Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Arti Historia Magistra Vitae dan Sosok Pencetusnya
2 Agustus 2023 16:20 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Arti historia magistra vitae berkaitan dengan ungkapan yang dilontarkan seorang filsuf. Ungkapan tentang sejarah ini memiliki makna yang hampir mirip dengan slogan Jas Merah yang dicetuskan Bung Karno.
ADVERTISEMENT
Historia magistra vitae berasal dari bahasa Latin yang memiliki makna mendalam. Apa sebenarnya makna dan arti historia magistra vitae dan siapa sosok di balik ungkapan tersebut? Simak informasinya berikut ini.
Makna dan Arti Historia Magistra Vitae
Historia magistra vitae merupakan ungkapan populer bangsa Romawi. Kalimat ini sejatinya diambil dari buku De Oratore karya Marcus Tullius Cicero.
Dalam buku tersebut, Cicero mengatakan bahwa seorang orator harus memberikan ruang pada pelajaran sejarah di samping pengetahuan tentang hukum dan perkara-perkara sipil.
Lantas, apa sebenarnya arti historia magistra vitae? Secara harfiah, historia magistra vitae memiliki pengertian ‘sejarah adalah guru kehidupan’.
Ungkapan ini menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan sejarah dalam kehidupan. Sejarah dapat menjadikan seseorang lebih bijaksana.
ADVERTISEMENT
Selain itu, berbagai peristiwa di masa lampau juga dapat dijadikan pelajaran agar tidak mengulang kesalahan yang sama di masa kini atau masa depan.
Sosok Pencetus Historia Magistra Vitae
Ungkapan historia magistra vitae dicetuskan oleh Marcus Tullius Cicero. Dia adalah seorang pengacara, filsuf, politikus, dan orator ulung.
Cicero lahir dari keluarga sederhana di Kota Arpinum, bagian selatan Roma, 3 Januari 106 SM. Sejak kecil, dia dikenal sebagai anak yang cerdas sehingga mendapat kesempatan untuk belajar hukum di Roma. Berkat kecerdasannya, dia berhasil menjadi pengacara untuk kaum aristokrat Romawi konservatif.
Mengutip buku The Greatest Philosophers 1000 Tokoh Filsuf Barat dari Abad 6SM - Abad 21 yang Menginspirasi oleh Kumara Ari Yuana, karier Cicero sebagai pengacara naik daun saat memenangkan kasus pembunuhan yang melibatkan seorang penguasa. Namun, kemenangan itu justru membuat nyawanya terancam sehingga harus pindah ke Yunani.
ADVERTISEMENT
Selama di Yunani, Cicero banyak belajar tentang filsafat di akademi yang didirikan Plato. Seperti menemukan oasis di padang gersang, dia menyerap seluruh ilmu warisan Plato dan menjadi salah satu filsuf ternama.
Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, Cicero memutuskan untuk menerjemahkan literatur-literatur Yunani ke dalam bahasa Latin, yang dianggap lebih cocok untuk bidang filsafat.
Beberapa karya Cicero yang paling terkenal adalah Academica yang berisi tentang kemustahilan tertentu pada pengetahuan dan De Finibus De Ofidis yang membahas akhir dari aktivitas manusia dan pedoman etika.
Untuk karya populer Cicero di bidang psikologi adalah Tusculan Disputations yang membahas tentang kebahagiaan, kesakitan, kematian, dan emosi pada manusia. Selain ilmu pengetahuan dan psikologi, sang filsuf juga menulis buku bertema teologi dengan judul On the Nature of Gods dan On Divination.
ADVERTISEMENT
(GLW)