Konten dari Pengguna

8 Contoh Konsumen di Bidang Barang

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
15 Desember 2023 15:52 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
8 Contoh Konsumen di Bidang Barang. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
8 Contoh Konsumen di Bidang Barang. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Contoh konsumen di bidang barang sebenarnya sangat sederhana, yakni orang yang membeli atau memakai barang yang dibelinya. Nah, ini semua berkaitan dengan perilaku konsumen yang merupakan bagian dari ilmu pemasaran.
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang konsumen, pastinya tak lepas dari bahasan perilaku mereka dalam pengambilan keputusan pembelian. Di bawah ini akan dikupas lebih dalam lagi mengenai konsumen. Yuk simak hingga tuntas!

Pengertian Konsumen

Pengertian Konsumen. Foto: Unsplash
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsumen adalah pemakai barang hasil produksi, seperti bahan pakaian, makanan, dan sebagainya. Konsumen juga diartikan penerima pesan iklan dan pemakai jasa.
Konsumen adalah pengguna akhir dalam rantai distribusi barang dan jasa. Faktanya, terkadang konsumen mungkin bukan pembeli. Contohnya, anak kecil adalah pengguna akhir mainan, tetapi orang tua mereka yang membelinya.
Namun, pada intinya, konsumen membeli sebuah barang untuk penggunaan pribadi. Dengan kata lain, mereka tidak membeli untuk diproduksi atau dijual kembali.
Konsumen adalah tokoh kunci di pasar. Semua aktivitas pembuat (produksi) dan penjual barang (distribusi) pada akhirnya difokuskan untuk konsumen.
ADVERTISEMENT

Contoh Konsumen di Bidang Barang

Contoh Konsumen di Bidang Barang. Foto: Pexels
Konsumen di bidang barang dapat dikelompokkan ke dalam berbagai kategori berdasarkan jenis barang yang mereka beli. Berikut adalah beberapa contoh konsumen di bidang barang.

1. Elektronik

2. Fashion

3. Makanan dan Minuman

ADVERTISEMENT

4. Kesehatan dan Kecantikan

5. Otomotif

6. Rumah Tangga

7. Hiburan

8. Olahraga dan Rekreasi

ADVERTISEMENT

Tahap-tahap dalam Proses Keputusan Pembelian

Tahap-tahap dalam Proses Keputusan Pembelian. Foto: Pexels
Sebelum seseorang mengambil keputusan menjadi konsumen terhadap suatu barang, biasanya mereka akan melewati tahapan-tahapan tertentu.
Menurut Philip Kotler, profesor pemasaran Amerika Serikat, tahapan pengambilan keputusan seseorang terdiri atas lima tahap, yaitu sebagai berikut.

1. Pengenalan Masalah

Penganalisaan keinginan dan kebutuhan ini ditujukan terutama untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi dan belum terpuaskan.
Jika kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan yang belum segera terpenuhi atau masih bisa ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan yang sama-sama harus dipenuhi. Jadi dari tahap ini, proses pembelian itu mulai dilakukan.

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak mengenai produk atau jasa yang ia butuhkan.
ADVERTISEMENT
Pencarian informasi dapat bersifat aktif maupun pasif. Informasi yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko untuk membuat perbandingan harga dan kualitas produk.
Adapun pencarian informasi pasif adalah dengan membaca suatu pengiklanan di majalah atau surat kabar tanpa mempunyai tujuan khusus dalam perkiraanya tentang gambaran produk yang diinginkan.

3. Evaluasi Alternatif

Tahap ini meliputi dua tahap, yaitu pertama, menetapkan tujuan pembelian. Tujuan pembelian bagi masing-masing konsumen tidak selalu sama, tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya.
Ada konsumen yang mempunyai tujuan pembelian untuk meningkatkan prestasi, ada yang sekedar ingin memenuhi kebutuhan jangka pendeknya dan sebagainya.
Setelah menetapkan tujuan, barulah masuk ke tahap dua, yakni menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan tujuan pembeliannya.
ADVERTISEMENT

4. Keputusan Pembelian

Keputusan untuk membeli di sini merupakan proses pembelian yang nyata. Jadi, setelah tahap-tahap sebelumnya dilakukan, maka konsumen harus mengambil keputusan apakah membeli atau tidak.
Bila konsumen memutuskan untuk membeli, konsumen akan menjumpai serangkaian keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk, merek, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya.
Perusahaan perlu mengetahui beberapa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut perilaku konsumen dalam keputuan pembeliannya.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidak-puasan. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian.
Pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.

Jenis-jenis Keputusan Pembelian

Jenis-jenis Keputusan Pembelian. Foto: Unsplash
Konsumen melakukan keputusan setiap hari atau setiap periode tanpa menyadari bahwa mereka telah mengambil keputusan.
ADVERTISEMENT
Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda tergantung pada jenis keputusan pembelian, berikut penjelasannya.

1. Keputusan Pembelian Yang Rumit (Complex Decision Making)

Perilaku pembelian yang rumit terdiri dari tiga langkah. Pertama, pembeli membangun keyakinan tentang produk tersebut.
Kedua, pembeli membangun sikap tentang produk tersebut. Ketiga, pembeli membuat pilihan pembelian yang cermat.
Konsumen berada dalam Complex Decision Making bila mereka sangat terlibat dalam pembelian dan sadar akan adanya perbedaan-perbedaan besar di antara beberapa merek.
Perilaku pembelian yang rumit ini sering terjadi bila produknya mahal, jarang dibeli, berisiko dan sangat mengekspresikan diri.
Konsumen pada tipe ini, urutan hirarki pengaruhnya adalah kepercayaan, evaluasi, dan perilaku.

2. Perilaku Pembelian Pengurang Ketidaknyamanan (Brand Loyalty)

Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam sebuah pembelian namun tidak melihat dengan baik perbedaan di antara berbagai merek.
ADVERTISEMENT
Keterlibatan yang tinggi dalam pembelian didasari fakta bahwa pembelian tersebut mahal, jarang dilakukan dan berisiko.
Dalam kasus ini, pembeli akan berkeliling untuk mempelajari apa yang tersedia namun akan membeli dengan cukup cepat. Hal ini bisa jadi karena pembeli sangat peka terhadap harga atau terhadap kenyamanan berbelanja.
Konsumen pada tipe ini, urutan hirarki pengaruhnya adalah perilaku. Perilaku konsumen tipe ini melakukan pembelian terhadap satu merek tertentu secara berulang-ulang dan konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi dalam proses pembeliannya.
Perilaku pembelian seperti ini menghasilkan tipe perilaku konsumen yang loyal terhadap merek (Brand Loyalty).

3. Perilaku Pembelian Yang mencari Variasi (Limited Decision Making)

Banyak produk yang dibeli dengan kondisi rendahnya keterlibatan konsumen, serta tidak adanya kesadaran untuk melihat perbedaan di antara beberapa merek secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Konsumen tipe ini pergi ke toko dan membeli merek tertentu. Jika keesokan harinya mereka datang lagi dan tetap membeli merek yang sama, hal itu karena kebiasaan, bukan karena kesetiaan/loyalitas terhadap merek.
Terdapat bukti yang cukup bahwa konsumen memiliki keterlibatan yang rendah dalam pembelian produk-produk murah dan umum dibeli orang lain.
Konsumen pada tipe ini, hirarki pengaruhnya adalah kepercayaan, perilaku dan evaluasi. Tipe ini adalah konsumen yang melakukan pembelian dengan pembuatan keputusan, dan pada proses pembeliannya, konsumen merasa kurang terlibat.
Perilaku pembelian seperti ini menghasilkan tipe perilaku konsumen limited decision making. Konsumen dalam tipe ini akan mencari suatu toko yang menawarkan produk berharga murah, jumlahnya banyak, ada kupon, atau promo lainnya.
ADVERTISEMENT

4. Perilaku Pembelian Karena Kebiasaan (Inertia)

Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah namun melihat perbedaan merek yang signifikan. Dalam situasi itu, konsumen sering berpindah-pindah pilihan merek.
Konsumen pada tipe ini, urutan hirarki pengaruhnya adalah kepercayaan kemudian perilaku. Konsumen ini tidak melakukan evaluasi sehingga dalam proses pembelian suatu merek, mereka hanya berdasarkan kebiasaan.
Perilaku seperti ini menghasilkan perilaku konsumen tipe inertia. Mereka pergi ke toko dan langsung memilih satu merek. Bila mereka mengambil merek yang sama, hal ini karena kebiasaan, bukan karena loyalitas merek.
(DEL)