.
14 Juli 2022 12:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Sebagai pengekspor batu bara terbesar di dunia yang digunakan untuk pembangkit listrik, Indonesia akan meningkatkan produksi energi fosil itu untuk membantu memenuhi permintaan dari negara-negara yang kehilangan pasokan dari Rusia.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan negara-negara yang menolak disebutkan namanya, telah meminta pasokan batu bara dari Indonesia setelah ditetapkan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.
"Kami akan membantu setiap negara yang kekurangan bahan semacam ini sebanyak yang kami bisa," kata Arifin Tasrif saat wawancara dengan Reuters di sela-sela Sydney Energy Forum yang diselenggarakan oleh pemerintah Australia dan Badan Energi Internasional, sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis (14/7).
Target produksi batubara Indonesia tahun ini adalah 663 juta ton. Arifin tidak mengatakan berapa banyak target tersebut bisa dinaikkan karena banyaknya permintaan.
"Kami punya sumber daya. Kalau melihat keseimbangan, kami harus meningkatkan produksi kami," katanya, seraya menambahkan bahwa penambang wajib mencadangkan 25 persen untuk pasar domestik.
ADVERTISEMENT
Meski Eropa kekurangan pasokan, Arifin mengatakan batu bara Indonesia mungkin tidak memenuhi spesifikasi mereka. Ia menambahkan bahwa pembeli mungkin dapat menyesuaikan sistem pembakaran mereka.
"Jika situasinya sangat mendesak, terutama memasuki musim dingin di akhir tahun, kami tidak ingin membiarkan orang menderita tanpa batu bara. Kami harus melakukan sesuatu di kedua sisi."
Konferensi di Sydney tersebut difokuskan pada keamanan energi dan menemukan cara untuk mempercepat transisi ke netral karbon.
Arifin Tasrif juga mengatakan Indonesia melihat penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) sebagai cara penting untuk membantu memenuhi tujuan emisi nol bersih dan rencana untuk mengeluarkan kredit karbon untuk proyek CCS.
Dia mengatakan Indonesia akan mengeluarkan kredit karbon pertamanya untuk jenis proyek lain. Sudah ada tiga proyek percontohan CCS di Indonesia, dengan raksasa minyak dan gas seperti BP dan ExxonMobil Corp.
ADVERTISEMENT