Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
60 Pantun Sindiran Kena Mental yang Penuh Makna
17 April 2025 9:05 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam keseharian, kita kerap bertemu orang menyebalkan, janji palsu, atau si pelupa utang. Saat kata biasa tak mempan, pantun sindiran kena mental jadi cara halus tapi tepat sasaran untuk meluapkan unek-unek.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari media.neliti.com, pantun sebagai karya sastra yang terdiri dari empat baris dan berima abab tentu saja penting untuk mengidentifikasi pantun secara fisik.
Pantun Sindiran Kena Mental yang Penuh Makna
Berikut adalah kumpulan pantun sindiran kena mental bisa kamu jadikan referensi untuk menyampaikan pesan dengan cara unik dan berkelas.
1. Ke pasar beli semangka,
Jangan lupa bawa kantong.
Kerja hanya duduk saja,
Mimpi kaya, tapi kosong.
2. Burung merpati terbang tinggi,
Hinggap di dahan yang tinggi.
Banyak bicara sana-sini,
Kerjaan tak pernah selesai.
3. Pergi ke sawah menanam padi,
Tak lupa membawa benih.
Kalau sombong tak kenal diri,
Jatuh nanti malu sendiri.
4. Beli kue di toko tetangga,
ADVERTISEMENT
Manis rasanya tiada dua.
Janji manis tanpa usaha,
Bagai buih di atas air saja.
5. Naik perahu ke pulau seberang,
Melihat langit biru terang.
Berlagak pintar di hadapan orang,
Padahal otak cuma kerang.
6. Makan siang dengan ikan belanak,
Sambil minum es kelapa muda.
Kalau malas banyak beranak,
Hidup susah, siapa peduli juga?
7. Pergi ke taman membawa bunga,
Bunga melati harum baunya.
Omongan besar seluas samudera,
Tapi kerja nol di dunia nyata.
8. Menanam jagung di dekat ladang,
Sambil mendengar lagu Melayu.
Kalau iri hati terus berkembang,
Hidup sendiri takkan maju.
9. Laut biru penuh gelombang,
Berlayar perahu si nelayan tua.
Mengkritik orang tak pandang-pandang,
Cermin retak tak pernah dilihat pula.
ADVERTISEMENT
10. Menjahit baju pakai jarum,
Jarum patah jangan menyerah.
Menghitung salah orang sambil tersenyum,
Lupa salah sendiri yang parah.
11. Minum teh di tepi jendela,
Hujan rintik mengguyur desa.
Kalau hidup penuh sandiwara,
Akhir cerita pasti celaka.
12. Bermain layang saat senja,
Bersama teman di tanah lapang.
Muka manis hati bermuka dua,
Tak heran teman mulai hilang.
13. Naik mendaki bukit,
Turun lembah berliku jalan.
Selalu merasa paling hebat selangit,
Tapi nyali sebesar daun pandan.
14. Beli kain untuk sarung,
Warnanya hijau penuh corak.
Kalau malas jangan murung
Hidup susah jangan norak.
15. Di kebun rambutan bergelantungan,
Dipetik satu buat bekal.
Suka menilai orang sembarangan,
Sendiri cacat tak pernah hapal.
ADVERTISEMENT
16. Ke pasar beli semangka,
Hati-hati saat berlari.
Kerja cuma mau enaknya,
Tapi hasil ingin yang tinggi.
17. Burung pipit hinggap di ranting,
Ranting patah burung terbang.
Suka menilai orang miskin,
Padahal diri juga terluntang-lantung.
18. Minum kopi sambil bersantai,
Ditemani gorengan di pagi hari.
Bicara besar seakan pandai,
Nyatanya hidup penuh ilusi.
19. Pergi ke pantai naik sampan,
Sambil membawa ikan tenggiri.
Sok pintar bawa omongan,
Padahal kerja tak pernah jadi.
20. Naik sepeda ke pinggir sawah,
Melihat petani menanam padi.
Omong kosong penuh amarah,
Padahal logika tak ada di diri.
21. Beli durian di tepi jalan,
Durian jatuh menimpa dahan.
Menghina orang soal penampilan,
Lupa bercermin wajah sendiri murahan.
22. Melihat bunga di taman indah,
Duduk santai sambil bercanda.
Kalau iri hati terus dipelihara,
Hidup sengsara sepanjang masa.
23. Pergi ke hutan mencari rotan,
Rotan panjang dipotong-potong.
Omongannya tak bisa diandalkan,
Hanya janji palsu kosong.
24. Beli kain untuk sarung,
ADVERTISEMENT
Warnanya cerah merah merona.
Suka merendahkan usaha orang,
Padahal hidupnya tak punya apa-apa.
25. Naik gunung jalan setapak,
Melihat langit penuh bintang.
Gaya mewah padahal utang menumpuk,
Dijual malu juga tak laku barang.
26. Pagi-pagi pergi ke pasar,
Beli cabai dan tomat segar.
Pura-pura baik dengan tutur kasar,
Aslinya hati busuk seperti pagar.
27. Memancing ikan di sungai Rhein,
Hati-hati tersangkut kail.
Kalau malas jangan banyak alasan
Nanti hidupmu semakin tertinggal
28. Ke hutan mencari kayu bakar,
Kayu jatuh karena angin deras.
Bicara pedas tanpa dasar,
Akhirnya sendiri menjadi lemas.
29. Berlayar jauh ke negeri seberang,
Mencari harta dan pengalaman.
Selalu iri dengan kebahagiaan orang,
Padahal hidupnya penuh kekosongan.
30. Makan siang pakai sambal terasi,
Enak rasanya bikin ingin lagi.
Suka memfitnah tanpa bukti,
Ujung-ujungnya hidup sendiri.
31. Menanam jagung di ladang
Panen tiba hasilnya melimpah.
Kalau sifatnya selalu mau menang,
Teman pun pergi tak ada yang betah.
32. Di atas bukit melihat awan,
Pemandangan indah hati terasa lega.
Suka bicara tanpa tujuan,
Padahal isi otak kosong belaka.
ADVERTISEMENT
33. Pergi ke pasar membawa uang,
Uang jatuh langsung dipungut.
Sok tahu dalam segala bidang,
Tapi akal sehatnya sulit menyambut.
34. Main layangan di sore hari,
Benangnya putus tak ada pegangan.
Suka menjelekkan orang di sana sini,
Padahal dirinya penuh kekurangan.
35. Mendaki gunung sambil tertawa,
Melewati jalan yang cukup licin.
Kalau terus menerus bermuka dua,
Percayalah, hidup takkan terjamin.
36. Makan mangga rasanya manis,
Jangan lupa buang kulitnya.
Kalau licik terus diurus,
Akhirnya sendiri merasakan celaka.
37. Di tepi danau bermain gitar,
Melodi indah membuai suasana.
Suka mengatur orang dengan kasar,
Hati-hati hidup jadi hina.
38. Naik kereta ke kota besar,
Melihat lampu di malam hari.
Suka menilai buruk orang pintar,
Padahal sendiri buta hati.
39. Ke hutan belanja rotan,
Dibawa pulang jadi kerajinan.
Kalau iri jangan diteruskan,
Lama-lama hati jadi rawan.
40. Menanam kelapa di tanah tinggi,
Hujan datang tanah jadi basah.
Suka mengeluh tanpa solusi,
Akhirnya nasib sendiri yang susah
ADVERTISEMENT
41. Pergi ke sawah membawa cangkul,
Jangan lupa membawa benih.
Banyak bicara merasa betul,
Padahal otaknya kosong bersih.
42. Burung terbang menuju dahan,
Hinggap sebentar lalu pergi.
Suka menilai buruk teman,
Padahal diri penuh iri hati.
43. Ke hutan mencari kayu,
Kayu dibelah jadi papan.
Kalau malas terus mengeluh,
Hidup susah salah siapa, kawan?
44. Makan pisang di bawah pohon,
Pohon tinggi lebat berbuah.
Omong besar bawa ribuan,
Padahal kantong isinya receh.
45. Ke pasar pagi beli bunga,
Tidak lupa membeli ikan.
Kalau iri terus dipelihara,
Hati sendiri pasti makan.
46. Naik kapal menuju seberang,
Ombak besar terasa goyang.
Banyak menilai kekurangan orang,
Diri sendiri jauh dari tenang.
47. Di tepi pantai melihat karang,
Buih putih menghias lautan.
Suka pamer tapi berhutang,
Hati kecil penuh tekanan.
48. Menanam mangga di dekat tepi,
Daunnya lebat pohon menjulang.
Berjanji manis bagai peri,
Nyatanya janji hanyut di angan.
49. Ke pasar beli jeruk bali,
Sampai rumah langsung dimakan.
Kalau bicara terlalu tinggi,
Jatuh nanti sakit sendirian.
50. Mendaki gunung penuh likuan,
Langit cerah pemandangan asri.
Kalau suka bicara sembarangan,
Ujungnya pasti malu sendiri.
ADVERTISEMENT
51. Ke sawah menanam padi,
Padi hijau tumbuh bersemi.
Berlagak baik di depan kami,
Di belakang mulut bagai duri.
52. Burung camar terbang tinggi,
Hinggap sebentar di tepi pantai.
Omongan besar berisi janji, tak ada yang ditepati.
53. Di taman bermain bunga,
Harumnya semerbak sepanjang masa
Kalau sifatnya penuh dusta,
Lama-lama tak ada yang percaya.
54. Ke kebun memetik ceri,
Ceri manis merah bersinar.
Bicara besar bagai mentari,
Tapi usahanya tak pernah benar.
55. Naik perahu ke tengah danau,
Air tenang menghias pagi.
Kalau sombong tiada tahu malu,
Akhirnya hidup hanya ilusi.
56. Berjalan sore di tepi pantai
Mendengar suara burung bernyanyi.
Kalau hatimu selalu penuh iri,
Hidup tenang takkan kau dapati.
57. Menangkap ikan pakai jala,
Air deras arusnya kuat.
Kalau terus mengatur sesama,
Padahal diri tak ada hebat.
58. Pergi ke taman membeli bunga,
Warnanya indah merah muda.
Omongan tajam seperti belati,
Padahal hati kosong tak berisi.
59. Ke pasar beli durian montong,
Beli sekilo rasanya lezat.
Kalau hanya pandai berbohong,
Lama-lama hati terasa penat.
ADVERTISEMENT
60. Memetik rambutan di dekat sawah,
Buahnya ranum merah merona.
Kalau bicara suka menghina,
Akhirnya teman hilang semua.
Dengan balutan humor dan permainan kata, pantun sindiran kena mental mampu menyampaikan pesan tajam tanpa terkesan menyerang. (ATK)