Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Asal Usul Hari Raya Idul Adha yang Dikisahkan dalam Al-Quran
4 April 2024 13:12 WIB
·
waktu baca 7 menitDiperbarui 6 Mei 2024 15:55 WIB
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Asal usul Hari Raya Idul Adha ada kaitannya dengan kisah Nabi Ibrahim AS dan anaknya, Nabi Ismail AS. Tepatnya ketika Nabi Ibrahim yang diuji Allah SWT untuk menyembelih anaknya yang kemudian diganti dengan sembelihan kambing.
ADVERTISEMENT
Kemudian, ibadah Idul Adha ini disempurnakan oleh syariat Nabi Muhammad SAW. Adapun uraian lengkap tentang asal usul Hari Raya Idul Adha dapat disimak di artikel ini.
Asal Usul Hari Raya Idul Adha
Mengutip buku Dakwah Bil Qolam oleh Mohamad Mufid pada 2020 dan laman quran.nu.or.id, peristiwa asal usul Hari Raya Idul Adha tertulis di Al-Quran Surat Ash-Shaffat ayat 100 hingga 111 yang mengisahkan tentang qurban dan pengorbanan. Berikut kisah lengkapnya:
1. Nabi Ibrahim AS Berdoa untuk Dikaruniai Anak
ADVERTISEMENT
Seperti yang tercantum dalam Al-Quran surat Ash-Shaffat ayat 100, Nabi Ibrahim AS dan istrinya senantiasa berdoa setiap harinya agar dikaruniai anak.
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ ١٠٠
Artinya: "(Ibrahim berdoa,) "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (keturunan) yang termasuk orang-orang saleh."" (QS Ash-Shaffat: 100)
2. Kelahiran Nabi Ismail AS
Pada suatu hari, Sarah menawarkan kepada Nabi Ibrahim AS untuk menikahi wanita bernama Hajar. Dengan izin Allah SWT, setelah menikah dengan Hajar, Nabi Ibrahim AS dikaruniai anak yang diberi nama Ismail. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Ash-Saffat ayat 101.
فَبَشَّرْنٰهُ بِغُلٰمٍ حَلِيْمٍ ١٠١
Artinya: "Maka, Kami memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak (Ismail) yang sangat santun." (QS Ash-Shaffat: 101)
3. Nabi Ibrahim AS Bermimpi Menyembelih Ismail
Saat Nabi Ismail AS sudah mencapai umur ia sanggup untuk bekerja bersama, Nabi Ibrahim AS mendapatkan mimpi menyembelih Ismail. Hal tersebut disampaikan kepada anaknya tepat pada 10 Dzulhijjah.
ADVERTISEMENT
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ١٠٢
Artinya: "Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar."" (QS Ash-Shaffat: 102)
4. Proses Nabi Ibrahim AS Menyembelih Ismail
Nabi Ibrahim AS pun tak mau menunda-nunda perintah Allah SWT. Nabi Ismail AS mengenakan pakaian yang bagus pemberian ibunya, Hajar, serta mengenakan wangi-wangian dan menyisir rambutnya. Nabi Ibrahim AS membawa Nabi Ismail AS dengan membawa pisau besar dan tali ke arah tanah Mina.
ADVERTISEMENT
Setelah benar-benar yakin dan siap menjalankan perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim membaringkan putranya untuk disembelih selayaknya menyembelih kambing.
فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ ١٠٣
Artinya: "Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah)," (QS Ash-Shaffat: 103)
Keteguhan hatinya dalam melaksanakan perintah Allah tak terganggu, ketika pisaunya dia ayunkan, Allah SWT memanggil Nabi Ibrahim AS dari arah bukit. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ash-Shaffat ayat 104 sampai 106.
وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُۙ ١٠٤
Artinya: "Kami memanggil dia, “Wahai Ibrahim," (QS Ash-Shaffat: 104)
قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَاۚ اِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ ١٠٥
Artinya: "sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS Ash-Shaffat: 105)
ADVERTISEMENT
اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ ١٠٦
Artinya: "Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata." (QS Ash-Shaffat: 106)
5. Nabi Ismail AS Diganti Domba
Atas izin Allah SWT, pisau yang digunakan untuk menyembelih tak mampu memotong leher Nabi Ismail. Bahkan menggoresnya pun tidak. Allah SWT pun memerintah Nabi Ibrahim untuk mengganti Nabi Ismail AS dengan seekor domba.
وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ ١٠٧
Artinya: "Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar." (QS Ash-Shaffat: 107)
Karena kepatuhan Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT, kisah ini diabadikan sebagai Hari Raya Idul Adha. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Ash-Shaffat ayat 108 hingga 111.
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْاٰخِرِيْنَۖ ١٠٨
Artinya: "Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orang-orang yang datang kemudian," (QS Ash-Shaffat: 108)
ADVERTISEMENT
سَلٰمٌ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ ١٠٩
Artinya: ""Salam sejahtera atas Ibrahim."" (QS Ash-Shaffat: 109)
كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ ١١٠
Artinya: "Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS Ash-Shaffat: 110)
اِنَّهٗ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِيْنَ ١١١
Artinya: "Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang mukmin." (QS Ash-Shaffat: 111)
Amalan Sunnah pada Hari Raya Idul Adha
Hari Raya Idul Adha adalah salah satu momen istimewa untuk umat Islam. Selain memeringati ketaatan Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan putranya, Idul Adha juga menjadi kesempatan untuk melaksanakan berbagai amalan sunnah.
Dikutip dari nu.or.id, berikut ini enam amalan sunnah yang dianjurkan para ulama untuk dilaksanakan pada Hari Raya Idul Adha:
ADVERTISEMENT
1. Mengumandangkan Takbir
Sunnah yang pertama adalah mengumandangkan takbir di masjid-masjid, mushala, dan rumah-rumah mulai malam Hari Raya Idul Adha dan berlanjut hingga 13 Dzulhijjah pada hari tasyriq.
Sementara itu, di pada 10 Dzulhijjah, takbir dikumandangkan mulai dari terbenam matahari sampai imam naik ke mimbar. Anjuran ini tercantum dalam kitab Raudlatut Thalibin, berikut isinya:
فَيُسْتَحَبُّ التَّكْبِيرُ الْمُرْسَلُ بِغُرُوبِ الشَّمْسِ فِي الْعِيدَيْنِ جَمِيعًا، وَيُسْتَحَبُّ اسْتِحْبَابًا مُتَأَكَّدًا، إِحْيَاءُ لَيْلَتَيِ الْعِيدِ بِالْعِبَادَةِ
Artinya: "Disunnahkan mengumandangkan takbir pada malam hari raya mulai terbenamnya matahari, dan sangat disunnahkan juga menghidupkan malam hari raya tersebut dengan beribadah."
2. Mandi untuk Salat Id
Selanjutnya adalah mandi sebelum berangkat ke masjid untuk mengerjakan salat id. Waktu mandi dapat dilaksanakan mulai dari pertengahan malam, sebelum waktu subuh, dan setelah waktu subuh.
ADVERTISEMENT
Tujuan dari mandi adalah membersihkan badan dari bau yang tak sedap dan agar badan menjadi segar.
3. Memakai Wangi-wangian, Memotong Kuku, dan Memotong Rambut
Umat Islam juga disunnahkan untuk memakai wangi-wangian, memotong kuku, dan memotong rambut untuk mendapatkan keutamaan hari raya tersebut. Amalan sunnah ini tercantum dalam kitab Al-Majmu' Syarhul Muhadzab. Berikut isinya:
والسنة أن يتنظف بحلق الشعر وتقليم الظفر وقطع الرائحة لانه يوم عيد فسن فيه ما ذكرناه كيوم الجمعة والسنة أن يتطيب
Artinya: "Disunnahkan pada hari raya Id membersihkan anggota badan dengan memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau badan yang tidak enak, karena amalan tersebut sebagaimana dilaksanakan pada hari Jumat, dan disunnahkan juga memakai wangi-wangian."
4. Memakai Pakaian Terbaik
Kemudian, dianjurkan pula untuk mengenakan pakaian terbaik, bersih, dan suci. Sementara itu, beberapa ulama menganjurkan untuk mengenakan pakaian putih dan memakai serban. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Raudlatut Thalibin berikut:
ADVERTISEMENT
وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَلْبَسَ أَحْسَنَ مَا يَجِدُهُ مِنَ الثِّيَابِ، وَأَفْضَلُهَا الْبِيضُ، وَيَتَعَمَّمُ. فَإِنْ لَمْ يَجِدْ إِلَّا ثَوْبًا، اسْتُحِبَّ أَنْ يَغْسِلَهُ لِلْجُمُعَةِ وَالْعِيدِ، وَيَسْتَوِي فِي اسْتِحْبَابِ جَمِيعِ مَا ذَكَرْنَاهُ، الْقَاعِدُ فِي بَيْتِهِ، وَالْخَارِجُ إِلَى الصَّلَاةِ، هَذَا حُكْمُ الرِّجَالِ. وَأَمَّا النِّسَاءُ، فَيُكْرَهُ لِذَوَاتِ الْجَمَالِ وَالْهَيْئَةِ الْحُضُورُ، وَيُسْتَحَبُّ لِلْعَجَائِزِ، وَيَتَنَظَّفْنَ بِالْمَاءِ، وَلَا يَتَطَيَّبْنَ، وَلَا يَلْبَسْنَ مَا يُشْهِرُهُنَّ مِنَ الثِّيَابِ، بَلْ يَخْرُجْنَ فِي بِذْلَتِهِنَّ.
Artinya: "Disunnahkan memakai pakaian yang paling baik, dan yang lebih utama adalah pakaian warna putih dan juga memakai serban. Jika hanya memiliki satu pakaian saja, maka tidaklah mengapa ia memakainya. Ketentuan ini berlaku bagi kaum laki-laki yang hendak berangkat shalat Id maupun yang tidak. Sedangkan untuk kaum perempuan cukuplah ia memakai pakaian biasa sebagaimana pakaian sehari-hari, dan janganlah ia berlebih-lebihan dalam berpakaian serta memakai wangi-wangian."
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam hadis riwayat Ibnu Abbas ra, dijelaskan bahwa Rasulullah SAW mengenakan pakaian terbaik di Hari Raya Idul Adha.
كَانَ يلبس في العيد برد حبرة
Artinya: "Rasulullah SAW di hari raya memakai burda hibarah (pakaian yang indah berasal dari Yaman)." (HR Ibnu Abbas ra)
5. Berjalan Kaki Menuju Tempat Salat Id
Amalan sunnah selanjutnya adalah berjalan kaki ke tempat salat id. Tujuan dari berjalan kaki adalah dapat bertegur sapa dan mengucapkan salam kepada sesama muslimin. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW berikut:
كَانَ يَخْرُجُ إلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا
Artinya: "Rasulullah SAW berangkat untuk melaksanakan salat id dengan berjalan kaki, begitupun ketika pulang tempat salat id." (HR Ibnu Umar)
6. Makan Setelah Salat Id
Terakhir, umat Islam disunnahkan makan setelah selesai salat Idul Adha . Berbeda dengan Hari Raya Idul Fitri yang disunnahkan makan sebelum salat id.
ADVERTISEMENT
(NSF)