Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Arti Malam Satu Suro bagi Orang Jawa beserta Tradisinya
14 Juli 2023 11:38 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Arti malam satu Suro bagi orang Jawa sangat penting karena menjadi awal tahun baru dalam kalender Jawa. Malam pergantian tahun ini kerap dirayakan dengan berbagai pesta rakyat.
ADVERTISEMENT
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, malam satu suro erat dengan hal-hal berbau mistis dibandingkan hari biasanya. Karena itu, berbagai tradisi dan ritual diselenggarakan agar masyarakat mendapatkan ketentraman batin dan keselamatan.
Sebenarnya, apa makna malam satu suro bagi orang Jawa?
Arti Malam Satu Suro bagi Orang Jawa
Satu Suro merupakan awal tahun dalam sistem kalender Jawa yang bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharram. Kata Suro sendiri diambil dari kata Asyura, yakni hari ke-10 Muharram.
Dalam buku Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa yang ditulis Muhammad Solikhin, ada beberapa hal yang menjadikan masyarakat Jawa begitu mengkultuskan bulan Suro atau Muharram. Salah satunya mengenang peristiwa gugurnya Husein, cucu Nabi Muhammad, di Padang Karbala.
ADVERTISEMENT
Perayaan malam satu Suro kental dengan kepercayaan Hindu-Jawa yang berbau hal mistis. Masyarakat Jawa percaya bahwa malam Satu Suro merupakan hari lebaran makhluk gaib.
Pada malam ini, semua makhluk halus seperti jin, siluman, dan syaitan keluar dari tempat persembunyiannya. Konon, arwah para leluhur juga akan pulang ke rumah pada malam satu Suro.
Atas dasar itu, masyarakat Jawa kerap melakukan berbagai ritual agar terhindar dari gangguan makhluk halus. Ritual itu juga merupakan bentuk ikhtiar agar dijauhkan dari bala selama setahun penuh.
Beberapa orang percaya, melakukan ritual atau ruwatan dapat melindungi mereka dari gangguan makhluk halus sekaligus menjadi upaya tolak bala selama setahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Tradisi Malam Satu Suro
Di setiap daerah, tradisi untuk merayakan malam satu Suro berbeda-beda. Di Solo dan Yogyakarta, perayaan malam satu Suro dilakukan secara besar-besaran dengan menggelar kirab.
Pihak Keraton Solo akan melakukan kirab yang dipimpin kerbau putih. Tradisi ini dikenal dengan sebutan Kirab Kebo Bule. Di Solo, Kebo Bule dianggap keramat karena leluhurnya merupakan hewan kesayangan Sultan Pakubuwono II.
Tepat di belakang Kebo Bule akan ada barisan Sentana Dalem (kerabat keraton) yang membawa pusaka, sedangkan masyarakat di barisan belakang. Selain warga Solo, kirab ini juga diikuti oleh masyarakat dari daerah sekitar.
Sementara itu, Kirab Mubeng Beteng di Yogyakarta dilakukan dengan mengarak keris dan benda pusaka lainnya. Tradisi ini dilakukan abdi dalem dengan berjalan kaki mengitari benteng keraton
ADVERTISEMENT
Berbeda dari kirab kebo bule yang meriah, kirab di Yogyakarta dilakukan dengan penuh keheningan sebagai bentuk refleksi diri. Selain kirab, beberapa orang juga masih melestarikan beberapa tradisi ubarampe di rumah.
Ubarampe merupakan perlengkapan yang diperlukan dalam suatu ritual atau acara. Bentuknya bisa berupa dupa, kopi, hingga jajan pasar. Salah satu ubarampe masyarakat Jawa yang paling terkenal adalah nasi tumpeng yang melambangkan kemakmuran.
(GLW)