Konten dari Pengguna

Apakah yang Menyebabkan Terjadinya Perbedaan Tinggi Rendahnya Nada?

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
16 Oktober 2021 7:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Illustrasi seseorang yang bermain alat musik gitar. Hal tersebut berarti ia telah menerapkan perbedaan tinggi rendahnya nada. Foto: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Illustrasi seseorang yang bermain alat musik gitar. Hal tersebut berarti ia telah menerapkan perbedaan tinggi rendahnya nada. Foto: Pexels.
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita sering mendengar bunyi di sekitar. Ketika menonton film di bioskop, misalnya, volume suara dari studio terdengar begitu kencang ke telinga penonton.
ADVERTISEMENT
Namun, saat menonton film di rumah, tinggi dan rendahnya bunyi bisa diatur sesuai keinginan. Istilah tinggi rendahnya bunyi itu disebut dengan nada. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nada adalah tinggi rendahnya bunyi yang ada dalam lagu, musik, dan sebagainya.
Definisi Lain dari Nada
Dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal, Nurhani dan Nurlelawati (2008) mendefinisikan istilah lain dari nada. Menurut keduanya, nada adalah bunyi beraturan dan memiliki frekuensi tunggal. Setiap nada memiliki tinggi nada tertentu sesuai frekuensi atau pun jarak relatif yang tinggi.
Nada dasar pada karya musik menentukan frekuensi nada dalam suatu karya. Tinggi rendahnya bunyi tersebut pun dapat diatur dalam tangga nada yang tak sama.
ADVERTISEMENT
Kendati memiliki arti yang berbeda, penggunaan istilah nada sering tertukar dengan not. Nada dalam not dikelompokkan menjadi tiga, yaitu not angka, not huruf, dan not balok.
Adapun not angka dirinci kembali menjadi tiga, antara lain oktaf tinggi, oktaf sedang, dan oktaf rendah. Sedangkan notasi huruf dibedakan menjadi lima. Di antaranya, oktaf kecil, oktaf bergaris satu, oktaf besar, oktaf kontra dan subkontra.

Apakah yang Menyebabkan Terjadinya Perbedaan Tinggi Rendahnya Nada?

Dilansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan nada ditentukan oleh frekuensi dan getaran.
Frekuensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah jumlah getaran gelombang suara per detik atau banyaknya getaran per detik.
Semakin cepat frekuensi, semakin tinggi nadanya. Pun begitu sebaliknya, semakin lambat frekuensi, nadanya semakin rendah.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, kuat atau lemahnya suara dapat ditentukan oleh amplitudo. Menurut kamus yang sama, amplitudo adalah simpangan terjauh dari titik keseimbangan pada getaran.
Illustrasi piano menghasilkan bunyi. Foto: Pexels.
Telinga manusia atau hewan sangat peka terhadap nada. Dikutip dari buku Getaran dan Gelombang - Persiapan Olimpiade Fisika yang disusun oleh Prof. Yohanes Surya, Ph.D., secara umum telinga manusia peka (sensitif) terhadap bunyi dengan frekuensi antara 20 Hz sampai 20.000 Hz. Nada yang terlalu tinggi dapat membuat gendang telinga rusak hingga menyebabkan tuli.

Jenis-jenis Frekuensi

Frekuensi di bawah 20 Hz dikenal dengan nama infrasonik. Frekuensi ini dapat dibangkitkan oleh gempa bumi, gunung berapi, dan vibrasi mesin-mesin berat. Gelombang frekuensi dari mesin berat bisa merusak organ-organ di dalam tubuh manusia karena ikut bergetar.
ADVERTISEMENT
Frekuensi 20-20.000 Hz disebut dengan audiosonik. Bunyi audiosonik ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya antara lain bunyi dari alat-alat musik.
Kemudian frekuensi di atas 20.000 Hz dinamakan frekuensi ultrasonik. Hewan seperti kelelawar dan lumba-lumba dapat mendengar bunyi ultrasonik. Kelelawar mampu merespons bunyi hingga frekuensi 100.000 Hz.
(ZHR)