Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
6 Contoh Cerpen beserta Strukturnya dalam Sastra Indonesia
3 November 2024 11:02 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam ilmu sastra Indonesia, contoh cerpen beserta strukturnya adalah tergolong salah satu karya sastra. Cerpen atau cerita pendek, memiliki struktur yang membantu membangun alur dan menyampaikan cerita secara efektif.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari jurnaluniv45sby.ac.id, Struktur dan Ciri Kebahasaan Teks Cerpen, Syahfitri, 2023, 21, struktur dalam cerpen membantu penulis dalam merangkai cerita yang kohesif dan membuat pembaca tetap terlibat dari awal hingga akhir cerita.
Contoh Cerpen beserta Strukturnya
Berikut ini adalah contoh cerpen beserta strukturnya secara umum:
ADVERTISEMENT
1. Cerpen 1: Di Bawah Langit Senja
Di suatu desa kecil yang dikelilingi sawah hijau menghampar, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Bima. Ia berusia sepuluh tahun, ceria, dan selalu membawa layang-layang kesayangannya ke mana pun ia pergi. Layang-layang itu berwarna merah terang dengan ekor panjang berwarna kuning, dan Bima menyebutnya "Naga Merah."
Setiap sore, Bima akan berlari ke lapangan di ujung desa, tempat ia biasa menerbangkan Naga Merah. Angin sore yang berembus sepoi-sepoi menjadi sahabat setianya. Suara gemerisik daun dan nyanyian jangkrik mengiringi langkahnya. Langit berwarna jingga dan ungu seakan memberi restu pada Bima untuk memulai petualangannya.
Namun, suatu hari, angin tidak seindah biasanya. Hembusannya terlalu kencang, membuat Bima harus menggenggam erat benang layang-layangnya. "Kuatlah, Naga Merah," katanya sambil menatap ke atas, di mana layang-layangnya melayang dengan gagah di bawah langit yang mulai berubah kelabu. Petir berkilat di kejauhan, dan awan tebal bergulung mendekat.
ADVERTISEMENT
"Bima! Cepat pulang! Akan hujan!" teriak ibu dari kejauhan. Suaranya penuh dengan kekhawatiran.
Bima melihat ke arah ibunya dan kemudian kembali melihat ke langit. Ia tahu hujan deras akan segera turun, tetapi ia belum ingin menurunkan Naga Merah. Ini adalah momen di mana ia merasa paling bebas, seakan dia adalah sang penguasa angin dan langit.
Tetapi angin semakin menggila. Dengan satu sentakan keras, benang layang-layangnya putus, dan Naga Merah terbang bebas, jauh di angkasa. Bima berteriak, "Naga Merah!" Matanya mengikuti layang-layangnya yang melayang liar sebelum akhirnya hilang di balik pepohonan.
Bima merasa dadanya sesak, seolah-olah sesuatu yang sangat berharga telah dicuri darinya. Hujan mulai turun, rintik-rintik pertama membasahi pipinya, seakan menambah kegetiran di hatinya. Ibunya mendekat, memeluknya erat sambil berbisik, "Kita cari besok, ya, Nak. Jangan khawatir."
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya, setelah hujan reda, Bima bersama ayahnya menjelajahi kebun di pinggir desa, berharap menemukan Naga Merah yang tersangkut di pohon atau tergeletak di tanah. Matahari bersinar hangat, dan embun masih menempel di daun-daun. Namun, sepanjang pencarian mereka, tidak ada tanda-tanda Naga Merah.
Bima mulai putus asa, hingga ia mendengar suara kicauan burung yang tidak biasa di atas sebuah pohon mangga besar. Di sana, di antara cabang-cabang, ia melihat secercah warna merah menyala. "Ayah! Lihat itu!" serunya dengan mata berbinar.
Ayahnya tersenyum dan membantu Bima memanjat pohon. Sesampainya di atas, tangan kecil Bima meraih Naga Merah yang tersangkut di dahan. Layang-layang itu robek di beberapa tempat, tapi masih bisa diperbaiki. Bima turun dengan hati penuh sukacita.
ADVERTISEMENT
Di bawah langit sore yang kembali cerah, Bima dan ayahnya duduk di lapangan, merapikan Naga Merah. "Kadang, kita harus berani melepaskan sesuatu, Nak, untuk menyadari betapa berharganya itu," kata ayahnya sambil tersenyum.
Bima menatap layang-layangnya, lalu ke langit. Senyum kecil terlukis di wajahnya. Naga Merah kembali di tangannya, dan kali ini, ia tahu bahwa ada keindahan dalam kehilangan dan menemukan kembali.
Di bawah langit senja yang indah, Bima mengulur benangnya lagi, siap menerbangkan Naga Merah ke langit, bersama harapan dan mimpi yang takkan pernah hilang.
2. Cerpen 2: Langkah Kecil Adit
Adit adalah anak berusia tujuh tahun yang suka berpetualang di sekitar desanya. Suatu hari, ia menemukan seekor anak burung yang terjatuh dari sarangnya.
Dengan hati-hati, Adit membawanya pulang dan merawatnya. Setiap hari, ia memberi makan dan mengajari burung kecil itu untuk mengepakkan sayap. Beberapa minggu berlalu, dan burung kecil itu semakin kuat.
ADVERTISEMENT
Pada suatu pagi, saat mentari bersinar hangat, Adit membawa burung itu ke halaman dan melepaskannya. Dengan kepakan sayap pertama yang penuh percaya diri, burung itu terbang ke langit.
Adit tersenyum bangga, menyadari bahwa keberanian melepaskan bisa lebih sulit daripada merawat.
3. Cerpen 3: Hujan dan Kenangan
Lia selalu menyukai hujan. Bagi orang lain, hujan hanya membawa basah, tapi bagi Lia, hujan membawa kenangan.
Setiap tetes yang jatuh mengingatkannya pada sore-sore bersama neneknya di teras rumah, mendengar cerita dongeng sambil menyeruput teh manis. Namun, sejak neneknya meninggal, hujan selalu membuat Lia merasa hampa.
Suatu hari, saat hujan turun deras, Lia melihat sehelai surat di laci tua neneknya. Di dalamnya, tertulis: “Hujan adalah caraku berbisik padamu. Jangan pernah merasa sendiri.” Lia tersenyum, dan untuk pertama kalinya, hujan itu terasa hangat lagi.
ADVERTISEMENT
4. Cerpen 4: Surat untuk Bintang
Mira, seorang gadis remaja, sering menghabiskan malamnya menulis surat kepada bintang-bintang. Ia menceritakan semua mimpinya, kekhawatirannya, dan rahasia-rahasia kecilnya.
Baginya, bintang-bintang adalah teman setianya yang selalu mendengarkan tanpa menghakimi. Suatu malam, saat menatap langit yang cerah, sebuah bintang jatuh melintasi gelapnya langit.
Mira membuat satu permintaan: agar ia bisa lebih berani dan percaya diri. Keesokan harinya, ia mendapat kabar bahwa esainya tentang persahabatan memenangkan lomba menulis sekolah.
Mira menyadari bahwa permintaannya telah dijawab, dan bintang-bintang memang mendengar.
5. Cerpen 5: Kursi di Taman Kota
Pak Gito, seorang pensiunan yang sering menghabiskan waktu di taman kota, selalu duduk di kursi yang sama setiap sore. Ia menyaksikan orang-orang berlalu-lalang: anak-anak yang bermain, pasangan yang bercanda, dan pekerja yang beristirahat.
ADVERTISEMENT
Suatu hari, seorang bocah laki-laki mendekatinya dan bertanya, “Kenapa kakek selalu duduk di sini?” Pak Gito tersenyum dan menjawab, “Karena di sini aku mengingat istriku yang dulu suka menemani duduk di bangku ini. Setiap sore, aku merasa dia masih ada di sampingku.”
Bocah itu terdiam, lalu duduk di samping Pak Gito, dan sejak hari itu, ia selalu menemani pria tua itu, membawa gelak tawa dan cerita baru.
6. Cerpen 6: Melodi Senja
Rina adalah seorang pemain biola muda yang berbakat, namun ia sering ragu akan kemampuan dirinya. Setiap kali ia berlatih di rumah, ia merasa nada-nadanya terdengar sumbang.
Suatu sore, ia memutuskan bermain di taman dekat rumahnya. Saat ia mulai menarik busur, alunan melodi biolanya melayang bersama angin senja. Seorang pria tua yang kebetulan lewat berhenti, menutup matanya, dan tersenyum.
ADVERTISEMENT
Setelah lagu selesai, pria itu berkata, “Nada-nadamu membawa kenangan indah saat aku masih muda.” Kata-kata itu membuat Rina tersadar bahwa musiknya memiliki kekuatan lebih besar dari yang ia bayangkan.
Contoh cerpen beserta strukturnya di atas mengandung pelajaran dan momen-momen sederhana yang menggugah emosi. Hal ini mengingatkan manusia pada keindahan dan makna dalam kehidupan sehari-hari.(AYAA)
Baca juga: 16 Contoh Cerpen Romansa yang Menarik