Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Arti Dumogi Amor Ing Acintya, Ungkapan dan Doa Belasungkawa di Bali
4 September 2023 11:30 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dumogi amor ing Acintya adalah ungkapan dalam bahasa Bali yang menyatakan belasungkawa dan duka cita. Ungkapan ini bisa diberikan kepada keluarga, saudara, dan sahabat yang telah meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Secara bahasa, ungkapan tersebut dibagi menjadi tiga makna. Amor artinya manunggal atau keadaan ketika jiwa seseorang menjadi satu dalam sikap dan tingkah lakunya. Sedangkan Ing artinya di dan Acintya artinya Tuhan yang paling tinggi.
Jadi, kalimat tersebut bisa disebut sebagai harapan sekaligus doa belasungkawa . Doa ini dapat disampaikan kepada seseorang yang telah meninggal dunia.
Di Bali, ungkapan Dumogi Amor Ing Acintya cukup sering digunakan. Untuk mengetahui maknanya lebih dalam, simak informasi lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Arti Dumogi Amor Ing Acintya
Tidak hanya sekedar ucapan belasungkawa, kalimat Dumogi Amor Ing Acintya juga menjadi salah satu ungkapan yang mengandung makna mendalam. Melalui kalimat ini, masyarakat Bali mengirimkan ungkapan duka cita sekaligus doa kepada seseorang yang telah meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Biasanya, ungkapan ini ditambahkan dengan kalimat doa dan harapan lainnya. Contohnya yaitu: “Dumogi amor ing Acintya, semoga mendiang mendapatkan tempat sesuai karma baiknya.”
Selain diucapkan secara langsung, ungkapan tersebut juga bisa dijadikan sebagai caption dalam unggahan media sosial. Misalnya, ketika ada yang meninggal dunia, seseorang mendoakan dari jauh sembari mengucapkan "Dumogi amor ing Acintya" sebagai bentuk empati,
Sederhananya, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kalimat Dumogi Amor Ing Acintya artinya semoga mendiang diterima di sisi Tuhan yang Mahatinggi. Ini bisa menjadi doa tulus yang diberikan kepada orang yang telah tiada.
Tradisi Pemakaman di Bali
Di Bali, prosesi pemakaman biasanya dilangsungkan dengan khidmat dan sakral. Salah satu upacara yang biasa dilakukan adalah Ngaben, proses pembakaran jenazah yang diiringi dengan berbagai ritual adat.
ADVERTISEMENT
Biasanya, Ngaben dilangsungkan pada hari-hari yang dianggap baik. Ngaben berasal dari kata “ngabuin” yang artinya memurnikan atau mengembalikan seseorang ke alam asalnya.
Mengutip buku Berbagai Macam Upacara Adat di Indonesia karya Husni Abdullah Mubarok, upacara Ngaben biasanya melibatkan banyak masyarakat desa. Upacara ini dianggap sebagai salah satu ritual yang paling penting dan sakral di Bali.
Sebelum upacara dimulai, keluarga mendiang akan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan, seperti tandu, kayu bakar, dan kain kafan. Setelah itu, jenazah akan dimandikan dan dibalut dengan kain kafan, diletakkan di atas tandu yang dihias bunga dan pernak-pernik lainnya.
Selain Ngaben, ada juga upacara dan tradisi kematian lainnya yang biasa dilangsungkan di Bali, salah satunya Mepasah. Mengutip buku Mandiri Belajar Tematik SD/MI Kelas 5 Semester II susunan Nidaul Janah (2021), Mepasah kerap dilakukan di Desa Trunyan.
ADVERTISEMENT
Saat prosesi berlangsung, jenazah tidak dibakar seperti pada Ngaben, melainkan hanya diletakkan di atas tanah yang terletak di dalam gua. Uniknya, meski tidak dikubur, jenazah tidak akan mengeluarkan bau busuk. Ini karena terdapat aroma wangi yang berasal dari pohon besar Taru Menyan di sekitar pemakaman.
(MSD)