Arti Broken Home dan Dampaknya bagi Anak

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
5 November 2021 12:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi keluarga tidak harmonis atau broken home. Foto: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keluarga tidak harmonis atau broken home. Foto: Pexels.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Arti broken home menurut buku Monograf Dampak Perceraian dalam Keluarga Buddhis terhadap Perkembangan Psikologi Anak karya Hadion Wijoyo, terdiri dari dua suku kata, yaitu broken dan home.
ADVERTISEMENT
Dalam bahasa Indonesia keduanya berarti "rumah yang hancur”. Namun, bukan itu arti broken home yang dimaksud. Istilah tersebut mengacu pada hubungan dalam keluarga yang tidak harmonis.
Kondisi keluarga broken home tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena kerap terjadi keributan maupun perselisihan. Keributan itu menyebabkan pertengkaran, hingga pada beberapa kasus berakhir pada perceraian. Tentunya hal tersebut akan sangat berdampak kepada anak-anak khususnya remaja.
Menurut Ari Sulistiyanto dalam jurnal berjudul Broken Home, kondisi broken home tidak selalu berkaitan dengan perceraian dalam keluarga. Melainkan keadaan keluarga yang tidak utuh. Dalam hal ini peran orang tua tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Pengertian Perceraian

Pengertian perceraian menurut buku Hidup dan Masalahnya karya Sri Dhammananda, yaitu sebuah fenomena sosial dan sesuatu yang memengaruhi anak secara psikologis dan membuat mereka merasa tidak aman. Mereka harus menghadapi masalah seperti penerimaan, penyesuaian diri, dan rasa tidak aman itu sendiri.
Ilustasi laki-laki yang mengalami broken home. Foto: Pexels.
Dalam buku Tuntutan Perkawinan dan Hidup Berkeluarga dijelaskan bahwa seorang suami yang tidak bisa lagi hidup bersama istri dalam sebuah ikatan perkawinan, dapat menggugat cerai ke pengadilan.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya seorang istri yang tidak bisa lagi hidup bersama suami dalam ikatan perkawinan pun dapat mengajukan gugatan cerai ke pengadilan.

Faktor Terjadinya Perceraian

Menurut buku Perceraian Aku Mau Menikah Lagi karya Jarot Wijanarko, penyebab terjadinya perceraian antara suami dan istri, antara lain:

Dampak Broken Home

Seorang anak yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga broken home akan berdampak pada perkembangan psikologinya. Mulai dari kesulitan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar karena mendapat perundungan dan tidak memiliki keluarga utuh.
Permasalahan-permasalahan itu bisa memicu depresi pada diri anak. Terlebih, depresi sering terjadi pada korban broken home. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sigmund Freud yang dikutip dari Psikologi Abnormal, yang menyatakan bahwa potensi depresi diciptakan pada awal masa kanak-kanak.
ADVERTISEMENT
Depresi merupakan kondisi emosional yang ditandai dengan kesedihan mendalam, perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain, tidak dapat tidur, tidak memiliki hasrat dan kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan.
Ketika mengalami depresi hal-hal negatif sangat mungkin dilakukan. Contohnya melukai diri sendiri atau melakukan hal lain yang dirasa mampu untuk mengusir rasa sedih dan sakit. Hal itu sesuai dengan teori interpersonal depresi yang dikemukakan oleh Wismen & Bruce. Mereka menyatakan, perpecahan dalam perkawinan memprediksi timbulnya depresi.
(ZHR)