Konten dari Pengguna

5 Dongeng Pendek untuk Pengantar Tidur

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
7 September 2024 14:02 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dongeng pendek, Pexels/Monstera Production
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dongeng pendek, Pexels/Monstera Production
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mendongeng adalah kegiatan membacakan dongeng yang dilakukan oleh seseorang. Kegiatan mendongeng dapat dilakukan sebelum tidur dengan cara membacakan dongeng pendek untuk pengantar tidur.
ADVERTISEMENT
Ada begitu banyak tipe dongeng yang ada di masyarakat. Dongen dapat berupa legenda, mitos, dan fabel.

Dongeng Pendek

Ilustrasi dongeng pendek, Pexels/Monstera Production
Terdapat berbagai cerita dongeng yang dapat digunakan sebagai pengantar tidur. Berikut adalah deretan dongeng pendek untuk pengantar tidur berdasarkan situs web freebedtimefairytales.

1. Domba Kecil yang Berani

Mataharinya bersinar cerah. Sinar matahari yang menyusup ke celah-celah daun membuat seekor domba kecil terbangun. “Selamat pagi, matahari,” kata Lamb.
Lamb menggeliat di padang rumput sudah tidak sabar memulai hari yang penuh petualangan. Ia sangat menyukai padang rumput. Ia tinggal di sana sudah cukup lama.
Rumput lembut menggelitik kaki Lamb. Burung-burung berkicau dengan indahnya. Keadaan itulah yang membuat Lamb merasa gembira.
Tiba-tiba, Lamb mendengar suatu suara. “Tolong, tolong,” teriak Bunny si kelinci. Lamb pun segera berlari ke arah Kelinci.
ADVERTISEMENT
“Kelinci, kamu baik-baik saja?” tanya Lamb. “Kakiku terjepit!” kata Bunny sambil merintih. Lamb pun melihat sekeliling dan memastikan apa yang menjepit kaki Bunny.
Lamb menyadari bahwa ada batu yang menindih kaki Bunny. Ia pun segera menyingkirkan batu itu.“Sekarang kamu bebas,” kata Lamb.
“Terima kasih, Domba,” kata Bunny. "Sama-sama", kata Lamb. Lamb pun segera pergi untuk pulang ke padang rumput.
Namun saat perjalanan, Lamb mendengar suara Moo. “Aduh, kukuku,” teriak Sapi.
"Ada apa Moo? Apakah ada yang bisa kubantu?", kata Lamb.
"Kakiku sakit Lamp, aku tidak bisa mencari makan", kata Moo.
Lamp pun segera pergi untuk menemukan bunga padang rumput. “Coba ini,” kata Lamb. “Terima kasih Lamp, sekarang kukuku dan badanku menjadi lebih baik.”, kata Sapi.
ADVERTISEMENT
Lamp pun tersenyum. "Sama-sama," kata Lamb. Lamb merasa senang menjadi domba yang berani dan berguna bagi sesama hewan. Padang rumput akhirnya senantiasa aman karena para hewan senang tolong menolong.

2. Penyelamatan Sang Penjelajah Waktu

"Tommy, kamu tidak akan percaya apa yang kutemukan di loteng Kakek!" seru Emily. Tommy mendongak dari buku komiknya, penasaran dengan benda yang dibawa Emily.
Ia melihat Emily memegang sebuah kotak kecil yang terlihat aneh, dan bercahaya. "Apa itu?" tanya Tommy kepada Emily, matanya terbelalak karena heran.
Emily menyeringai. "Itu mesin waktu!"
"Tidak mungkin! Apakah mesin itu benar-benar dapat melakukan perjalanan melintasi waktu?" tanyanya bersemangat.
"Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya!" kata Emily sambil menekan sebuah tombol. Kotak itu mulai bersinar terang.
ADVERTISEMENT
Ruangan itu mulai berputar di sekeliling mereka. Tommy dan Emily berpegangan erat. Kemudian, semuanya menjadi gelap.
Tommy dan Emily tinggal di kota kecil yang tenang. Mereka sering menghabiskan akhir pekan mereka menjelajahi rumah tua Kakek.
Kakek adalah seorang penemu yang suka membuat gadget unik. Suatu hari, saat mencari harta karun di loteng, Emily menemukan mesin waktu.
Mereka pernah mendengar cerita tentang perjalanan waktu dari Kakek, tetapi tidak pernah mempercayainya. Sekarang, dengan kotak bercahaya di tangan mereka, semuanya terasa begitu nyata.
Mereka merasakan campuran kegembiraan dan kegelisahan. Ke mana mesin itu akan membawa mereka?
Ketika pusaran berhenti, Tommy dan Emily mendapati diri mereka berada di padang rumput. Langit berwarna biru dengan corak yang berbeda.
ADVERTISEMENT
"Di mana kita?" tanya Tommy, sambil melihat sekeliling.
"Aku tidak tahu," kata Emily. "Ayo kita jelajahi."
Mereka berjalan melewati padang dan segera melihat sebuah desa kecil. Orang-orang dengan pakaian kuno tampak sibuk. "Kita pasti berada di masa lalu!" bisik Tommy.
Mereka berjalan ke desa, mengagumi pemandangannya. Tiba-tiba, mereka mendengar suara yang dikenalnya. "Tolong! Tolong!" teriak seorang anak laki-laki dari gang terdekat.
Tommy dan Emily bergegas untuk melihat. Teman mereka, Jake, tampak ketakutan dan bingung. “Jake! Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Tommy.
Mata Jake melebar lega. “Entahlah! Aku ada di kamarku, dan sekarang aku di sini!” Emily mengangkat kotak bercahaya itu. “Itu mesin waktu! Pasti itu yang membawamu ke sini juga.”
ADVERTISEMENT
“Kita harus pulang,” kata Tommy, sambil melihat mesin waktu itu. Emily mengangguk, lalu menekan tombol itu lagi. Namun, tidak terjadi apa-apa.
“Mesin itu tidak berfungsi!” kata Emily, khawatir. “Kita harus mencari cara memperbaikinya,” kata Tommy. Saat itu, seorang penduduk desa menghampiri mereka.
“Kalian anak-anak seharusnya tidak berada di sini,” katanya tegas. “Kalian tampak tersesat. Biarkan aku membantu.” Anak-anak menjelaskan situasi mereka kepada pria yang baik hati itu.
“Aku kenal seseorang yang mungkin bisa membantu,” katanya. “Ikuti aku.” Mereka pun mengikuti pria itu ke sebuah rumah kecil di tepi desa.
Di dalam, seorang wanita tua sedang mengaduk panci sup. Dia mendongak dan tersenyum. “Anak-anak ini butuh bantuanmu, Matilda,” kata pria itu.
ADVERTISEMENT
Matilda mendengarkan cerita mereka dan memeriksa mesin waktu itu. “Ini adalah alat yang rumit,” katanya. “Aku bisa mencoba memperbaikinya, tetapi butuh waktu.” Anak-anak menunggu dengan cemas saat Matilda bekerja.
Akhirnya, dia mendongak dan berkata, “Kurasa sudah siap.” Matilda mengembalikan mesin waktu itu kepada Emily. “Hati-hati dengan ini,” dia memperingatkan. “Mesin ini sangat kuat.”
“Terima kasih, Matilda!” kata Tommy. Anak-anak berkumpul di sekitar Emily saat dia menekan tombol sekali lagi. Kotak itu mulai bersinar terang lagi.
Desa dan pria baik hati itu serta Matilda mulai menghilang. Ruangan itu mulai berputar di sekitar mereka sekali lagi. Kemudian, dengan kilatan cahaya, mereka menemukan diri mereka kembali di loteng Kakek.
Mereka aman dan sehat, begitu pula Jake. "Kita berhasil!" kata Tommy, lega. Jake melihat sekeliling, masih terkesima. "Itu luar biasa!"
ADVERTISEMENT
Emily mengembalikan mesin waktu itu ke tempat persembunyiannya. "Mari kita rahasiakan petualangan ini," katanya. Tommy dan Jake mengangguk setuju.
Mereka tahu bahwa mereka baru saja berbagi petualangan yang luar biasa. Mereka turun dari loteng bersama-sama sambil membayangkan penemuan besar mereka berikutnya.

3. Pencarian Keju Tikus

Tikus bangun pagi-pagi pada suatu pagi yang cerah. Dia sangat bersemangat. “Hari ini adalah hari saya menemukan keju emas” katanya.
Dia mengenakan topi kecilnya dan meraih ransel kecilnya. Tikus tinggal di sebuah lubang yang nyaman di gudang milik Petani Joe. Dia menyukai keju lebih dari apapun.
Suatu hari Nenek Tikus menceritakan sebuah kisah kepadanya. “Ada keju emas katanya Itu ajaib” Tikus harus berani untuk menemukannya.
Dia melambaikan tangan kepada teman-temannya. “Semoga beruntung, Tikus,” kata Burung dari pohon. “Hati-hati Tikus” teriak Tupai dari pagar.
ADVERTISEMENT
Tikus berjalan menuju lapangan hijau yang luas. Dia melihat sebuah bukit tinggi di kejauhan. “Saya akan mulai dari sana,” kata Mouse.
Ketika Tikus sampai di bukit, ia menemukan sebuah batu besar. Di bawah batu itu ada kunci yang mengilap. “Apa yang bisa dibuka dengan kunci ini?” tanya Tikus.
Dia melihat sebuah pintu kecil tersembunyi di lereng bukit dan menggunakan kunci untuk membuka pintu. Di dalam ruangan bersinar terang dan keemasan.
“Keju emas,” teriaknya kegirangan. Tikus menggigit kecil kejunya. Itu adalah keju terbaik yang pernah ada
Dia juga mengambil sebagian untuk teman-temannya. Tikus pulang ke rumah sambil tersenyum lebar. “Apakah kamu menemukannya?” tanya Burung dan Tupai.
“Ya, dan aku membawa sedikit untuk dibagi,” jawab Tikus. Mereka semua menikmati keju emas ajaib itu bersama-sama. Tikus merasa gembira dan bangga.
ADVERTISEMENT

4. Angsa yang Bernyanyi

Pada suatu hari yang cerah, di tepi danau, hiduplah seekor Angsa. Angsa senang bernyanyi setiap hari.
“Halo, Katak,” nyanyi Angsa.
“Halo, Angsa,” kata Katak. “Mengapa kau bernyanyi?”
“Aku bernyanyi karena itu membuatku bahagia,” jawab Angsa.
Danau itu adalah rumah bagi banyak hewan. Ada juga katak, ikan, dan burung. Namun, hanya Angsa yang bisa bernyanyi.
“Bolehkah aku bernyanyi juga?” tanya Katak. “Tentu saja!” kata Angsa. Katak mencoba bernyanyi seperti Angsa.
“Ribbit, ribbit,” nyanyi Katak. “Kau bisa melakukannya!” sorak Angsa.
Burung-burung terbang mendekat untuk mendengarkan. Mereka menyukai nyanyian-nyanyian yang ceria.
Ikan bertanya, “Bolehkah aku bernyanyi juga?” “Ya, silakan bergabung dengan kami,” kata Katak dan Angsa.
Danau itu menjadi penuh dengan nyanyian. Semua orang bernyanyi bersama dengan gembira. Suaranya indah dan keras.
ADVERTISEMENT
Si Angsa tersenyum dan berkata, "Kami membuat musik." "Ya, kami melakukannya," kata Katak dan Ikan.
Matahari terbenam, dan semua orang bahagia. Mereka bernyanyi bersama setiap hari sejak saat itu.

5. Peri Taman Ajaib

Alkisah di sebuah taman, para peri menari. “Lihatlah mereka,” kata Lily. “Mereka sangat cerdas,” kata Ben.
Taman itu penuh bunga. Warna ada di mana-mana. Lily dan Ben menyukai taman ini dan mengunjunginya setiap hari.
Suatu pagi, mereka melihat sesuatu yang baru. Lampu-lampu kecil berkelap-kelip di antara bunga-bunga.
“Apa itu?” tanya Lily. “Kelihatannya seperti sulap,” kata Ben. Lampu-lampu itu bergerak dan berkelap-kelip. Para peri mulai terlihat, gembira dan kecil.
“Halo, teman-teman kecil,” sapa Lily. “Halo,” kata salah satu peri. “Apakah kamu punya nama?” tanya Ben. “Aku Sparkle,” kata peri itu.
ADVERTISEMENT
Lily dan Ben sangat bersemangat. Mereka ingin tahu lebih banyak. “Bisakah kamu melakukan sihir?” tanya Lily. “Ya! Lihat ini,” kata Sparkle.
Sparkle melambaikan tangan mungilnya. Sekuntum bunga mekar cerah dan besar. "Wah!" kata Ben. “Keren sekali!” kata Lily.
Para peri dan anak-anak tertawa bersama. Mereka berbagi cerita, kesenangan dan cahaya. “Saya berharap kita bisa tinggal,” kata Ben.
"Kami akan sampai di sini," kata Sparkle. “Selalu,” kata peri lainnya. Lily dan Ben melambaikan tangan selamat tinggal. Mereka berjanji akan segera berkunjung lagi.
Dongeng pendek dapat dibaca sebelum tidur untuk pengantar tidur anak. Pastikan bawa anam merasa nyaman sebelum waktu membaca dongeng dimulai. (Fia)
ADVERTISEMENT